“Shendy.” Panggil Arra dengan suara parau.
Cewek itu baru bangun tidur setelah mendengarkan cerita tentang siapa yang lebih dulu lahir antara induk ayam dan anak ayam dari guru yang mengajar mata pelajaran agama.
“Iyah Ra?” Shendy menyahut kemudian mendekat dan mengelus rambut Sang Sahabat dengan lembut.
“Arra mau minum Shend.”
Pintanya pada cowok yang dengan setia mengelus rambutnya itu membuat Arra kembali mengantuk kalau tidak ingat tenggorokkannya yang kering karena ingin minum.
“ Shendy beli-in bentar.” Ucap cowok itu sebelum berlalu pergi.
Dengan santainya Arra kembali menundukan kepala hendak kembali tidur sambil menunggu Shendy yang tengah membelikannya air minum. Tanpa memperdulikan semua teman- temannya yang sedang asik bergosip disamping kiri cewek itu. Gosip itu dosa, jadi Arra lebih memilih tidur. Lagi, gosip perlu banyak tenaga buat ngomong dan Arra gak punya tenaga sebesar itu untuk bergosip, apa lagi otak Arra sudah diputar ekstra untuk memikirkan siapa yang lebih dulu lahir antara induk ayam dan telur ayam, jadi lebih baik tidur kan?
“Ra, ini minum dulu.”ucap seseorang dengan tangan yang mengulurkan sebotol air mineral.
Arra mengangkat kepalanya cepat, mendongak ke atas untuk menatap seseorang yang dia tau bukan Shendy. Kedua bola mata Arra terbuka sempurna menatap nyalang tepat pada cowok yang masih dengan setia mengulurkan sebotol air ke arahnya itu.
Bragg...
Dengan sekali tampik botol yang semula cowok itu pegang jatuh kelantai, membuat keduanya menjadi pusat perhatian semua orang yang berada dalam kelas hanya dalam hitungan detik. Bahkan Shendy yang berdiri di depan pintu kelas dan sedang berbincang lewat telfon pun langsung mematikan sambungannya secara sepihak dan menghampiri Arra yang kini berdiri menatap tajam seseorang yang mengulurkan botol minum kepadanya tadi.
“Kenapa Ra?” Shendy bertanya lembut, mengusap bahu Arra yang dengan cepat di tampik Arra.
“Shendy kemana? Kenapa yang ngasih Arra minum dia?!” Arra menatap Shendy galak, kemudian menyorot benci cowok yang berdiri terpisah meja di depannya.
Keadaan kelas sunyi, semua yang menyaksikan terheran. Kenapa Arra sampai marah hanya karena Reno yang memberikannya minum bukan Shendy yang tadi cewek itu mintai tolong? Mereka heran kenapa Arra yang terkenal kalem, dan manja itu kini berubah menjadi galak, bahkan kasar kepada seorang Reno yang memiliki niat baik.
“Shendy tadi abis angkat telfon Ra pas masuk kekelas, kebetulan Reno nawarin buat ngasih minum yang udah Shendy beli ke Arra. Jadi Shendy kasih. Emang salah?”
“Salah! Arra gak suka dia ada di hadapan Arra, Arra gak suka dia baik sama Arra, Arra gak suka di kasih minum sama dia dan Arra gak suka dia yang gantiin Shendy!” Arra berkata galak, Shendy terdiam dia menatap Reno yang tengah mengepalkan tangan menahan marah.
“Salah Gwe apa sih Ra, sampe Lo kaya gini sama Gwe?” Reno angkat bicara.
“Salah kalo Gwe mau baik sama Lo? Salah kalo Gwe yang nyerahin minuman yang Shendy beli buat Lo, salah? Salah kalo Gwe ganti-in Shendy buat ngasih Lo minum?”
“Bacottt!!”
“Misya!” Shendy menatap Arra tajam. Nama asli Arra yang keluar dari mulutnya sebagai tanda kalau dia marah dan tidak suka akan kata yang Arra keluarkan barusan.
“Apa?! Puas Lo liat Gwe di bentak hah? Puas Lo liat Gwe dianggep gak punya hati karena udah ngebentak dan nolak kepura-puraan baik Lo? Puas!” Arra kembali berteriak, bahkan kali ini mengundang semua attensi bukan hanya siswa yang berada di kelas bahkan orang yang kebetulan lewat di depan kelas 12 ipa 3 pun ikut memberikan attensi-nya pada Arra yang berteriak barusan dengan mengintip lewat kaca jendela.
