16

Jarum jam sudah menujuk pada angka 6, itu berarti sudah dua jam yang lalu penutupan Lomba Eskul Paskibra berakhir, namun beberapa siswa dengan baju serempak bertuliskan ‘Panitia’ pada bagian belakangnya itu masih sibuk bergerak kesana-sini untuk membereskan semua peralatan yang digunakan untuk acara lomba tadi.

Begitu juga dengan Arra yang masih sibuk bolak-balik menaruh peralatan milik Osis yang sempat di pinjam oleh anak Paskibra untuk keperluan lomba, namun ada yang aneh dari cewek itu. Bukan, bukan karena rautnya yang lelah atau semangatnya yang sedikit menurun karena kegiatan yang menguras tenaga. Tapi karena air mukanya yang menunjukan bahwa dia sedang kesal. Entah apa yang sudah terjadi sampai Arra menampikan raut kesalnya itu.

Kita akan tau nanti...

“Ra, aku pulang duluan yah.” Ucap Gista kemudian berlalu setelah mendapat anggukan dan ucapan ‘Hati-hati’ dari Arra.

Arra melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus Ketua Osis, menutup pintu, dan menjatukan diri di sofa berwarna abu-abu itu. Sebelum mengambil salah satu bantal sofa dan melemparkanya ke sembarang arah membuat beberapa barang yang tergantung jatuh tersenggol bantal yang Arra lempar tadi.

Terserah! Arra tidak perduli kalau nanti Shendy tidak terima ruangannya yang selalu bersih dengan barang-barang yang tertata rapi kini sedikit berantakan, atau hancur sekali pun Arra tak perduli. Toh semua ini juga salah Sang Pemilik Ruangan yang membuat Arra marah dan kesal.

“Ngeselin banget sihh!.. Ihhh... Sebel... Sebelllll....” Monolognya sambil memukul lengan sofa yang tak bersalah.

“Kenapa sih lebih menting-in Ketua Eskul, ihh nyebelinnn... Dasar Shendy ngeselinnn... Awas kalo main kerumah gak bakal dikasih keripik singkong rasa balado punya Arra!.. Ahhh kesel kesel!!. Arra keselll....” Arra kembali memukul lengan sofa, bahkan kali ini mencakarnya. Membuat sebuah garis lurus yang tercipta dari kukunya yang sedikit memanjang.

Tess..

Tanpa terasa satu tetes air mata jatuh begitu saja dari netra coklat gelap milik Arra. di susul dengan tetesan demi tetesan air dari kedua netra coklat gelap milik cewek yang sekarang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya itu, meluapkan emosi yang memupuk dalam hati. Tanpa bisa dia curahkan atau lampiaskan pada sang pencipta emosi.

Di lain tempat namun diwaktu yang bersamaan....

Shendy dengan panik mencari keseluruh penjuru sekolah, bingung dan cemas kemana sahabat yang paling di sayanginya itu pergi. Shendy bahkan sudah dibuat seperti orang gila, mencari keberbagai tempat, menabrak anak-anak panitia yang hendak pulang, bertanya namun saat seseorang itu hendak menjawab Shendy justu pergi. Gila kan? Bahkan saking resah dan gilanya Shendy tak segan untuk menendang beberapa tong sampah yang dia temu sebagai bentuk kekesalan, membuat beberapa anak panitia yang melihat, hanya bisa menggeleng tak habis pikir, sambil mengelus dada. Bingung apa harus bertanya kemudian menegur atau diam saja? Karena bagaimanapun itu salah, menambah pekerjaan tukang kebersihan sekolah saja, tapi kalau menegur mereka mana berani? Jadi mereka hanya bisa diam dan memperhatikan sambil berdoa untuk tukang kebersihan semoga selalu sehat untuk membersihkan sekolah mereka.

“Yah ampun Arra kamu dimana sih Ra?” Shendy mengacak rambutnya kesal.

Shendy terus mengingat dimana lagi tempat yang belum dia cek, hampir semua penjuru sekolah sudah dia cek, mungkin hanya satu yang belum dia cek, dan itu...

Ruang Osis.

Dengan langkah seribu, Shendy menuju Ruang Osis, ruangan yang menjadi satu-satunya tempat yang belum dia cek di seluruh penjuru sekolah, dan mungkin satu-satunya harapan untuk menemukan keberadaan sang sahabat tersayangnya itu. Jika Arra tidak ada di sana entah dia harus mencari kemana lagi, Shendy bahkan sudah menghubungi rumah cewek itu tapi jawaban dari Bi Sari yang mengangkat telfon rumah membuatnya kecewa. Dan sekarang harapannya hanyalah Ruang Osis. Semoga saja!

Shendy bukannya tidak tau kenapa Arra menghilang dan susah untuk ditemukan. Bahkan Shendy tau benar apa yang membuat sahabatnya itu melakukan hal ini, tidak lain karena dirinya. Dia yang lebih memilih untuk mendatangi Reikka dari pada Arra yang kebetulan sama-sama memanggilnya saat tadi Acara penutupan. Sungguh Shendy sangat menyesali hal itu, kalau saja tadi dia lebih memilih mendatangi Arra dari pada Reikka pasti saat ini Arra ada bersamanya, pulang kerumah cewek itu dengan riang seperti biasanya. Dan hal ini tidak akan terjadi, pasti Arra-nya itu sedang marah sekarang, dan bagaimana kalau sampai Arra melukai dirinya sendiri? Dengan cepat Shendy menggeleng, mengenyahkan pikiran bodohnya. Dia kenal Arra, sahabatnya itu tidak akan melakukan hal bodoh hanya karena sedang dalam kondisi marah.

“Shendy bodoh!!” Rutuknya pada diri sendiri sambil terus berlari menuju Ruang Osis. Yang entah kenapa rasanya begitu jauh dari belakang sekolah yang biasanya sangat dekat saat Shendy berjalan dihari biasa.

-*-

Arra masih setia meneteskan air mata yang bahkan dia sendiri tak tau kenapa dia sampai menangis sesunggukan seperti sekarang. Sebelumnya saat Shendy membuatnya kesal Arra tak akan menangis seperti ini apa lagi sampai sesenggukan. Lalu kenapa sekarang Arra harus menangis hanya karena dia kesal kepada Shendy yang lebih memilih mendatangi Reikka dari pada dirinya? Arra tidak tau, kenapa dia bisa bodoh terhadap perasaannya sendiri? Tapi yang Arra rasakan, perasaan kesal kali ini berbeda dari biasanya. Seperti bukan hanya rasa kesal, melainkan ada rasa lain yang lebih dominan. Tapi apa? Apa rasa marah. Jelas... Arra benar-benar marah bagaimana tidak, Shendy kali ini mengacuhkannya bahkan lebih memilih mendatangi Reikka dari pada dirinya. Tapi sepertinya bukan rasa marah yang lebih dominan. Lantas apa? Ahkk Arra benar-benar tidak tau!

Tolong seseorang yang tau, bisa kasih tau Arra lewat nomor di bawah ini!!

08912121212.

Hahahh.

Oke gak lucu!

Pintu Ruangan Ketua Osis terbuka, menampilkan Sang Pemilik Ruangan yang berjalan dengan tergesa untuk menghampiri seseorang yang tengah duduk di sofa ruangannya itu. Dia duduk di samping cewek yang menangis entah sudah berapa lama. Bukan untuk memarahinya karena telah lancang masuk keruangan khusus untuknya sebagai Ketua Osis, bukan pula untuk menarik tangan cewek itu dan menyuruhnya keluar. Tapi duduk untuk memeluk dan menenangkannya.

“Maaf Ra, maafin Shendy.” Memohon. Shendy dengan tangan yang tak henti mengelus punggung dan Surai indah Arra yang sedikit berantakan mungkin karena ditarik oleh sang Pemilik.

Shendy sedikit tenang saat mengetahui bahwa Arra masih ada di sekolah, tapi Shendy juga kecewa. Bukan kecewa pada Arra tapi pada dirinya sendiri yang telah membuat Arra menangis sampai sesunggukan seperti ini sampai membuat kedua mata Arra yang biasanya indah dengan binar keceriaan kini berganti dengan mata yang sembab dan sedikit memerah.

“Maafin Shendy Ra.”

“Shendy jahat. Shendy ngeselin. Shendy udah bikin Arra sedih. Shendy udah bikin Arra kesel. Shendy udah bikin Arra sebel sama Shendy. Shendy jahat!” Arra mengeluarkan semua uneg-unegnya sambil memukul dada Shendy dengan membabi buta, sedangkan sang korban hanya diam dan menerima setiap pukulan Arra di dadanya sambil terus memeluk Arra yang masih tak henti menangis. Bahkan pelukan Shendy semakin mengerat bersamaan dengan pukulan Arra yang terus cewek itu layangkan pada dadanya.

“Iya Ra, Shendy salah. Shendy udah jahat sama Arra. Maafin Shendy Ra. Shendy minta maaf... Maaf-in Shendy ya? ” Shendy terus memohon.

Perlahan... pukulan yang Shendy rasakan berhenti, isak tangis Arra bahkan tak terdengar lagi. Shendy kembali panik, melepaskan pelukan dan menatap Arra yang sudah tenggelam dalam alam mimpinya. Shendy sedikit lega. Mengetahui Arra yang tertidur, dia hampir berfikir yang tidak-tidak. Beruntung dia segera melepaskan pelukannya dan melihat Arra dengan nafas yang teratur tanda cewek itu sudah nyenyak dalam alam tidurnya, baiklah mereka akan pulang dengan mobil keluarga Shendy dan meninggalkan motor Shendy untuk bermalam di sekolah... lagi.

Tak apa mungkin motornya akan terbiasa bermalam di parkiran sekolah walau berat sebenarnya meninggalkan motor yang salalu cowok itu bawa kemana-mana, di parkiran sekolah yang bila hujan motornya juga akan kehujanan dan pasti motornya itu akan merasa kedinginan karena angin malam. Tapi demi Arra Shendy ikhlas. Karena baginya Arra adalah segalanya. Bahkan mungkin lebih berarti dari hidupnya. Seperti itu?!

-*-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!