“Tante...Endy ambil Es Krim Rara!”
Adu Arra pada Santi yang duduk bersampingan dengan Hermawan. Tepat di sofa yang berhadapan dengan Shendy dan Arra, dengan nama panggilan yang khusus di gunakan saat berada di rumah Shendy. Karena Santi maupun Hermawan memberi panggilan pada Arra dan Shendy yang harus keduanya gunakan saat berada di rumah Santi yah itulah peraturan rumah keluarga Hermawan.
“Endy!.. Kamukan udah punya Es Krim sendiri?” Santi menegur dengan penuh kelembutan seorang Ibu.
“Tapi Mah, Es Krim Endy gak enak! Masa rasanya coklat. Enak es krimnya Rara rasa Straubarry.” Arra menatap horor, menjauhkan es krimnya dari arah Shendy, yang masih berusah untuk ikut menikmati es krim dalam cup ukuran jumbo-nya.
“Enak aja. Ini punya Rara yah. Kalo Endy gak mau, sini es krimnya buat Rara aja. Rara suka juga kok rasa coklat!” Arra berkata antusias. Mengambil es krim milik Shendy yang masih berada di atas meja.
“Ehh enak aja!” Shendy mencegah mendahului tangan Arra untuk mengambil cup Es Krim-nya.
Santi dan Hermawan saling bertukar tatap sebelum kompak menggeleng tak habis pikir. Keduanya tak mengerti, dengan kelakuan sepasang sahabat berbeda jenis di depan mereka itu.
Kalau jauh akan saling merindu, namun saat bersama saling mengusili satu sama lain, walau mereka tak bisa menutup fakta kalau keduanya sudah bersikap romantis akan seperti sepasang kekasih. Ingin sekali rasanya menjodohkan mereka segera. Tapi Santi dan Hermawan tau, kalau perasaan tidak bisa dipaksakan, jadi mereka hanya membiarkan setiap perlakuan anak mereka dan anak sahabat mereka. Sampai kedua sahabat berbeda jenis kelamin itu menyadari perasaan mereka masing-masing, dan sadar kalau sikap yang sering keduanya tunjukan pada umum, lebih bisa di sebut dengan cinta dari pada rasa sayang antar sahabat.
Santi menatap Arra yang sudah duduk anteng sambil melahap Es Krimnya dengan bahagia tidak jauh berbeda dengan Shendy yang melakukan hal serupa sambil memainkan game online di hpnya tepat disamping Arra.
“ Rara?” Arra mendongak, menatap Santi dengan tatapan ‘ Iya tante?’
“Rara mau nginep disini atau pulang sayang?” Santi bertanya lembut selembut kapas yang jatuh menjuntai kelantai.
“Rara nginep Tante, udah izin kok sama Mamah Papah. Boleh-kan Tante Om?”
“Yah jelas boleh dong Rara!” Shendy mencubit pipi kanan Arra gemas. Arra menatap tajam, atas perlakuan sepontan Shendy padanya barusan.
“Jelas boleh dong Sayang. Tante sama Om bahkan seneng banget kalo kamu nginep di sini. Tapi sayang banget nih....” Santi menunduk sedih.
“Kenapa Tante?” Arra bertanya khawatir.
“Besok Tante sama Om harus ke Singapore buat ngurus perusahaan yang ada di sana.” Arra ikut tertunduk sedih.
“Yahhh padahal Rara mau ngabisin banyak waktu sama Tante Santi.”
“Tante juga Sayang. Tapi mau gimana lagi-kan?” Santi bertepuk tangan sekali sebelum berkata.
“ Oke gini aja kamu mau Tante bawain apa? Nanti Tante beli-in apa-pun yang Rara minta.” Santi memberi tawaran. Arra menatap dengan binar bahagia.
“Seriusan Tante? “ Santi mengangguk dengan senyum menawan khas wanita usia 48 itu.
“Wahh asikkk. Hmm apa yahh?” Arra berpikir dalam menimang apa yang dia inginkan untuk disampaikan pada Sang Ibu dari sahabatnya itu.
“Endy gak Mamah tawarin nih?” Shendy bertanya dengan raut kesal ala Shendy Sambara.
“Iya dehh. Anak Mamah yang ganteng mau apa Sayang?” raut kesal Shendy bertukar jadi bahagia.
“Hmm apa yah?”
“ Apa aja deh!”
Shendy, Arra menjawab kompak. Membuat Santi dan Hermawan mengulas senyum bahagia.
Mereka kaya kembar!
“Oke nanti Mamah sama Papah bakal beli-in banyak oleh-oleh buat kalian. Sekarang waktunya tidur. Gih masuk!” Hermawan memberi perintah.
Arra dan Shendy serempak berdiri, kemudian dengan kompak memberi hormat ala Para Tentara siap perang.
“Siap Komandan!”