“Misya Ratna Farradibha!” Arra menatap Shendy yang kembali menggaungkan nama aslinya, kali ini dengan lengkap, tanda bahwa cowok itu benar-benar marah dan tidak suka akan ucapan yang keluar dari mulutnya.
Buhh...
Dengan sekali tarikan Shendy mendekap Arra dalam pelukan hangatnya, membuat semua orang yang melihat di buat heran, mereka kira Shendy akan memarahi Arra atau bahkan memberi peringataan pada Arra dengan sedikit kekerasan fisik karena telah berkata kasar yang cowok itu tidak suka tapi ternyata tidak. Membuat semua orang yang ada di sana merasa terkejut sekaligus baper apa lagi saat melihat tubuh Arra yang bergetar dengan suara isakan yang mulai terdengar dalam pelukan Shendy.
“Maafin Shendy. Shendy janji gak bakal ngulangin lagi hal itu.” Arra mengangguk dalam dekapan Shendy.
Semua orang menatap tak mengerti. Shendy menatap Reno dan dengan isyarat mata meminta agar Reno pergi dari kelas, yang tanpa kata segera dilaksanakan oleh cowok itu. Walau Shendy tau Reno masih marah atas apa yang di lakukan dan diucapkan Arra terhadapnya. Tapi biarkanlah seperti itu, toh lebih baik begitukan? Dari pada membuat masalah baru yang mungkin akan sulit di hentikan oleh Shendy.
Shendy melepaskan pelukannya, menatap Arra dan mengusap jejak air mata yang membekas di pipi cewek itu. Shendy menuntun Arra untuk duduk. Arra menurut dia mendudukan dirinya dengan Shendy yang ikut duduk di sampingnya. Shendy menatap Naga yang berdiri di belakang Nathalia. Meminta Naga untuk menyerahkan botol minum yang sering cowok itu bawa pada Shendy lewat isyarat mata.
Shendy menerima botol minum yang Naga berikan padanya, membukannya dan menyuruh Arra minum. Arra tak menolak dengan rakus dia meminum air dalam botol yang Shendy ulurkan dengan cepat.
“Pelan-pelan Ra.” Arra mengangguk namun justru gerakannya itu membuatnya tersedak air yang sedang dia minum. Dengan telaten Shendy mengusap punggung Arra lembut.
“Tenang Ra, airnya juga gak bakal lari” Shendy kembali mengusap air mata yang keluar dari netra coklat gelap milik Arra akibat tersedak tadi.
Arra melihat kesekelilingnya dimana dia dan Shendy menjadi tontonan semua teman sekelas mereka. Shendy yang mengerti pun dengan cepat menatap teman sekelas mereka dengan tatapan galaknya, membuat semua orang yang berada dikelas itu perlahan membubarkan diri.
Arra mulai tenang, dengan santai dia menyandarkan kepalanya pada bahu Shendy tanpa memperdulikan tatapan teman dekatnya maupun teman dekat Shendy yang menatap mereka curiga.
“Arra laper.” Shendy tersenyum sekilas.
“Jadi abis ngamuk, laper gitu?” Arra mengangguk, Shendy menggeleng tak habis pikir.
“Mau ke kantin?” Shendy menawarkan. Arra dengan cepat mengangguk.
Keduanya beranjak dan pergi meninggalkan kelas dengan tangan yang saling bertaut tanpa menghiraukan tatapan yang tak terbaca dari teman terdekat mereka.
“Mereka beneran cuma Sahabat?” Laddy berbisik pada Regal yang berdiri di sampingnya. Tanpa sadar.
“Gwe mulai gak yakin.” Regal balas tak kalah berbisik. Laddy menoleh cepat saat menyadari suara Regal bukan Rosse yang dia kira ada di sampingnya.
“Kok Rosse berubah jadi Regal sih?” Laddy menatap tak mengerti.
“Dari tadi emang gwe oncom, noh temen Lo di samping kanan Lo.” Laddy menoleh ke kanan tepat Rosse berdiri di sampingnya. Dia kembali menoleh pada Regal dan tersenyum kikuk.
“Sorry.” Cicitnya yang di angguki sekaligus gelengan dari Regal.
-*-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments