03

“Shendyy.... “ Nathalia dengan cepat membuktikan.

Shendy yang sedang duduk dalam lingkaran teman-teman cowok-nya menoleh yang di lakukan serentak oleh semua temannya.

“Kaoplak Gwe manggil Shendy yang nengok semua.” Nathalia tak habis pikir.

“ Eh Shendy sini bentar dong!” Laddy terkikik geli, membayangkan Arra yang di bentak Shendy hanya gara-gara umpatan kasar yang temannya itu ucapkan tadi.

Shendy menoleh pada ke-empat temannya, mengangguk sekilas kemudian beranjak yang di ikuti oleh ke-empat temannya yang lain. Shendy mengambil tempat duduk di samping Arra yang memang semula kosong, dan di ikuti juga oleh ke-empat temannya yang melakukan hal serupa. Mengambil tempat di kursi yang semula kosong.

Shendy menatap Nathalia yang tadi memanggilnya untuk ikut dalam lingkaran tempat duduk cewek-cewek itu.

“Shen, kata Arra Lo bakal ngamuk kalo tau Arra ngomong kasar?” Laddy bertanya semangat, Regal yang sekarang duduk di sebelahnya menatap ingin tau.

Shendy mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Laddy.

“Masa Shend tadi Arra bilang kaya gini ‘BAC...ottt’ gitu “ Nathalia memperagakan dengan antusias, dia sungguh ingin melihat reaksi Shendy yang memarahi Arra.

Shendy menatap Arra tajam, Arra balik menatap dengan datar kemudian menatap teman-temannya yang sedang berusaha menahan tawa dengan tatapan seolah berkata ‘Mereka yang nyuruh!’. Shendy berganti menatap satu persatu teman-teman Arra dengan tatapan serupa. Membuat Laddy, Nathalia, Rosse, dan Dynar yang semula menahan tawa kini menahan rasa gugup plus takut.

“Kok Lo natep kita kaya gitu?” Laddy memberanikan diri bertanya.

“Arra gak bakal ngomong kaya gitu kalo bukan kalian yang nyuruh.” Shendy meredam amarahnya. Laddy, Nathalia, Rosse, dan Dynar menatap cengo ke arah Arra.

‘Jadi ini maksud Arra tadi. Kamprettt.’ Gumam ke-4nya kesal sambil menatap Arra yang menjulurkan lidah meledek.

“Emang kalian ngobrolin apa sih sampe nyuruh Arra ngomong kasar?” Naga memecah adegan saling tatap dan saling ledek di depannya itu.

“Ahh kita cuma lagi tanya-tanya warna kesukaan aja.” Nathalia menjawab gugup. Arra menatap penuh arti.

“Terus, udah gitu aja?” Regal bertanya kepo.

“Enggak kita belum tau warna kesukaan Arra.” Laddy yang menjawab.

“Jawab Ra, warna kesukaan Arra apa?” Shendy juga ikut bertanya.

“Gwe suka warna Abu-abu sama Pink.” Arra berkata dengan santai. Semua menatap Arra tak percaya.

“Hahah Lo gokil Ra. Gwe gak percaya kalo Lo suka warna Pink. Ya emang sih, Lo itu kadang manja. Sorry nih ya? Tapi kalo menurut Gwe gak mungkin ah Lo suka warna Pink.” Dynar berargumen

“Bener tuh, Gwe juga gak percaya apa coba alasannya seorang Misya Ratna Farradibha suka warna Pink?” Regal ikut meragu dengan kedua tangan yang di angkat sebahu.

“Simpel. Dua warna itu ngewakil-in hidup Gwe.” Semua menatap tak mengerti

“ Gwe tanpa Shendy bakal jadi Abu-abu suram dan kelihatan gak bernyawa. Dan Gwe bakal berwarna secerah dan seceria Pink dengan adanya Shendy di sisi Gwe, di samping Gwe, di hari dan di hidup Gwe.” Arra menatap Shendy, yang di balas dengan senyuman dan usapan lembut cowok itu di kepalanya.

“Uwuhhhh Gwe baperrr” Cipto refleks memegang tangan Rosse yang dengan cepat di tepis cewek itu.

“Elah refleks kali.” Rosse menatap tajam cowok yang duduk tepat di samping kanannya itu.

Semua tertawa, melihat Rosse yang selalu tak nyaman saat berdekatan dengan Cipto, dan Cipto yang selalu gencar mendekati cewek dengan penampilan yang persis seperti cowok itu.

“Tapi gila loh, Gwe gak nyangka Arra bakal ngasih alasan kaya gitu.” Naga menatap kedua orang yang tepat di depannya itu dengan tatapan jenaka sekaligus mengembalikan attensi ke-keduanya yang sempat teralihkan sebentar.

“Itu bener. Bukan alesan!” Arra berkata galak.

“Hahah tau rasa Lo!” Regal menatap puas. Naga balas menatap horor.

“Tapi Gwe jadi penasaran kalo warna kesukaan Shendy apa?” Regal menatap Shendy penuh tanya, yang di ikuti oleh yang lainnya.

“Gwe Biru sama Putih.” Shendy menjawab tanpa menghentikan usapannya di kepala Arra.

“Yehh gak seru. Kirain bakal kaya Arra gitu jawabnya. Contohnya item sama kuning. Atau apa kek yang lebih mirip.” Regal memberenggut.

“Iya. Lo mah gak bisa romantis!” Laddy menimpali.

“Gwe belum kasih penjelasan dugong!” Shendy menatap kesal pada Regal juga Laddy.

“Emang apaan Babangggg apaan emang? Coba jelasin, Eneng mau denger!” Regal berkata alay. Semua orang terkikik geli sekaligus jijik mendengarnya.

“Jijik Gwe dengernya!” Shendy mengungkapkan. Regal memutar matanya tidak perduli.

“ Gini. Mungkin Biru emang cerah, indah tanpa goresan, berwarna dengan syahdunya. Tapi gak tau kan? Biru yang cerah dan indah bisa jadi dongker yang menyeramkan dan hitam pekat yang menakutkan. Kaya gitu Gwe tanpa Arra, bakalan dongker atau parahnya hitam pekat yang suram, kejam, dan menakutkan. Gwe juga bakal putih yang semai, terlihat sama namun semu tanpa Arra di hari Gwe. Yah itulah Gwe. Yang orang bilang sempurna nyatanya gak bakal sempurna tanpa Misya Ratna Farradibha yang buat Gwe serasa hidup dengan berjuta warna.” Shendy menatap Arra dengan senyum manisnya yang dibalas dengan senyum yang tak kalah manis dari Arra.

Semuanya cengo, tidak menyangka akan mendengar perkataan puitis dari cowok yang terkenal garang, pemilik mata setajam elang, tegas dan tak terbantahkkan. Dari Shendy Sambara yang selalu cuek terhadap semua cewek? Cuma buat Arra? Gillaaa....

“Kalian pacaran?”

Semuanya sontak bertanya, saat mendengar kalimat Shendy yang hanya cowok itu tunjukan untuk Arra di tambah dengan Arra yang sekarang bersandar ke bahu Shendy dan cowok itu yang mengusap kepala Arra dengan sayang.

“Kita Sahabatan.” Keduanya menjawab kompak tanpa niat berpindah posisi.

Semuanya menatap tak percaya. Dan sontak kembali berkata kompak.

“GENDENGGGGG!!!”

Arra dan Shendy sekarang yang tertawa kompak melihat wajah teman-teman mereka yang kesal, greget, dan marah secara bersamaan yang menurut mereka lucu bahkan sangat lucu. Berbeda dengan Laddy, Regal, Cipto, Rosse, Dynar, Naga, Nathalia dan Reno yang menatap tak mengerti, sebelum beranjak bersamaan meninggalkan kedua orang yang mengaku Sahabat namun bertingkah layaknya sepasang kekasih yang sudah bersumpah saling mencintai seumur hidup dengan tawa keduanya yang tak henti-henti.

-*-

Ruang kelas 12 ipa 3 yang semula ramai di isi 32 Siswa kini hanya menyisakkan beberapa orang siswa. Mereka Shendy, Naga, Regal dan Cipto yang tengah duduk melingkar setelah kepergian Reno yang pamit pulang karena ada urusan yang harus cowok itu urus. Di dalam ruangan itu tidak hanya di isi oleh mereka ber-4 tapi juga ada Arra yang anteng duduk sendirian di meja cewek itu dengan novel yang sibuk dia baca. Bukan hanya Arra, tapi ada Laddy, Nathalia, Dynar, dan Rosse yang duduk melingkari satu meja sambil bergosip segala hal.

Shendy melirik Arra sekilas, sebuah ide muncul dalam kepalannya, yang dengan segera cowok itu diskusikan pada ke-3 temannya. Regal mengangguk, Naga tersenyum, Cipto bertepuk tangan sekali. Dengan kompak ketiganya beranjak dan menghampiri meja yang terdapat Laddy, Nathalia, Rosse, dan Dynar untuk menyampaikan ide dan rencana milik Shendy yang masih anteng duduk di tempat semula.

Mereka kembali menghampiri Shendy, yang masih duduk di tempat sama. Shendy tersenyum, kemudian mengangguk yang dibalas dengan anggukan dari ke-7 temannya. Shendy beranjak di ikuti ke-7 temannya yang mengambil posisi sesuai rencana Shendy. Dengan seulas senyum Shendy menghampiri Arra yang masih berada di posisi yang sama sejak beberapa menit yang lalu, tanpa merasa terganggu oleh semua orang yang berada di kelas itu.

Shendy menghentikan langkahnya tepat di depan Arra, cowok itu tersenyum, memandang Arra sebentar sebelum berkata.

“Boleh duduk gak?”

Shendy memulai rencanan-nya yang menirukan salah satu short movie yang di buat oleh youtube-er asal satu daerah. Arra diam, cewek dengan novel ditangannya itu seperti ingat akan ucapan Shendy barusan.

“ Oke kalo gitu boleh kenalan?” Shendy mengulurkan tanganya pada Arra.

Ingat... Arra tau short movie satu ini, salah satu short movie yang pernah di tontonnya bersama dengan Shendy.

“Jadi Shendy ngajak bikin vidio? Hmm pasti Naga sama Cipto yang jadi camera-men-nya. Oke Arra ikutan!” Arra membatin.

Arra tersenyum kecil yang mungkin tak akan bisa di lihat oleh orang lain. Novel yang berada di tangannya Arra taruh di atas meja, kemudian mengambil tas dan beranjak pergi, tanpa menghiraukan Shendy dengan uluran tangannya.

“Heii” Arra menghentikan langkahnya yang baru dua langkah dari meja itu.

“ Aku pasti-in sebentar lagi aku tau nama kamu”

Arra kembali melangkah, dengan iringan lagu ‘Awas nanti jatuh cinta- Armada’ yang Arra yakini pasti dari Hp milik Nathalia. Arra berjalan dengan pelan, sebelum akhirnya berhenti tepat di depan pintu kelas. Arra memutar tubuhnya saat ingat kalau novel yang tadi dia baca belum dia masukan kedalam tas.

Kembali ke mejanya, dan mendapati tempat yang seingatnya tempat dimana dia letakan novel sudah dalam keadaan kosong. Hal serupa juga terjadi pada dua bagian kolong mejanya setelah dia cek. Arra menegakkan tubuhnya sebelum berbalik dan mendapati Shendy yang berdiri tepat di belakangnnya dengan memperlihatkan novelnya yang terdapat tulisan nama Arra pada bagian depan sampul novel.

Arra mendekat, merampas novelnya dari tangan Shendy kasar sebelum pergi tanpa mengucap sepatah kata. Shendy mengukir senyum, setelahnya ikut beranjak pada arah yang berlawanan dengan arah yang ditempuh Arra.

Arra duduk percis seperti sebelumnya, dengan novel yang berada di tangannya dan tak lupa dengan tas yang setia dia gendongkan di punggung. Arra menghembuskan nafas lelahnya.

“Kemana ya, cowok aneh itu?” Arra bermonolog sambil membuka halaman-halaman novel tanpa minat.

Beranjak, setelah menaruh novelnya dalam tas, Arra mulai melangkah meninggalkan meja yang semula dia duduki. Tanpa Arra sadari dari belakangnya Regal datang dan berusaha mengambil tas yang Arra genggam erat. Di tempat yang tak jauh dari Arra yang sedang berusaha menahan tasnya agar tak diambil oleh Regal, Shendy berdiri dengan Hp yang fokus dia mainkan sampai Dynar datang dan meminta tolong pada Shendy untuk membantu Arra yang sedang di copet.

Dengan cepat Shendy menghampiri Arra yang membuat Regal pergi saat mengetahui rencana pencopetan-nya dipergoki oleh seseorang. Arra bernafas lega saat tas yang terdapat ponsel dan dompetnya tidak jadi di ambil oleh pencopet.

“Maka...”

“Kamu gak...”

Shendy dan Arra berucap kompak, setelahnya tertawa kikuk.

“Kamu gak papa?” Shendy bertanya.

“Gak papa. Makasih yah. Ouh yah Aku Arra.” Arra mengulurkan tangannya pada Shendy yang dengan segera di balas oleh Shendy.

“Shendy.”

“Mau aku anter pulang?” Shendy menawarkan. Arra mengangguk dengan seulas senyum.

Keduannya berjalan dengan di iringi sedikit tawa.

“Cutt!” Nathalia mengintruksi.

Semua orang bertepuk tangan dengan akting Arra yang spontan tanpa tau sebelumnya bahwa ini adalah rencana Shendy.

“ Woww mari beri tepuk tangan untuk Misya Ratna Farradibha!” Laddy mengintruksi, semuanya mengikuti intruksi dari Laddy.

Prokk ... Prokk...

Arra sedikit merendahkan tubuhnya dan memegang rok abu-abunya, sambil tersenyum malu-malu. Selayaknya seorang ratu. Shendy terkikik geli di samping Arra.

“Gilla... Gila... Gwe gak nyangka spontan tapi bisa bagus gitu yah? Kalian punya telepati yah, sampe pas Shendy mulai akting Arra langsung tau terus ikutin mainnya Shendy?” Nathalia curiga.

“Enak aja! Arra tuh yah tau short movie itu, jadi pas Shendy nyamperin Arra terus bilang kaya tadi, Arra langsung tau deh. Makanya Arra langsung ikutin.” Semua mengangguk paham.

“Yuk liat hasilnya!” ajak Naga, yang di setujui oleh semuanya.

Naga meletakan tasnya di atas meja sebagai penyangga untuk Hpnya dan Hp Cipto. Vidio di putar, semuanya diam menyaksikan hasil dari akting Shendy, dan Arra dengan posisi berdiri membelakangi papan tulis.

Prokk... Prokk...

Semuanya kompak kembali bertepuk tangan saat vidio telah berakhir.

“Yeyy... Keren nihh...” Cipto berseru.

“Banget, tinggal nambahin background suara yang lain aja biar nambah bagus!” Naga mengajukan pendapat.

“Gwe setuju! Terus kita puter deh pas Promnight, biar jadi kenangan.” Regal mengajukan ide.

“Gimana Shend?” Naga meminta persetujuan.

Shendy menatap Arra seolah meminta pendapat. Arra mengangguk tanda menyetujui.

“Oke.” Semuanya sontak berseru bahagia. Tak terkecuali Arra yang ikut tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!