Shendy terdiam, berusaha mati-matian menahan amarah-nya yang sudah hampir meledak kalau saja sejak 10 menit yang lalu tangan Arra tidak menggengam tanganya. Keduanya sekarang sedang berada diruang tamu untuk menemui tamu yang tadi Bi Mira sampaikan. Shendy sebenarnya bisa saja membuat orang yang Bi Mira anggap sebagai temannya itu babak belur, tapi sayang Arra yang terus menggengam tangannya sejak tadi membuat Shendy berusaha mati-matian untuk tidak melayangkan pukulan pada orang yang duduk di depan mereka sambil mengamati kediaman rumahnya.
Napas sabar kembali Shendy hembuskan, dia menatap mata Arra dalam, yang dibalas dengan tak kalah dalam oleh Arra. Arra tersenyum, gengamannya pada tangan besar Shendy dia perkuat, tak lupa senyum manis yang membuat Shendy takluk dan ikut tersenyum walau hanya sekilas.
“Ada apa No? Tumben lo main ke rumah gwe? Ada yang mau ditanyain atau?” Cowok yang duduk tepat di depan Shendy menampilkan senyumannya memperlihatkan kedua lesung pipi yang seketika nampak dengan jelas. Shendy memandang datar. Arra berusaha tidak perduli dengan melihat-lihat kuku tangannya yang bebas.
“ Gak ada apa-apa kok. Gwe cuma kebetulan lewat sini, jadi gwe putusin buat mampir kerumah lo.”
Bohong.
Mana mungkin Reno sekedar mampir kerumah Shendy kalau tidak ada maksud lain. Dan Shendy yakin maksudnya adalah Arra. Shendy mendecih. Dia benci cowok yang duduk tepat didepannya itu, kalau bukan karena Arra. Sudah Shendy pastikan cowok dengan nama belakang Mandiar itu pulang dengan beberapa tulang dalam tubuh yang patah. Apa lagi jika mengingat cerita dari Arra tentang cowok di depannya yang menghina Arra secara tidak langsung di koridor sekolah waktu itu. Shendy semakin yakin untuk tidak menganggap Reno sebagai temannya lagi mulai sejak saat Arra memintanya untuk bersikap biasa dan seolah tak tau.
“Ouh gwe kira lo ada maksud lain.” Shendy menatap sinis. Reno balas menatap dengan satu alis terangkat, seolah tak mengerti dengan ucapan Shendy.
“Kaya urusan Osis misalnya. Heheh, santai kali No, lo serius banget. Kaya mau dia ajak debat.” Shendy tertawa bodoh. Reno hanya tersenyum sebagai tanggapan.
Hening...
Arra yang duduk di samping kanan Shendy mulai bosan. Hendak memecah hening, namun enggan. Akhirnya cewek yang sejak tadi diam itu memutuskan mengambil satu toples cemilan favoritnya yang sudah pasti di sediakan oleh Santi tadi malam. Arra menggerutu, kesal sendiri saat tutup toples yang sejak tadi berusaha dia buka tak kunjung terlepas juga.
Shendy memalingkan wajahnya dari arah ponsel yang sejak beberapa menit tadi dia mainkan. Menatap Arra yang kesal karena kesulitan membuka tutup toples berisi cemilan favorit cewek itu. Shendy mengukir senyum, Arra memang selalu menggemaskan di matanya. Dan entah karena alasan apapun itu, Shendy menyukainya. Menyukai setiap hal yang Arra lakukan, bahkan saat cewek disampingnya itu mengetuk tutp toples dan memelototinya seolah itu adalah musuh dari sahabat kesayangannya itu. Shendy menyukainya.
Arra menoleh. Menatap Shendy dengan senyum manisnya. Menyerahkan satu toples yang sejak tadi berusaha dibukanya pada Shendy dengan tatapan puppy eyes andalan cewek berdress merah itu.
“Buka-in” Arra berujar manja.
Shendy terkikik sebentar, menusap kepala Arra pelan. Sebelum mengambil toples yang cewek itu sodorkan padanya untuk dibuka.
“Makanya tiup dulu! Huftt!”
Terbuka...
Arra menatap bahagia pada tutup toples yang berhasil Shendy lepaskan dari toplesnya itu. Dengan antusis Arra mengambil toples yang sudah terbuka itu dari tangan Shendy. Shendy hanya mengulas senyum. Arra memang menggemaskan. Shendy suka.
Sedangkan cowok yang duduk tepat bersebrangan dengan Shendy menatap benci semua sifat Arra yang selalu manja di depan Shendy. Berbeda dengan sifat cewek itu yang selalu kasar bila berhadapan dengannya. Oke, Reno akan tunjukan bahwa dia bisa membuat kedua orang yang menganggap diri mereka sahabat itu memohon padanya kita lihat saja.
“Gwe bakal nunjukin siapa seorang Shendy Sambara yang terkenal penuh wibawa itu. Dan gwe pasti-in Arra bakal di cap cewek murahan. Kita liat nanti, nama kalian berdua pasti ancur!” Reno tersenyum bengis dalam batin.
Arra terdiam dalam kunyahanya, entah kenapa dia merasa seseorang memperhatikannya, dan dia tau kalau orang itu bukan Shendy yang dia tau sedang menatapnya sejak tadi. Arra sedikit mengangkat kepalanya, menatap tepat kearah mata Reno yang benar tengah menatapnya, dengan senyum menyebalkan milik cowok itu.
Arra mengalihkan pandangannya pada Shendy yang masih setia memperhatikannnya dengan senyum hangat milik cowok itu. Arra ikut membalas dengan senyum manisnya, sebelum kembali mengambil keripik singkong dari dalam toples dan memakannya.
Shendy menatap Arra tanpa mau mengalihkan tatapannya ke arah lain. Arra dengan caranya mengunyah keripik membuat kesan lucu di mata Shendy. Entahlah dimana letak lucunya, tapi bagi Shendy saat Arra mengunyah adalah hal yang lucu, apa lagi saat terdapat remahan kripik yang tertinggal di sudut bibir Arra. Itu sangat amat lucu.
Cupp...
“Ada remahan keripik di sudut bibir Arra.” Arra terdiam. Semburat merah perlahan muncul di kedua pipinya tanpa dia minta, membuatnya sepontan menunduk menyembunyikan malu. Entahlah, Arra menyukai hal itu, sungguh romantis sekaligus memalukan menurutnya. Tapi tetap saja Arra menyukai hal itu dari Shendy.
Shendy tersenyum, dia suka saat melihat sahabatnya merona seperti itu. Bahkan cowok itu sudah lupa akan kekesalan dan amarahnya hanya karena tingkah dan sikap Arra. Sementara Reno yang jadi penonton memutar matanya malas, kalau saja bukan karena rencananya membuat Shendy malu, dia enggan berada disini, dan menyaksikan adegan yang cukup romantis dimatanya itu.
“Ouh iya, gwe baru kepikiran.” Reno kembali mengambil attensi.
“ Kok tumben Arra yang ada di rumahnya Shendy, biasanya-kan Shendy yang di rumah lo Ra.” Arra melotot tidak terima saat Reno memanggilnya dengan’Arra’. Reno mengabaikan, tatapanya fokus pada Shendy.
“Emang kenapa kalo gwe di sini? Masalah buat lo?” Arra berujar tidak suka. Shendy diam tak ingin menyela ucapan Arra yang terkesan kasar ditelinganya barusan.
“Yah enggak sih aneh aja, kok tumben?”
“Pertanyaan lo itu, seolah nunjukin kalo lo sering liat Shendy di rumah gwe. Lo nguntit?” Arra menatap tidak suka. Entahlah setiap berbicara dengan Reno. Sopan santun dan sikap manjanya hilang begitu saja, seolah menguap tanpa sisa.
Reno terdiam.
Apa yang Arra ucapkan tepat sasaran.
Dia merutuk ucapannya yang jelas mengarah kearah tersebut. Berusaha santai, kembali cowok itu menampilkan kedua lesung pipinya, sebagai bentuk penutup fakta yang barusan Arra ucapkan, dengan benar.
“Enggak lah, kurang kerjaan banget. Gwe cuma taunya gitu. Biasanya-kan emang gitu sejak kelas 1 ya kan?” Arra mengedikan bahu tak perduli. Reno mengukir senyum tipis.
“No.” Shendy memanggil. Membuat tatapan Reno teralih padanya.
“Lo keliatan gak nyaman duduk? Kenapa?” Shendy memasang wajah cemas.
“Ahh enggak papa. Biasa paha gwe agak keram, abis latian ama bokap.” Reno beralasan, sebelum melirik Arra yang memasang wajah tak perduli tanpa rasa bersalah sedikitpun di air wajahnya.
Arra mengubah posisinya, yang semula duduk di samping kanan Shendy kini menjadi di atas paha sahabatnya itu. Entahlah, Arra juga tak tau. Tiba-tiba saja dia ingin melakukan ini. Mungkin karena mimpi yang semalam dia alami.
Mimpi tentang hari ini.
Mimpi tentang....
Shendy tak merasa terusik walau sedikit terkejut dengan apa yang Arra lakukan. Namun tetap saja dia membiarkannya, bahkan saat sahabatnya itu menyandarkan kepalanya ke pundak kirinya Shendy membiarkannya. Tak mau ambil pusing terhadap ekspresi Reno yang berubah-ubah saat melihat kelakuan Arra.
“Kalian keliatan makin deket banget yah?” Arra maupun Shendy berdehem sebagai jawaban.
“Gwe kira gosip tentang kalian yang Friends With banefit itu gak bener, ternyata bener!”
“Iya” Shendy menatap Arra tak habis pikir, tak mengira Arra akan membenarkan hal itu, yang jelas dan sangat jelas bahwa itu tidak benar.
“Emang sejak dulu kita FWB, dan lo orang pertama yang tau tentang fakta itu, bener.” Arra tersenyum meyakinkan Shendy. Seakan mengungkapkan kalau semuanya hanya kebohongan lewat tatapan mata, yang Shendy jawab dengan senyum sebagai persetujuan walau sedikit tak nyamman dengan hal itu.
Reno tertawa dalam hati. Dia bersorak,yakin bahwa rencannya kali ini akan berjalan mulus tanpa hambatan. Reno mengukir senyum devil-nya secara diam-diam.
“Berarti sering dong main, apalagi Shendy dulu pernah bilang kalo sering nginep di rumah lo.” Reno menaik turunkan alisnya menatap Arra sekaligus Shendy secara bergantian.
Shendy mengepalkan tangan menahan amarah, namun berusaha tenang dalam raut wajahnya. Arra yang berada dalam pangkuan cowok itu dapat merasakannya, saat tubuh Shendy tiba-tiba menengang karena menahan emosi. Dengan senyum tulus, Arra menatap Shendy, yang dibalas dengan tatapan tajam berkilat marah dari cowok yang memangkunya itu.
“Ini rencana. Ikutin cara mainnya, biarin dia ngerasa menang. Sebelum kita kalahin. Shendy harus tenang.” Bisik Arra tepat di depan telinga kiri Shendy. Yang jika dilihat dari sudut pandang Reno akan terlihat Arra yang mencium pipi Shendy.
Shendy berusaha tenang seperti yang Arra inginkan. Balas mengenggam tangan Arra yang berada di pinggangnya sebagai cara penenang. Shendy tersenyum semar. Dia akan ikuti kemauan Arra juga rencana Reno.
“Bukan sering lagi. Hampir setiap hari. Ditambah Nyokap-Bokap Arra yang sering keluar negri kaya Nyokap-Bokap gwe. So bebas. Dan lo jadi orang yang udah ganggu buat hari ini.”
Reno menatap tak percaya akan apa yang didengarnya barusan. Seorang Shendy Sambara yang terkenal berwibawa mengatakan hal demikian dengan gamblang dengan raut santai dan tenang, seolah itu adalah hal yang berhak dia ketahui.
Benar-benar mengejutkan seorang Reno Mandiar. Reno bersorak dalam hati. Merasa bangga sekaligus yakin kalau rencana-nya untuk mempermalukan Shendy juga Arra akan berhasil secara sempurna.
Reno yakin akan hal itu...
Sangat amat yakin...
“Woww gwe gak nyangka akan hal itu.” Reno memasang wajah pura-pura terkejut. Yang Arra yakini adalah bohong.
“Napa lo iri?” Arra menatap Reno lekat.
“Jelas dong. Apa lagi lo yang jadi lawan mainnya.” Reno menaik turunkan alisnya dengan senyum persis seperti cowok brengsek kebanyakan, mungkin bermaksud menggoda Arra yang justru membuat Arra jijik dalam batinnya.
Shendy mengalihkan pandangan kearah samping. Arra yang peka, kalau Shendy sedang mengontrol emosinya mati-matian, dengan lembut mengusap kepala bagian belakang milik cowok itu. Shendy kembali menoleh. Pandangannya dan pandangan Arra saling bertubrukan. Arra mengangguk tersenyum, penuh keyakinan, dengan isyarat mata yang seakan berkata ‘ It’s oke, Arra baik-baik aja!’
“ So, bolehkan Shend kalo gwe main sama Arra?” Shendy menatap tajam Reno.
Diam...
Arra kembali mengusap kepala bagian belakang Shendy. Tak lupa juga mengenggam tangan Shendy semakin erat. Seolah berkata ‘Jangan marah. Inget ini semua rencana!’
Shendy menatap Reno datar, sebelum berucap...
“Kalo Arra mau.”
Kepalan tangan Shendy semakin menguat menahan gejolak amarah yang siap membuatnya meledak. Arra tersenyum dengan lembut, mengusap kepalan tangan kiri Shendy dengan pelan.
“ Lepasin genggaman tangan Shendy.” Bisik Arra lembut. Shendy menatap tak mengerti.
Arra mengangguk meyakinkan. Dengan berat hati Shendy melepaskan tangan kanannya dari tangan kiri milik Arra. Arra tersenyum, kemudian beranjak dari pangkuan Shendy.
Menoleh, Arra menatap Shendy yang mencengkal pergelangan tangannya. Arra tersenyum manis dengan tatapan yang mengisyaratkan ‘Tenang aja’. Shendy menggeleng dengan wajah memelas, yang dibalas dengan senyum manis milik Arra. Arra membungkukkan badannya, dan kembali berbisik pada Shendy.
“Kita kalahin dia.” Arra menjauhkan wajahnya. Senyum yang jarang sekali Shendy liat dari Arra di tampilkan cewek berdress merah itu sekarang.
Senyum devil.
Dengan perlahan Arra melepaskan cekalan tangan Shendy pada pergelangan tangannya, dan mulai melangkahkan kakinya memutari meja, menuju Reno yang masih berada di posisinnya dengan senyum kemenangan yang tercetak jelas di wajah cowok bernama belakang Mandiar itu. Arra tersenyum dengan manis. Rambutnya yang bergelombang pada bagian bawah dia sampirkan kebelakang dengan gerakan sansual, bermaksud menggoda. Arra bergumam dalam hati, dia tidak yakin sekaligus tidak menyangka kalau dirinya akan melakukan hal ini, sungguh memalukan. Ahh Arra berjanji akan melakukan ritual mandi 4 jam suntuk untuk merontokan semua hal memalukan ini.
Arra berdiri tepat didepan Reno yang masih terduduk. Mengulas senyum, yang dibalas dengan Smrik khas seorang Reno Mandiar. Sedangakan disebrang sana Shendy dengan intens menatap setiap pergerakan Arra dan Reno didepannya.
Perlahan, Arra mulai membungkukkan badannya dengan kedua bola matannya yang mengunci pandangan Reno. Arra kembali memperlihatkan senyum manis ala-nya, jauh berbeda dengan jantungnya yang berdetak tak karuan, dia takut sungguh, sangat takut! Namun semua ini sudah ketentuan. Arra harus menyelesaikan semua ini dan menggagalkan rencana cowok berlesung pipi didepannya ini.
Wajah Arra semakin mendekat...
Reno mengukir senyum penuh kemenangaan...
Shendy menahan emosi dengan mencengkram pinggiran sofa disebelah kanannya...
Dengan perlahan Arra mengikis jarak antara wajahnya dan wajah Reno hingga membuat senyum seorang Reno Mandiar semakin terkembang, dengan pikiran-pikiran kotor tentangnya dan Arra yang melakukan hal itu tepat didepan mata Shendy memenuhi isi kepalanya. Sebelum...
Happ...
Shyusshss...
Brakk...
Prangg...
“Lo gila!!!”
