17

Shendy keluar dari dalam mobil, dengan Arra yang berada dalam gendongan ala Bridal stayl-nya. Keluar dengan perlahan dan menutup pintu jok belakang menggunakan salah satu kakinya. Shendy mulai memasuki pelataran rumah sang sahabat yang masih nyenyak dalam gendongannya. Masih nyenyak, tanpa merasa terganggu atau terusik dengan gerakan Shendy yang sesekali mengangakat tubuhnya untuk membenarkan posisi gendongan yang menurun.

Shendy menghentikan langkahnya, tepat di tengah teras rumah Arra. berbalik dan memanggil supir pribadi keluarganya.

“Pak Budi!” Panggil Shendy dari tempatnya berdiri.

“Iya Den?”

“Pak Budi tolong ambilin tas Shendy sama tas Arra bawa masuk terus kasihin ke Bi Sari yah Pak. Terus Pak Budi bisa pulang, bilangin ke Mama sama Papa kalo Endy pulang ke rumah Rara.” Perintahnya pada sang supir pribadi.

Pak Budi mengangguk patuh, melaksanakan apa yang di perintahkan Tuan Mudanya itu. Sementara Sang Pemberi perintah sudah berlalu, memasuki rumah Arra terlebih dahulu. Shendy dan Arra memang sudah bersahabat sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan karena kedua orang tua mereka yang juga bersahabat sebelum mereka lahir. Bahkan kedua orang tua mereka tidak melarang mereka untuk tidur bersama semau mereka, asal mereka masih bisa menjaga diri dan menjaga batasan masing-masing. Selain itu kedua orang tua mereka juga tau kalau Arra dan Shendy akan mengalami insomnia atau sulit tidur saat mereka tidak tidur bersama. Jadi kedua orang tua mereka sepakat membiarkan keduanya tidur bersama jika mereka mau, asal saling menjaga batasan yang ada antara keduanya.

Shendy sebenarnya bisa saja pulang dengan supir pribadi keluarga Arra, hanya saja Shendy berpikir dua kali, dari pada harus menghubungi Ibunya yang akan menanyakan keberadaanya dan mendengar kekhawatiran Sang Mamah yang begitu cerewet lebih baik menggunakan Pak Budi untuk menghindari kecerewetan Sang Mamah. Pemikiran yang bagus kan?

-*-

Dengan perlahan Shendy menidurkan Arra di atas kasur king size cewek itu. Melepaskan sepatu, dan menyelimutinya. Seulas senyum tercipta di kedua bibir Shendy, saat menatap wajah damai Sang Sahabat kala tertidur. Pikiran itu kembali bergelayut manja di benak Shendy, pikiran dan rasa yang muncul secara tiba-tiba tanpa mau mengetuk dan meminta izin pada Sang pemilik akal dan hati.

Pikiran kalau Arra kelak akan bersama dengan Ketua Eskul itu, pikiran jika kelak Arra lebih suka berada jauh dari dirinya, pikiran dan rasa kehilangan secara perlahan. Tidak! Semua itu tidak boleh terjadi! Arra adalah sahabatnya, juga hidupnya. Shendy tak akan lengkap tanpa Arra, begitu juga Arra yang tak akan lengkap tanpa Shendy. Yahh, Shendy akan melakukan segala cara agar Arra hanya akan melihat kearahnya. Dan selalu jadi sahabatnya . Harus terus seperti itu. Dan akan terus seperti itu. Harus!

“Arra gak boleh deket- deket sama Sergio lagi Ra.” Bisik Shendy sebelum akhirnya menidurkan diri dan ikut mengarungi alam mimpi bersama Arra.

-*-

“Pagi Mah. Pagi Pah.” Sapa Arra pada kedua orang tuanya yang sudah duduk di meja makan dengan seulas senyum manis yang tercetak diwajah cantiknya, berbanding terbalik dengan suasana hatinya yang sedikit... yah kesal.

“Pagi sayang, Shendy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Sunjaya. Ratna ikut menggangguk.

“....”

Arra diam.

Dia masih kesal karena hal kemarin. Di tambah lagi saat bangun tidur dia melihat Shendy yang tidur di sampingnya. Dan lebih parahnya lagi cowok itu mengatakan kalau hari ini dia akan pergi ke Bandung bersama Papah-nya. Arra sebenarnya ingin ikut namun rasa sabal yang masih ada membuat dia menolak hal itu walau dalam hatinya dia sangat ingin ikut. Dan sekarang Sang Ayah malah menanyakan Shendy kepadanya. Huh mengesalkan!

“Pagi Om, Pagi Tante!” Shendy turun dan menghampiri tiga orang yang sudah berkumpul di meja makan.

“Loh Shend, kamu kok gak pake seragam? Kamu gak kesekolah Sayang?” Tanya Ratna sambil mengoles selai straubarry keatas roti sebelum diletakan pada piring Arra.

“ Iyah Tante, Shendy gak sekolah soalnya mau nemenin Papah ke Bandung buat jenguk Nenek.” Shendy menjawab apa adanya.

Jujur sangat disayangkan rencana yang semalaman dia susun harus di undur. Rencana menjauhkan Sergio dari Arra. sebenarnya bisa saja rencana itu kembali berjalan kalau Arra mau ikut bersamanya, tapi apa boleh buat. Arra justru enggan untuk ikut, bahkan menolak saat tadi dia mengajak cewek itu.

“Arra gak diajak?”

“Di ajak. Cuma Arra yang gak mau!” Sergah Arra sesaat sebelum Shendy menjawab pertanyaan Sang Mamah.

“Loh kok gak mau? Biasanya-kan Arra yang paling heboh kalo Shendy mau kerumah Neneknya.” Ratna mulai kepo.

“Males. Shendy ngeselin soalnya.”

Arra beranjak meninggalkan meja makan tanpa mendengarkan teriakan Sang Mamah yang menyuruhnya kembali untuk meneruskan sarapan. Selera makannya tiba-tiba hilang saat mengingat alasan kenapa dia kesal pada Shendy.

Sunjaya dan Ratna saling bertukar pandang sebelum memfokuskan tatapan mereka kepada Shendy. Shendy tersenyum kikuk dia meletakan roti yang semula dia gengam ke atas piring dan mulai bercerita.

Sebenarnya Shendy takut kedua orang tua Arra akan memarahinya karena membuat anak mereka menjadi kesal tapi ternyata...

“Ouhh jadi kaya gitu?... “ Sunjaya berucap setelah mendengarkan cerita dari Shendy barusan.

“Om sama Tante gak marah-kan sama Shendy?” Shendy bertanya takut-takut.

“Enggak kok Shendy. Bahkan Tante sama Om setuju kalo kamu pergi ke Bandung. Tapi kalo bisa kamu ke Bandung-nya jangan 3 hari satu minggu aja” Shendy menatap Ratna penuh tanya. Namun pernyataan Sunjaya setelahnya membuat Shendy menyetujui rencana kedua orang tua dari Arra itu.

“Biar Arra kangen kamu. Dan nyusulin kamu ke Bandung.”

-

Terhitung sudah satu minggu sejak hari dimana Arra melihat Shendy di awal bangun paginya. Berarti sudah satu minggu juga Shendy pergi kerumah Nenek cowok itu. Entah kenapa Arra jadi meneyesal sendiri tidak menerima ajakan cowok itu walaupun dengan rasa kesal. Ahh rumah tanpa Shendy seperti ada yang kurang. Kamar Arra yang setiap harinya di isi dengan canda tawa mereka kini sunyi seakan menjadi tempat tanpa ada yang menghuni. Dan rasanya seperti ada lubang di hati Arra lubang yang mengangga lebar dan hanya Shendy yang bisa mengisi lubang kosong itu.

Arra, bangun dari duduk diatas ranjangnya, berjalan menuju meja belajar, mengambil satu kertas kosong ukuran A4, sebelum memotongnya menjadi dua bagian dan mengambil salah satu diantara keduanya. Arra mulai merangkai kata diatas alas putih bersih itu.

Kita....

Yang saling bicara namun diam....

Saling mencari namun tak pernah bertemu....

Bersama namun tak pernah saling sapa....

Beriringan namun tak tau....

Kita....

Entah tak tau atau pura-pura tak tau?...

Bersama yang menguras waktu itu sebenar candu!...

Jauh itu mimpi buruk yang kita tak mau....

Dan sakit itu kita tau adalah cemburu....

Arra mengakhiri puisinya dengan tanda tangan dan nama Shendy di ujung kertas, sebelum menempelkannya kedalam Mading Pribadi. Arra menyempatkan diri kembali membaca puisinya, tak terasa satu tetes air mata luruh begitu saja dari netra coklat gelap milik Arra, yang dihapus dengan cepat oleh cewek berdress polkadot putih itu.

Arra bangkit dari tempatnya menulis puisi tadi. Menuju tempat dimana Mading Pribadinya terpasang. Sebenarnya Mading itu tidak bisa di sebut Mading Pribadi, karena yang mengisinya juga bukan satu orang melainkan dua orang. Yah, siapa lagi kalau bukan Shendy dan Arra.

Puisi sudah terpasang dengan rapih, dengan cepat Arra mengambil slimbag dan bergegas keluar. Hari ini dia akan mengunjungi rumah Nenek dari sahabatnya. Nenek Ainun, Nenek yang dia sayang selayaknya Nenek sendiri, Nenek yang juga menyayanginya dan sudah menganggapnya seperti cucu sendiri.

Arra berjalan menuju pintu utama tak lupa sebelumnya dia memberi tahu Bi Sari agar memberitahu orang tuanya kalau dia akan berkunjung ke rumah Nenek Ainun. Arra membuka pintu utama dengan perlahan, namun seseorang yang berdiri di depan pintu hendak mengetuk pintu rumahnya membuat Arra terkejut. Hening sejenak... sampai akhirnya bibir Arra mengucap satu nama.

“ Shendy....”

-*-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!