11

Arra menuruni anak tangga dengan riang. Membuat Ratna dan Sunjaya yang kebetulan berada di ruang keluarga menikmati hari libur mereka yang di ajukan lebih cepat, menatap Putri Sematawayang mereka bingung.

“Jam 4, mau kemana dia Mah?” Sunjaya melirik Sang Istri setelah melihat jam yang berada di pergelangan tanganya.

“Sore Mah, sore Pah.” Sapa Arra yang mengambil tempat di sebelah Sunjaya.

“Sore sayang, mau kemana anak Mamah, kok rapih banget?” Ratna bertanya. Arra mengunyah kripik singkong yang tadi dicomotnya sebentar sebelum menjawab pertanyaan Sang Mamah.

“Hmm Papah tau nih, pasti mau jalan-jalan sore sama Shendy kan?” Sunjaya menebak. Arra menggeleng di tengah kunyahanya.

“Terus mau kemana? Ke mall sama Dynar?” Ratna yang kali ini menebak. Arra kembali menggeleng.

Cewek dengan dress pink, dan rambut yang di biarkan tergerai itu mengambil gelas yang sudah berisi jus mangga di atas meja. Meminumnya beberapa tengguk dan meletakan kembali gelas ketempat semula.

“Bukan. Salah semua! Arra mau ke rumah Shendy.”

“Ouhh kerumah Shendy. Kirain mau kemana, terus kapan Shendy jemput?” Ratna kembali bertanya.

“Enggak bakal jemput. Arra yang kesana sendiri. Soalnya tadi Arra telfon-in Shendy gak angkat-angkat. Mungkin Shendy cape, abis tadi ada problem sedikit pas Rapat Osis. Tapi tenang Shendy itu Ketos yang handal. Jadi bisa ngehendel semuanya.” Arra menjelaskan saat melihat tatapan khawatir dari Sang Mamah.

“Jadi Arra mau kerumah Shendy di anter Pak Captro?” Arra mengerakan jari telunjuknya ke kanan dan kiri isyarat ’Tidak’

“Terus?”

“Permisi Non Rara.”

Sunjaya dan Ratna sontak menoleh kearah pria paruh baya yang mereka kenal adalah supir pribadi keluarga sahabat mereka.

“Pak Budi?” Ratna dan Sunjaya sontak bertanya. Arra mengangguk.

“Yap bener. Arra dijemput Pak Budi. Hehhe... Lagian bolehkan Pah Mah?”

“Boleh aja sih Sayang, tapi emang kamu udah bilang sama Tante Santi?” Ratna mempertanyakan

“Udah kok. Arra tadi udah nelfon kalo Arra mau main. Terus Tante Santi bilang ‘Wahh Tante seneng loh kalo kamu main ke rumah, apalagi kalo nginep. Yah udah nanti Tante suruh Pak Budi buat jemput kamu kalo Shendy emang ketiduran. Sekalian kamu mau apa Sayang? Biar nanti Tante beli-in pas pulang kerja.’ Gitu Pah, Mah.” Arra menjelaskan dengan nada suara yang di buat percis seperti Santi.

“Ouhh... Terus kamu jawab apa ?” Sunjaya bertanya.

“Yahh jelas dong Arra jawab gini. ‘Makasih Tante, gak perlu banyak-banyak Tante cukup beli-in Arra es krim sama kripik singkong rasa balado aja yang banyak.’ Heheh” Sunjaya dan Ratna hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Dasar kamu.” Arra cengengesan.

“Udah ahh Arra pergi dulu. Ouh yah Mah Pah, Arra juga mau nginep di rumah Shendy buat beberapa hari nanti pulang hari senin abis dari sekolah. Oke?”

“Oke dong! Heheh, Arra kaya Shendy yah lama-lama.” Arra menjawab sebelum kedua orang tuanya menjawab.

“Dasar anak Mamah sama Papah. Yah udah sana! Awas jangan ngerepotin Tante Santi yah.” Peringat Ratna pada Arra yang mencium pipinya.

“Siap Mamah.”

“Titip salam buat Tante Santi sama Om Herman dari Mamah Papah.”

“Oke jendral!” Arra memberi hormat bersikap layaknya seorang pasukan.

“Oke Arra pergi dulu. Dah Mamah dah Papah. Jangan kangen Arra yahh!”

Arra berlalu dengan Pak Budi di belakangnya. Sunjaya dan Ratna hanya bisa geleng-geleng kepala tak mengerti akan sikap Sang Putri Sematawayang yang terkesan manja itu.

-*-

Arra melangkahkan kakinya menuju sebuah pintu berwarna putih yang berada di lantai dua, dengan perlahan Arra membuka pintu agar tak mengganggu Sang Pemilik kamar yang saat Arra masuk terlihat tengah tertidur lelap dengan baju sekolah yang masih melekat sempurna di badan cowok itu. Menandakan Sang Pemilik kamar yang kelelahan dan langsung tidur setelah pulang sekolah tadi.

Arra menghentikan langkahnya ditengah kamar. Dia menatap sekeliling. Bersih, rapih, dan wangi. Arra mengangguk, tak heran memang jika kamar yang dia kunjungi sekarang dalam keadaan seperti itu. Shendy memang cowok, tapi kalau soal kebersihan Arra yang perempuan pun kalah.

Arra mendekat. Cewek dengan dress pink itu mendudukan diri di ranjang dengan Shendy yang masih nyenyak dalam alam mimpi disampingnya. Tak merasa terganggu sedikitpun dengan pergerakan Arra yang bahkan sekarang tengah memandangi cowok itu dengan intens.

Rambut hitam legam yang sedikit berntakan, mungkin karena jambakan dari sang pemmilik rambut saat rapat tadi. Alis tebal yang berwarna serupa dengan bentuk yang mirip seperti alis Arra yang hanya dibedakan tebalnya saja. Bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir merah muda yang berbeda dari cowok kebanyakan di sekolah yang memiliki warna bibir yang ungu atau bahkan kecoklatan, kulit yang tak kalah putih dari kulit Arra, tubuh yang proposional dengan bentuk kotak-kotak dan beberapa otot yang membentuk di bagian tubuh dengan sempurna, Arra yakin Shendy mendapatkannnya dengan susah payah dan usaha yang sering, dengan olahraga yang cowok itu lakukan setiap minggunya.

Arra tersenyum. Benar Shendy memang duplikat kata sempurna. Pantas saja banyak atau bahkan sangat banyak cewek di sekolah bahkan di luar sekolah yang mengagumi sosok Shendy walau baru pertama kali bertemu. Tak perduli setajam apa saat mata Shendy menatap, semua cewek akan selalu terpikat dengan pesona Shendy yang memikat.

Shendy menggeliat, dan memposisikan badanya menyamping tepat kearah dimana Arra duduk. Arra tersenyum, membiarkan tangan cowok yang dia anggap Sahabat itu berada di pinggangnya, seolah memeluk namun tidak benar-benar memeluk. Karena tidak terlalu erat.

Arra hampir saja memekik jika tidak dengan segera membekap mulutnya sendiri saat tangan Shendy mendorong tubuhnya, membuatnya harus rela tertidur dengan satu kaki Shendy yang berada di atas kedua kakinya. Arra tersenyum dengan sedikit menggelengkan kepalnya. Dasar Shendy, bahkan secara tidak langsung cowok itu memeluk Arra, menjadikan Arra sebagai guling dalam tidurnya.

Shendy... Shendy....

Arra tersenyum, diam, tanpa ada minat untuk menyingkirkan tangan Shendy dari perutnya, atau kaki cowok itu dari atas kakinya. Biarkan saja, toh Arra tau kalau sebentar lagi Shendy akan bangun. Karena Arra tau, kalau Shendy tidur siang, cowok itu tidak akan tidur lebih dari 2 jam. Dan kalaupun Shendy tidur pukul 4 sore. Seakan ada alarm yang berada di kepala, Shendy akan bangun pukul 5 sorenya. Aneh kan? Kalau Arra sih beda lagi. Jika cewek itu tertidur di siang hari, Arra akan bangun pukul 6 sore, yahh sekitar 4 jam. Bahkan kalau pun Shendy datang dan berusaha membangunkan Arra. Arra akan mengabaikannya, dan membiarkan Shendy berkeliaran dirumahnya, atau pulang kembali kerumah cowok itu karena bosan.

Tapi untuk sekarang Arra tidak akan tertidur, walau godaan kasur Shendy yang empuk sejak tadi berusaha menggoyahkan imannya. Arra kekeuh tidak akan tidur. Walau Shendy yang memeluknya bagai bantal guling, Arra tidak akan tergoda. Karen kalau itu sampai terjadi, Es krim dan keripik singkong rasa balado yang di janjikan oleh Tante Santi akan hangus tak bersisa di makan oleh Shendy saat cowok itu bangun nanti.

Ouhh itu tidak akan terjadi. Arra tidak akan membiarkan itu terulang kembali. Cukup waktu keluarganya dan keluarga Shendy mengadakan liburan keluarga saja hal itu terjadi. Untuk sekarang Arra tidak kan membiarkan hal itu terulang. Tidak boleh!

Arra menguap, matanya mulai memberat. Menggelengkan kepala saat matanya mulai memejam. Arra tidak boleh tidur! Mata Arra terbuka saat merasakan gesekan dilengan kiri atasnya. Arra menatap Shendy yang tengah menggesekan hidung cowok itu ke lengannya. Mata cowok itu masih tertutup, tapi gerakan hidungnya seperti orang yang sudah bangun tidur. Arra menahan senyum, melihat sikap Shendy yang mungkin jika ada orang yang melihat akan memekik dan berkata ‘Maniss’ atau ‘So Sweet’ huh kalau menurut Arra sih biasa saja.

“Wangi mawar. Perasaan Bibi kalo nyuci gak pake pewangi yang wanginya mawar deh.” Shendy masih mengesekan hidungnya. Arra menahan tawa geli.

“Kok wanginya kaya parfum Arra sih?” tangan Shendy mulai menyentuh lengan atas kiri Arra.

“Ehh kaya tangan?” Shendy membuka matanya perlahan.

“Arra... Ehh?” Shendy menatap dengan mata yang masih setengah terbuka. Arra mengangguk.

“Gak mungkin ahh, paling gwe mimpi.” Shendy kembali memejamkan mata.

Arra tertawa terbahak tepat di telinga Shendy, membuat cowok yang semula hendak kembali tidur itu terlonjak duduk, sambil mengusap telinganya yang berdengung. Arra semakin terbahak melihat wajah Shendy yang meringis, menahan rasa nyeri.

“Hahhahhaha syukurin... Weeee....” Arra meledek.

“Puas? Shendy bales nihh yahh!” Arra dengan cepat turun dari kasur saat Shendy mulai mendekatinya.

“Arra sini gak?! Shendy bales Arra. Arraaa!” Shendy ikut berlari, mengejar Arra yang sudah keluar dari kamarnya setelah menjulurkan lidah kearahnya tadi.

“Wee apa? Apa! Sini-sini! Tangkep nihh... Nihh!” Arra memutari Santi yang baru saja tiba di ruang keluarga dengan Hermawan yang berdiri disampingnya, menggeleng tak habis pikir.

“Mah tangkep Rara Mah! Rara udah ganggu Endy tidur!” Shendy ikut memutari Santi.

“Lohh ada apa sihh? Udah-udah. Endy udah!” Santi memperingatkan. Shendy menurut, membiarkan Arra yang berdiri di antara Santi dan Hermawan. Dia akan membalas perbuatan Arra nanti.

“Rara kamu udah makan Sayang?” Santi bertanya lembut dengan tangan yang mengusap kepala Arra pelan.

“Belum Tante.” Arra berkata jujur. Shendy memberenggut kesal. Dia selalu saja diabaikan kalau sudah ada Arra dirumahnya.

“Mamah kok gak nanya Endy sih?” Shendy mengajukan protes.

“Endy mah kan yang punya rumah. Lagian Mamah udah tau kok Endy pasti belum makan.” Shendy menatap tak mengerti.

“Yah udah Tante sama Om ganti baju dulu nanti kita makan malem oke?” Arra mengangguk patuh.

“Endy jangan ganggu Rara!” Santi memperingatkan. Shendy mengangguk mengerti.

“Mandi Endy, liat tuh belek kamu berjubel. “ Shendy berlari menuju kamarnya dengan tergesa. Arra tertawa terbahak-bahak.

“Ckk anak itu. Rara, juga mandi yah. Nanti Tante anter baju baru buat Rara ke kamar. Oke?”

“Oke Tante!” Arra dengan cepat melangkah kekamarnya yang tepat bersebelahan dengan kamar Shendy.

Tak jauh berbeda dengan Shendy yang memiliki kamar sendiri di rumah Arra. Arra juga memiliki hal yang serupa. Kamar yang luas dengan dekorasi yang sangat cocok dan sesuai kepribadian Arra. Pink Abu yang terkesan mewah dengan peralatan elektronik yang sangat lengkap. Tapi tak jauh beda saat di rumah Arra, walau Arra dan Shendy memiliki kamar masing-masing, tapi tetap saja keduanya akan lebih sering menghabiskan waktu tidur dalam satu kamar yang sama. Bedanya hanya pada kalau di rumah Arra, Shendy akan sepenuhnya melakukan semua kegiatan di kamar Arra. Berbeda jika Arra berada di rumah Shendy, cewek itu akan lebih sering menghambiskan waktu di kamar yang di khususkan untuknya. Walau terkadang Arra juga menghabiskan banyak waktu dikamar Shendy.

-*-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!