Reno berteriak marah, sedangkan Arra dengan tenang kembali menegakkan badannya yang semula membungkuk dilanjut dengan melipat tangan di depan dada angkuh, sambil manatap Reno yang jelas terlihat geram. Shendy yang sejak tadi tak berhenti melihat interaksi keduanya dengan cepat berdiri dan mendekat, saat Reno membentak Arra barusan.
“Apa lo pikir gwe gak tau? Lo pikir gwe gak ngerti rencana busuk lo?!” Arra menatap menentang dengan suara penuh intimidasi yang kentara
“Lo...” Reno dengan siap melayangkan tanganya pada Arra, sebelum tangannya yang mengantung di udara lebih dulu ditangkis oleh cewek yang siap dia tamparnya itu dengan cepat.
Plakk...
Dengan kekuatan penuh Arra menampar Reno, cepat, mengganti niat Reno yang inngin menamparnya tadi, tak sampai di situ, Arra dengan gerakan super cepat dan kencang memukul tepat di sudut bibir Reno sebelum setelahnya menendang organ vital Reno sama kencangnya.
Reno terduduk sambil memegangi organ vitalnya yang kembali nyeri akibat ditendang Arra lagi untuk kedua kalinya, semoga Tuhan masih memberinya izin untuk mempunyai keturunan nantinya. Ahh kenapa juga Arra bisa tau rencanannya padahal Shendy yang terkenal jeli saja tidak mengetahui rencananya, bahkan curiga pun tidak? Lantas dari mana Arra bisa tau rencana dan Hpnya yang dia selipkan untuk menjebak Arra dan Shendy?
“Nihh Hp lo. Dan ini...” Arra menjatuhkan Hp Reno tepat disamping cowok yang masih meringis kesakitan itu.
Cluppp...
Arra menyelupkan sim card, memory, dan batre hp milik Reno kedalam gelas berisi jus yang disedia-kan untuk cowok itu tadi.
“Sekarag semua rencana lo udah selesai! Pergi sebelum gwe biarin Shendy mukul lo sampe lo gak bisa nafas lagi buat besok!” Arra menujuk pintu rumah Shendy dengan tatapan nyalang pada Reno yang masih memegangi Bagian penting dalam hidupnya.
Sakitt woyyy!...
Pandangan Shendy masih terfokus untuk memperhatikan Reno yang berjalan dengan kesusahan sebelum punggung cowok berlesung pipi itu menghilang dari balik tembok penghubung ruang tamu.
Dukkk...
Arra terduduk dilantai, kakinya lemas bahkan hanya untuk menopang tubuh Arra, rasanya tidak mampu lagi sungguh kakinya mendadak berubah bagai jeli, yang kenyal dan tak bisa berdiri tegak. Shendy berjongkok, menatap Arra tak mengerti, sedih, khawatir, dan marah secara bersamaan, bercampur aduk dalam dirinya. Arra tak bergeming masih tak mengerti kenapa hari ini bisa terjadi, dengan dirinya yang melewati batasan diri didepan orang lain selain Shendy dan keluarganya. Menoleh, Arra menatap Shendy dengan tatapan penuh permohonan.
“Besok. Shendy harus bisa bersikap seolah semua ini gak pernah terjadi!” Arra berkata mutlak. Shendy hanya diam. Dia sedikit ragu untuk menyetujui hal itu, dan brtingkah seolah semuanya tak pernah terjadi seperti yang Arra katakan, sungguh Shendy mungkin tak akan bisa, melihat betapa liarnya Arra tadi, juga Arra-nya yang bersikap dengan sadis tak punya rasa kasihan yang biasanya sahabat tersayangnya itu tunjukan, dan bagaimana Shendy mungkin bersikap biasa saja?
Sedangkan didalam mobil merah yang masih terparkir diplataran rumah Shendy itu terdapat Reno yang memukul setir mobilnya kuat, melampiaskan amarahnya yang tidak bisa dia salurkan pada Arra ataupun Shendy.
“Stttt... Kenapa sih tuh cewek bisa tau ?! Padahal gwe udah yakin kalo semuanya bakal berhasil. Ahhh sial-sial!.. Rencana gwe belum berakhir Ra, gwe bakal bales apa yang gwe rasain lebih dari ini. Kalian bakal memohon sama gwe. Kita liat nanti!” desis cowok itu sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Shendy dengan cepat dan rasa marah yang terpendam.
-*-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments