Friendship
“Assalamualaikum.... “ Teriak cowok itu tepat di depan pintu yang sebelumnya telah dia ketuk. Rumah keluarga cewek yang dia claim sebagai sahabatnya dan satu-satunya sahabat.
Pintu dibuka, menampilkan cewek yang sudah rapi dengan seragam khas anak SMA sama seperti cowok yang mengetuk pintu rumahnya tadi. Cewek itu tersenyum saat mengetahui siapa yang datang.
“Shendy!” teriaknya girang
“Aww.... “ Cewek itu meringis saat mendapatkan sentilan dikeningnya.
“Kalo ada orang salam tuh dijawab, bukannya malah teriak!” cowok yang di panggil Shendy itu masuk tanpa menghiraukan Sang Sahabat yang masih berdiri didepan pintu sambil mengusap keningnya yang terasa panas.
“Dih ngeselin “ mencabik kesal. Cewek itu menutup pintu dan masuk untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.
Cewek itu kembali duduk. Bersampingan dengan Shendy yang ikut dalam acara sarapan keluarga itu, seperti biasanya. Dan tidak ada yang merasa terganggu, bahkan mereka menganggap sarapan pagi tanpa kehadiran Shendy akan terasa berbeda. Seperti ada yang kurang.
Bagai sayur asem tanpa asem.
Kurang.
“Shendy. Arra. Gimana sekolah kalian?” Tanya Sunjaya selaku pemimpin keluarga mengawali percakapan dipagi hari seperti biasa.
“Baik-baik aja kok Pah.” jawab anak perempuan satu-satunya dalam keluarga itu.
Sunjaya menatap Shendy seolah bertanya akan kebenaran jawaban Sang Putri Sematawayang.
“Iya Om. Baik-baik aja kok.” Jawab Shendy membenarkan.
“Kalau Organisasi kalian gimana? Arra gak ngerepotin Kamu sebagai Ketua Osis-kan?”
“Apa-an sih Pah? Orang Aku tuh yah, paling mandiri di Osis. Bahkan nihh yahh, Aku ngerjain Mading sendirian tau! Hebatkan Aku?” Arra menyombong diri.
“Benar Shendy?” Sunjaya kembali bertanya. Kembali meragukan ucapan Sang Putri dengan kesombongannya itu.
“Iya Om. Arra ngerjain Mading-nya sendiri, karena temen satu bidangnya jarang banget masuk sekolah.” Sunjaya menganggukan kepala, suasana kembali hening beberapa detik. Sebelum....
“Papah tuh yahh. Pas Shendy ngomong aja langsung percaya, pas Arra yang ngomong diraguin. Papah tuh sebenernya Papah-nya Arra, apa Papah-nya Shendy sih?” cewek itu beranjak dengan rasa kesal dan berlalu tanpa mau menoleh pada Sang Mama yang memanggilnya untuk melanjutkan sarapan.
-*-
Arra, berjalan masih dengan rasa kesal akibat pertanyaan dari Sang Papah yang terkesan lebih percaya pada Shendy dari pada dirinya. Dia Misya Ratna Farradibha orang terdekat biasa memanggilnya Arra dan orang lain akan memanggilnya dengan panggilan Mis, Sya atau bahkan Misya.
“Papah ngeselin, Shendy juga. Mamah apa lagi. Bukannya belain Arra malah diem-diem bae. Kesellll.”dumel Arra sambil menendang bebatuan kecil di sepanjang jalan yang dilaluinya.
“Kenapa sih Papah lebih percaya sama Shendy? Shendy juga. Emang ngeselin tuh orang. Ihhhhh keselll” Arra masih menyurakan kekesalannya mengacuhkan tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar.
“Dasar Shendy Sambara ngeselin. Awas nanti Arra bakal kasih pela-“
“Shendy! Shendy. Woyy Arra ketinggalan ini! Shendy! Shendy ngelewatin Arra!” Arra berteriak memanggil Shendy yang baru saja melewatinya dengan mengendarai sepeda motor besar kesayangan cowok itu.
“Shendy! Ngeselin Ahh, dasar Shendy Sambara gak berperi-ke-persahabatan! Shendy, Arra ketinggalan ini! Shendy! Awas yah, Arra aduin Papah Sunjaya!”
“Ehh... Arra-kan lagi kesel sama Papah. Ahh bodo amat.”
“Shendy woyyy Shendy. Awas di sekolah yahh Arra bakal bales perbuatan Shendy! Shendy!”
Shendy yang berada diatas motornya terkikik geli. Cukup.
Arra pasti sudah sangat lelah berteriak. Apa lagi dengan tatapan dari beberapa orang yang cewek itu bentak karena melihatnya yang mengamuk tidak jelas. Shendy memutar arah motor-nya, menuju tempat Arra yang sekarang berada di pinggir trotoar dengan wajah yang ditekuk kesal.
“Yuk naik!” ajak Shendy.
Arra mendengus kesal, sebelum akhirnya naik kemotor Shendy, dengan pandangan yang dia arahkan ke samping.
“Pegangan Ra.” Shendy mengingatkan.
Arra tak perduli. Dia masih cukup kesal karena sifat Shendy yang mengerjainya tadi. Tolong ingatkan Arra untuk membalas dendam nanti.
-*-
Misya Ratna Farradibha cewek penyuka es krim strauberry dan kripik singkong rasa balado, yang menganggap kedua makanan itu adalah sumber asupannya adalah cewek dengan sikap manja yang hanya dia tunjukan kepada orang-orang yang cewek itu anggap dekat saja. Cewek dengan tingkah dan ucapan lucu yang selalu membuat orang-orang yang berada didekatnya gemas sendiri dengan tingkah dan ucapan cewek yang di panggil Arra itu, cewek dengan segala keunikan, kelebihan dan kurangan yang menjadikannya lebih istimewa di mata seorang Shendy Sambara.
Seperti saat ini, Arra yang masih dalam mood kesal, membuat Shendy yang baru saja memberhentikan motornya diparkiran sekolah, menjadi gemas hanya dengan melihat Arra yang menekuk bibirnya dan menyilangkan kedua tanganya di depan dada sambil duduk diatas jok belakang motor milik Shendy.
Dasar Arra, tadi cewek itu mengejar Shendy yang mengendarai motor dan berpura-pura tak melihatnya saat cewek itu berjalan kaki. Berteriak di pinggir jalan layaknya orang gila dengan menyebut nama Shendy kencang. Membuat Shendy yang sudah melewatinya tertawa dan memutuskan untuk memutar balikkan arah motor yang dikendarainya dan menghampiri Arra yang duduk di tepi jalan dengan nafas yang ngos-ngosan dan wajah yang memerah padam.
Shendy yang pengertian dan tau akan apa yang di inginkan Sang Sahabat pun dengan segera berbalik badan dan menyerahkan punggungnya untuk menjadi gendongan Arra. Senyum manis tercetak jelas di bibir Arra, dengan semangat 45 Arra naik ke punggung Shendy, mereka berjalan. Bukan, maksudnya hanya Shendy yang berjalan karena Arra yang berada dalam gendongan cowok itu, membuat semua orang yang melihat mereka, memandang dengan berbagai tatapan yang berbeda-beda. Ada yang menatap suka, benci, iri, kesal dan lainnya. Sedangkan yang ditatap hanya acuh-acuh saja terus berjalan tanpa perduli pada mereka yang menatap mereka aneh atau lain sebagainya.
Shendy menurunkan Arra di salah satu bangku yang terdapat di kantin utama sekolah.
“Makasih Shendy. “ Shendy tersenyum sebagai balasan.
Mengusap kepala Arra dan bertanya apa yang sahabatnya itu inginkan. Arra mendongakkan kepalanya menatap Shendy yang lebih tinggi karena masih berdiri. Bahkan saat Shendy duduk pun Arra masih lebih pendek dari Shendy, karena tinggi cewek itu tidak lebih dari dada Shendy .
Bisa dibilang Shendy adalah salah satu cowok berbadan tinggi di sekolah, dan satu-satunya cowok di sekolah yang memilik mata setajam elang dengan berhias alis yang sangat tebal, membuat cowok itu menjadi satu-satunya cowok yang di takuti di sekolah karena wajahnya yang galak, namun tidak di pungkiri walaupun Shendy memiliki wajah yang sangar dan mata yang tajam, tapi banyak bahkan bisa di bilang sangat banyak karena hampir siswi satu sekolah menyukainya dan menyebut diri mereka sebagai ‘Bucinnya Shendy’.
Jadi wajar kalau kedekatan Arra dan Shendy sering jadi sorotan bahkan gunjingan bukan hanya saat mereka lewat di depan siswa maupun siswi lain tapi juga menjadi bahan gosip setiap para Siswi berkumpul di belakang mereka. Itu wajar. Dan biasa.
“Umm Arra mau Es krim.”
“Enggak! Masih pagi Ra.” Tolak Shendy lembut.
“Ihh Shendy, Arra mau Es krim” Kekeh Arra. Menampikkan Puppy eyes-nya.
Shendy tak menjawab, hanya berlalu dan kembali dalam beberapa menit kemudian dengan menempelkan satu cup es krim rasa strouberry ke pipi sahabatnya itu .
“Nih, udah jangan ngambek lagi” serah Shendy, menyodorkan satu cup Es Krim rasa Stroubarry yang dia bawa. Arra hanya mengangguk, tersenyum manis yang di balas senyuman hangat oleh Shendy.
Arra tau Shendy akan menolak permintaannya tadi, tapi Arra lebih tau kalau sahabatnya itu tak akan pernah bisa untuk menolak permintaannya sesulit atau seaneh apa pun permintaan itu. Karena Arra tau, secuek-cueknya Shendy kepada semua cewek, Shendy tak akan mampu untuk cuek kepadanya. Karena bagi Shendy, Arra adalah segalanya. Dan bagi Arra, Shendy juga segalanya. Arra memang memiliki banyak teman, tapi baginya Sahabatnya hanya satu, yaitu Shendy. Hanya Shendy. Begitu juga sebaliknya. Dan begitu pula seterusssnya...
Shendy beranjak membuat Arra yang baru menikmati dua sendok Es Krim-nya menatap Shendy penuh tanya.
“Shendy ke toilet bentar.” Arra tersenyum menggangguk pelan, membiarkan Shendy pergi setelah mengusap kepalanya dengan sayang.
Shendy berlalu, Arra hendak menundukkan kepala untuk memakan Es Krim-nya kembali, namun harus terhenti saat seseorang menggebrak meja tempatnya duduk dengan keras. Arra menatap sekilas, cewek dengan rok ketat, baju yang juga tak kalah ketat dari roknya, dan jangan lupakan wajah yang penuh dengan riasan make-up yang tidak seharusnya di pakai di lingkungan sekolah. Arra kembali menunduk enggan meladeni seseorang yang berdiri di depannya dengan dua orang lain di belakangnya yang berpenampilan tidak jauh beda dari si orang yang menggebrak meja tempat Arra duduk tadi.
Arra kembali menatap ke depan saat cewek yang Arra tau bernama Shelly dari papan nama yang ada di atas saku baju cewek itu kembali menggebrak meja. Arra menatap dengan santai dengan tatapan yang seolah berkata’Apa?’
“Bisa gak sih Lo jauhin Shendy!?” Arra menghela nafas.
‘Ternyata Bucinya Shendy toh. Pantesan.’ Arra membatin, kemudian kembali menatap cewek yang berdiri di depannya itu.
“Bilangnya sama Shendy sana.” Arra mengibaskan tanganya acuh.
Kemudian kembali melanjutkan acara makan Es Krim-nya yang tertunda. Cewek yang bernama Shelly menatap Arra nyalang, dia kesal saat melihat cowok yang dia taksir sejak kelas satu selalu di tempeli oleh Arra, padahal kenyatannya tidak seperti itu. Atau lebih tepatnya sebaliknya?
“Sumpah Lo ngesel-“ ucapan dan gerakan tangan Shelly yang hendak menjambak rambut Arra terhenti karena sebuah tangan mencengkal pergelangan tangan cewek itu dengan sangat keras.
Shelly menoleh dan mendapati tatapan tajam dari Shendy yang baru datang dari arah belakang.
“Sedikit aja Lo berani ngelukain Arra, atau berani nyentuh Arra dengan kasar, Gwe bakal bikin Lo nyesel masuk sekolah ini!” Ancam Shendy penuh peringatan. Tak lupa menghempaskan tangan Shelly dengan kasar.
“Tapi Shend, dia selalu nempelin Kamu, selalu ngikutin Kamu, selalu ada di samping Kamu dan tiap Kamu kemana-mana dia pasti selalu ikut. Aku gak suka!” Shelly menunjuk Arra yang masih asik dengan Es Krim-nya seakan tak perduli dengan keadaan sekitar yang mulai menjadikan mereka sebagai tontonan.
“Lo denger ya! Bukan Arra yang nempelin Gwe ataupun ngikutin Gwe. Tapi justru Gwe yang selalu nempelin dia, ngikutin dia, selalu ada di samping dia....” Shendy menatap Shelly kesal.
“Dan Gwe gak perduli lo suka atau enggak! Plus stop nyebut Aku Kamu sama Gwe. Karena Gwe JIJIK.” Shendy mengalihkan pandanganya dari Shelly, menarik tangan Arra untuk keluar dari kantin, sebelum Shelly kembali berkata lagi.
“ Ihhh... Shendyyy!” Shelly berteriak, namun tak di hiraukan oleh Sang pemilik nama yang sudah melangkah jauh keluar kantin.
Shendy menggenggam tangan Arra, dan membawanya pergi dari kantin yang mulai penuh dengan bisik-bisik tentang kejadian tadi. Shendy tak habis pikir, padahal dia sudah terlalu sering mengingatkan para pembucinya untuk tidak mengganggu Arra tapi kenapa cewek yang bernama Shelly itu malah mengusik Arra-nya, dan yang Shendy tak habis pikir lagi kenapa Arra terlihat santai bahkan sangat santai saat seseorang ingin membully-nya. Dan lagi, Shendy kesal kenapa masih ada yang memakai make-up berlebih di sekolah, padahal dia sudah sering mengingatkan bahkan melakukan razia untuk hal itu, tapi kenapa. Ah mungkin Shendy harus melakukan razia lebih sering lagi sebelum masa jabatannya habis.
Shendy menghentikan langkahnya saat Arra tiba-tiba melepaskan genggaman tangan mereka. Shendy menatap Arra dengan tatapan’ Kenapa Ra?’. Arra menundukan kepalanya, menautkan jari-jari tangannya di depan rok yang dia kenakan, Shendy yang melihat hal itu menatap Arra dengan alis yang saling bertaut.
“Ihh Shendy kok natep Arra gitu?” Alis Shendy semakin bertaut.
“Hehh kesel. Arra tuh cape Shendy....”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments