02

Shendy tersenyum sekilas sebelum menjongkok-kan badannya di depan cewek yang mengeluh cape hanya karena berjalan dari kantin sampai depan tangga kelas mereka yang bahkan menurut Shendy tidak jauh sama sekali. Tapi mungkin berbeda dengan Arra yang terlalu sering di gendong olehnya.

“Nahh gitu dong. Shendy peka yah. Walau harus di kode dulu. Hehhe” Shendy hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan Arra sebelum naik keatas punggungnya.

“Shendy, ingat yah. Shendy harus gantiin Es Krim Arra yang belum abis tadi.” peringat Arra saat dirinya telah naik keatas punggung Shendy, dan Shendy yang kembali melanjutkan langkahnya dengan Arra yang berada dalam gendongan cowok itu.

Shendy terkikik, membuat Arra terheran di buatnya.

“Kok ketawa. Emang ada yang lucu dari omongan Arra?” Arra bertanya dengan heran.

Shendy menggeleng. Membuat Arra semakin dibuat heran.

“Terus apa dong?”

“ Itu kan uang Shendy Ra.” Arra terdiam sejenak, berpikir apa maksud dari ucapan cowok yang menggendongnya itu.

“Ouhhhhhh jadi Shendy gak ikhlas gitu? Dan sekarang main itung-itungan sama Arra, iya?” Arra menabok pundak Shendy kesal.

“Bilang anaknya Om Hermawan tapi gitu aja itung-itungan, sama Arra lagi. Inget Arra tuh anaknya Sunjaya salah satu pembisnis terkenal yang kaya raya. Buat beli Es Krim Arra bisa kok. Jadi jangan sombong!”

“Enggak gitu Ra.” Shendy bingung harus menjawab apa.

“Yah terus apa?” Shendy diam.

“Kan tadi Shendy yang narik Arra, pas Arra lagi asik makan Es Krim. Jadi gak abis, terus Arra harus ninggalin Es Krim Arra deh. Padahal rasanya enak banget tuhhhh.” Arra membayangkan rasa Es Krim-nya tadi.

Shendy berhenti melangkah, menurunkan Arra cepat, dan memojokan tubuh Arra ke dinding. Shendy menatap Arra serius, membuat Arra yang semula ingin bertanya mengurungkan niatnya dan mengalihkan pandangannya agar tidak menatap mata Shendy yang bertambah tajam 100 kali lipat saat serius.

“Ra?” Shendy memanggil agar Arra menatapnya.

Arra masih menatap ke arah samping, enggan menatap mata Shendy yang serius sekaligus mengintimidasi itu.

“Ra?” Shendy menarik dagu Arra pelan, membuat Arra harus menatap mata Shendy yang sekarang tatapnya melembut.

“Arra dengerin Shendy bisa?” Arra mengangguk takut-takut.

“Arra lain kali jangan diem aja pas ada orang yang mau jahat sama Arra bisa-kan?” Arra kembali mengangguk.

Nada Shendy memang rendah namun terdapat peringataan di setiap kata-katanya. Membuat Arra kian menunduk takut.

“Ra...”

Shendy mengangkat dagu Arra dengan jari telunjuknya, membuat Arra mendongak namun tatapan Arra tidak mengarah pada Shendy.

“Tatep mata Shendy, Ra...” Arra menatap mata Shendy takut-takut.

“Arra bisa kan jangan bersikap terlalu santai saat ada orang yang ngebully Arra?” Arra mengangguk.

“Arra bisa-kan jangan diem aja kaya tadi?” Lagi, Arra mengangguk.

“Ra. Arra tau kan Shendy bakal selalu ada buat Arra.Tapi Arra juga harus bisa jaga diri Arra sendiri, jangan sampai kejadian kaya tadi keulang. Untung tadi Shendy dateng pas Shelly mau ngejambak Arra, kalo enggak Arra pasti bakal diem aja kan?” Arra terdiam.

“Arra harus bisa ngelawan Ra. Gak semua orang berhak Arra kasihan-in. Banyak orang yang bakal manfaatin Arra kalo Arra diem aja setiap kali Arra di injek. Arra Sayang Shendy kan?” Arra mengangguk.

“Arra jangan diem aja yah kalo kejadian kaya tadi keulang.” Shendy mengingatkan dengan nada yang sangatt rendah, membuat Arra menitikan air matanya.

Bukan karena Arra tidak suka di peringatkan oleh Shendy. Hanya saja Arra takut saat Shendy berkata dengan nada rendah namun tersirat ketegasan di dalamnya. Arra benar-benar takut. Shendy yang melihat Arra meneteskan air matanya, dengan segera membawa Arra ke dalam pelukan hangat cowok itu.

“Maafin Shendy kalo Shendy terlalu ngatur Arra.” Arra menggeleng dalam pelukan cowok itu.

Keduanya larut dalam pelukan hingga bel yang berbunyi nyaring. Menjadi hal yang membuat pelukan mereka terlepas, dengan lembut Shendy mengusap jejak air mata di pipi Arra dengan kedua ibu jarinya. Shendy tersenyum dengan manis membuat Arra yang melihatnya ikut tertular dan tersenyum sama manisnya. Dengan tangan yang saling menggenggam keduanya kembali berjalan menuju kelas, karena jam pelajaran pertama akan segera di mulai.

-*-

Jam istirahat sudah berakhir 30 menit yang lalu, namun Guru yang mengajar mata pelajaran selanjutnya tak kunjung datang, membuat Siswa yang berada dalam kelas 12 Ipa 3 mulai berhambur keluar menyisakan beberapa orang di dalamnya, termasuk Arra and the gang. Yang kali ini asik berbincangan ngalor-ngidul.

“Ehh kalian suka warna apa?” Laddy kembali mengambil perbincangan yang jauh dari topik sebelumnya membahas anak basket sekolah sebelah.

“Um kalo Gwe suka ungu” jawab Dynar, cewek dengan rambut sebahu dan senyum yang manis semanis gula biang kata Nathalia itu berucap sambil melihat-lihat kuku tangannya.

“Kalo Gwe suka warna Kuning dongs. Because my idol like this color. So Iam like to.” Nathalia, cewek yang selalu semangat dan sangat mengidolakan Billie Eilish kini berkata dengan nada yang super heboh seperti biasanya, membuat Brisikk.

“Lo gak punya pendirian.” Arra berkata sarkastik, Nathalia memberenggut kesal. Dynar, Laddy dan Rosse terkikik geli.

“Syukurin Lo hahah” Laddy tertawa jahat.

Nathali menatap horor Laddy yang tertawa. Namun tak dihirukan oleh cewek yang mengawali perbincangan itu.

“Kalo Lo Ra. Lo suka warna apa?” Laddy bertanya setelah tawanya reda, mengabaikan tatapan horor yang masih Nathalia layangkan untuknya.

“Iya Ra, Lo suka warna apa?”Nathalia ikut bertanya, dia bahkan lupa dengan kekesalannya pada Laddy tadi.

“Rosse dulu aja.” Arra mengelak.

“Kita mah tau, kalo Rosse itu suka warna item.” Laddy berkata cepat.

“Kata siapa?” Arra menatap Laddy dengan satu alis terangkat.

“Yah gampang. Tiap harikan Rosse itu selalu pake topi item, sepatu item, tas item, sama gelang juga item. Kaya cowok lahk, so i think you like black color, right?” Laddy menatap Rosse yang masih terdiam.

Tokk..

Laddy mengusap keningnya yang terasa panas karena di lempar tutup pulpen oleh Arra.

“Soto lo!”

“ Bhwahahhah” Ke-4 teman Arra sontak tertawa.

“Sotoy Ra, bukan Soto. Lo mah kocak!” Dynar menepuk-nepuk meja melampiaskan tawanya.

Arra memutar bola matanya malas. Teman-temannya memang sangat Recehhh!. Bahkan Arra tidak habis pikir dimana letak katanya yang lucu? Dia hanya memelesetkannya sedikit lantas dimana lucunya? Dasar Recehhh!

“Ah udah, emang Lo tau Ra warna kesukaan Rosse?” Laddy menatap serius.

“Merah.” Rosse membulatkan matanya, membuat semua temannya yang semula menatap Arra kini beralih menatap kearah cewek yang suka sekali diam itu.

“Kok Lo tau Ra?” Rosse menatap Arra dengan mata yang membulat sempurna. Bahkan Laddy yang tabiatnya selalu bersamanya saja tidak mengetahui warna kesukaannya.

Tapi kenapa Arra tau?

Bagaimana bisa?

“Iyah Ra, kok Lo bisa tau sih? Padahalkan Lo sama Rosse... yah sama kita juga sih, tapi kan Lo yang paling sering jarang ngomong apa lagi bareng Rosse kok bisa tau?” Nathalia menatap penuh tanya.

“Secret. Sekarag Lo.” Arra menunjuk Laddy dengan ujung matanya.

“Gwe suka hijau dong yahh. Warna penuh damai pluss ketenangan.” Laddy berkata dengan merentangkan kedua tanganya seolah menikmati kedamaian yang cewek itu ucapkan. Nathalia memutar matanya malas.

“BAC... otttt” Arra berkata dengan keras kemudian sangat pelan saat mengucapkan dua huruf di akhir kata itu.

Laddy, Rosse, Dynar, dan Nathalia menatap Arra aneh sekaligus tak mengerti.

“Biar gak di marahin Shendy.”

“Hahhahahah” Semuanya kembali tertawa. Arra hanya acuh enggan perduli.

“Lo takut banget sama Shendy?” Nathalia bertanya setelah mereka puas menertawakan ucapan Arra.

Arra hanya menggangguk membenarkan akan hal itu. Memangnya siapa yang tidak takut dengan sorot mata Shendy yang selalu tajam, bahkan Para Guru pun akan menghindar bersitatap dengan Shendy saking tajamnya sorot mata cowok itu. Apa lagi Arra, ya walaupun dirinya sering bersama Shendy tapi tidak menutup fakta bahwa Arra juga kadang takut kalo Shendy menatapnya tanpa senyum hangat cowok itu.

“Uhh gimana kalo Gwe bilang-in ke Shendy kalo Lo abis bilang kata-kata yang kasar?” Laddy menaik turunkan alisnya. Menantang.

“Gwe gak takut. Paling kalian yang bakal dia amuk.” Ke-empatnya menatap Arra tak mengerti.

Terpopuler

Comments

Siti Fatonah

Siti Fatonah

thorr ini nntinya jdi sma sma bucin kali ya thorr

2022-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!