-*-
“Gak dirumah Arra, gak dirumah Shendy kalo jam segini pasti aja sepi! Padahal-kan ini weekand. Heran dehh sama para orang tua, kenapa suka banget kerja? Apa sihh untungnya cari uang banyak-banyak kalo waktu bareng keluarga terkuras?” Arra memukul bantal yang berada di atas pahanya, meluapkan rasa kesal yang cewek itu rasakan.
Shendy yang berada di samping cewek itu ikut memikirkan apa yang sahabatnya ucapkan barusan. Kini keduanya tengah bersantai setelah mengantar keberangkatan Santi dan Hermawan, di dalam kamar miliki Shendy, dengan ditemani gitar yang sejak tadi Shendy pegang dan tak lupa cemilan yang menjadi favorit Arra. Keripik Singkong rasa balado!
“Iya juga yah. Ahh tapi itu-kan kewajiban mereka Ra. Emang sih ngorbanin waktu bareng keluarga itu salah, tapi itu-kan udah jadi resiko para pembisnis. Arra sama Shendy juga nanti bakal ngerasain hal yang sama kaya mereka.” Shendy memberi pengertian menurut sudut pandangnya.
“Ahh enggak! Kalo Arra nerusin bisnis Papah nanti Arra gak mau ngorbanin waktu bareng keluarga Arra!” Arra berucap teguh. Shendy mengangkat bahu tak ambil pusing.
Hening....
Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Arra yang larut dalam pikirannya masih tentang para orang tua. Lain dengan Shendy yang memikirkan kegiatan apa yang bisa mereka lakukan tanpa keluar rumah, dan tanpa keluar kamarnya. Karena perlu kalian tau, hari ini adalah hari yang sangat panas bahkan untuk Shendy yang terbiasa panas-panasa. Hingga beberapa menit kemudian, petikan gitar mulai Shendy lakukan, membuat Arra yang semula hanyut dalam pikirannya menoleh pada Shendy yang tengah memetik senar gitar mencari nada yang pas untuk cowok itu mainkan.
“Ra ayo nyanyi!” Ajak Shendy antusias. Arra menatap dengan tatapan tanya.
Shendy mulai memetik senar gitarnya mencipta nada yang Arra tau adalah lagu Sempurna- Andra And The Backbone. Arra tersenyum saat Shendy perlahan menyanyikan lagu itu.
“Kau begitu sempurna...
Dimata ku kau begitu indah...
Kau membuat diriku akan slalu memuja mu....” Shendy bernyanyi dengan penghayatan penuh.
“Di setiap langkahku ku-kan selalu memikirkan dirimu...
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu...” Arra ikut melantunkan lirik lagu selanjutnya.
“Jangan-lah kau tinggalkan diriku takkan mampu menghadapi semua...
Hanya bersamamu ku akan bisa ...
Kau adalah darahku...
Kau adalah jantungku...
Kau adalah hidupku...
Lengkapi diriku...” Keduanya bernyanyi dengan sepenuh jiwa, menghayati lirik demi lirik yang terasa pas dan mirip seperti mereka.
“Ohh sayang ku kau begitu... Sempurna....” Shendy menatap Arra dengan senyum hangatnya.
Arra tersenyum bahagia. Shendy dengan segala kemampuan yang cowok itu miliki menambah kesempuranan cowok itu di mata setiap cewek tak dipungkiri di depan mata Arra juga. Memangnya siapa yang tidak suka cowok tampan, kaya, pinter, cool, tubuh proposional, ketua osis, jago basket, mengusai beberapa jenis beladiri. Dan lagi bisa menguasai semua jenis alat musik. Jadi apa yang kurang dari sahabatnya itu? Wajar banyak yang menyukai Shendy walau cowok itu selalu menatap dengan tajam lawan bicaranya. Ahh Arra bangga bisa bersahabat dengan Shendy. Sangat amat bangga!...
“Woyy Ra. Ihh kok ngelamun? Mikirin apa?” Shendy membuyarkan lamunan Arra yang tepat sedang melamunkan cowok itu.
“Enggak kok.”
“ Ouh iya Shendy! Arra mau nanya deh.” Shendy meletakan gitarnya di depan nakas samping kasur sebelum beralih menatap Arra.
“Nanya apa?” ucapnya lembut namun dengan tatapan serius juga dalam.
“Shendy kenapa gak punya pacar?”
“Kenapa ya?” tanya-nya pada diri sendiri juga Arra secara tidak langsung.
“Kalo di pikir nih yah. “
“Shendy banyak yang suka, banyak juga yang nyoba buat deket sama Shendy bahkan ada yang terang-terangan nembak Shendy tapi anehnya Shendy selalu nolak. Kenapa?” Shendy mengingat. Dia bahkan lupa tentang hal itu.
Shendy terdiam, kedua alisnya menyatu padu. Dia bahkan baru sadar akan hal itu, kenapa dirinya tak punya pacar bahkan teman-temannya yang lain juga anggotanya sering bergunjing tentang pacar baru mereka yang selalu berbeda di setiap minggu. Kenapa dirinya tak memiliki pacar? Padahal banyak yang terang-terangan mengangguminya, juga banyak yang terang-terangan menyatakan cinta mereka kepadanya tapi kenapa sampai sekarang dirinya tak punya pacar?
“Ohh jangan bilang Shendyy...”
Takk...
“Sakitt...” Arra mengusap keningnya yang terasa panas karena sentilan dari Shendy.
“Abiss Arra ngaco sih. Shendy gak mungkin kaya gitu, dan jangan pernah berfikir kaya gitu Ra!” Shendy memperingatkan dengan tangan yang juga ikut mengusap kening Arra lembut.
“Yah abis. Kan aneh aja, kenapa coba. Apa alasannya?”
“Gak tau. Mungkin Shendy males aja.”
“ Lagian kalo ada Arra kenapa harus ada pacar-kan?”
“Ehh?” Arra menatap tak mengerti pada Shendy yang baru saja menurunkan tangan dari keningnya.
“Gini Ra. Regal pernah bilang kaya gini. ’ Shendy sama Arra itu udah kaya prangko, nempel mulu, mana deket banget lagi. Gwe kadang suka ragu kalian sahabatan. Tau gak sih, lo sama Arra itu sikapnya bukan kaya sahabat. Tau gak apa, Shend? Kalian tuh udah kaya pacar! Pacar’ Gitu. “ Shendy memberi jeda.
“Terus pas itu Shendy mikir. Iya juga yah, kita sering kemana-mana berdua, apa-apa berdua, ngelakuin ini-itu berdua. Intinya selalu berdua deh, jadi wajar kalo banyak yang ngira kita pacaran bukan sahabatan. Makanya Shendy nyaman- nyaman aja walau jomblo.” Shendy kembali memberi jeda.
“Toh, Shendy punya Arra yang mereka anggep pacarnya Shendy. Dan lagi kata mereka kita itu romantis. Yah jadi gitu, mungkin itu alasan yang logis kenapa Shendy gak mau punya pacar.” Jelas Shendy
“Iyah juga yah? Tapi menurut Arra kita bukan kaya pacar kok. Mereka-nya aja yang lebay dan terlalu baper sama kita kan? Arra inget banget pas pertama kali kita masuk sekolah terus Shendy gendong Arra, ehh semua orang langsung jadi-in kita objek perhatian, ada yang terang-terangan bilang so sweet, ada yang ngecibir bilang caper. Dan menurut Arra mereka itu lebay!” Shendy mengedikan bahu acuh.
“ Arra juga aneh.” Shendy berucap tenang namun mampu membuat Arra yang sedang fokus menikmati rasa keripik dalam mulutnya sepontan menatap Shendy dengan satu alis terangkat.
“ Arra nanya Shendy kenapa gak pacaran? Lah Arra sendiri emang punya pacar?” kening Arra berkerut dalam.
“Iya yah. Padahal kalo di inget-inget banyak tuhh yang suka juga sama Arra, banyak yang ngasih Arra es krim, coklat, bunga bahkan boneka, dari kelas 1 malah, bahkan banyak juga yang nembak Arra di depan umum.” Arra mengingat.
“Ehhh tapi semua cowok itu pasti langsung kabur kalo ada Shendy di deket Arra. Ahh Arra inget, bahkan Shendy yang ngancem mereka buat gak deketin Arra lagi yah kan?” Arra menuding Shendy. Shendy terkikik geli, tanpa ada niat untuk menyangkal hal itu.
“Hehehe iya yah, Shendy ngaku itu bener.”
“Tapikan niat Shendy baik Ra. Shendy gak mau Arra dipermain-in sama mereka.” Mata Arra tergenang dengan air mata terenyuh-nya.
“ Ahh udah deh kenapa bahas itu sih?”
“Mending bahas yang lain.” Shendy mengusulkan.
“Apa?” Shendy mengatukan jari di dagunya. Berfikir.
Tokk... Tokk... Tokk....
“Den, ini Bi Mira Den!” suara Bi Mira dari luar pintu mengalihkan attensi keduanya.
“Bentar Bi!” Shendy beranjak, membuka pintu kamarnya dengan Arra yang mengekori tepat di belakang.
“Ada apa Bi?”
“Di bawah ada temen Aden nyari-in.”
“Siapa?”
“Gak tau Den. Cowok, punya lesung pipi.” Ucap Bi Mira memberitahukan ciri-ciri sang penamu.
“Cowok? “ Shendy menoleh pada Arra.
“Suruh nunggu di ruang tamu aja Bi. Nanti aku turun.” Shendy memberi perintah.
“Baik Den.” Bi Mira sedikit membungkuk, kemudian beranjak untuk menemui Sang Tamu Tuan mudanya.
Arra menatap Shendy dengan tatapan tanya. Shendy balas dengan menggelengkan kepala tanda tak tahu. Tapi cowok itu mengingat satu orang temannya yang memiliki lesung pipi.
“Reno kah? Tapi mau ngapain dia kesini?” Shendy membatin.
-*-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments