Arra mengusap lehernya saat merasakan, ada sesuatu yang baru terpasang di sana, tangannya turun meraba sesuatu yang Arra yakini terdapat pada benda yang baru Shendy pasang itu. Arra baru saja hendak membuka matanya untuk memastikan perkiraannya benar atau salah, namun suara Shendy yang terdengar sedang melangkah, mengintruksinya agar tetap menutup mata. Arra menurut.
Shendy mendudukan dirinya kembali ketempat semula, dia menatap Arra sebentar memastikan apa sahabatnya itu mengintip atau tidak.
“Jangan ngintip Ra.” Peringat Shendy yang di balas gelengan oleh Arra.
Shendy kembali merogoh sakunya, mengambil satu lagi benda yang khusus dia beli untuk sahabatnya. Mengambil tangan kiri Arra dan memasangkan benda yang Arra rasa mungkin gelang itu tepat di pergelangan tangan kiri Arra. Shendy tersenyum, menatap dua benda yang dia beli khusus untuk Arra sudah terpasang dengan sempurna di tempatnya.
“Sekarang boleh buka.” Shendy memberi perintah.
“Buka? Buka apa? Buka baju? Yah Ampun Shendy! Ini tempat umum. Lagian kalo pun tempat privasi, kalo ada Shendy Arra juga gak mau buka baju!” Shendy menepuk jidadnya, sendiri greget.
“Aduhh Arra bukan buka baju tapi buka mata. Buka mata Arra!” Shendy membenarkan perintahnya.
“Ouhh buka mata. Bilang yang jelas dong, gimana sih Ketos ini.” Arra terkikik, dia bisa memastikan raut wajah Shendy yang gemas.
Perlahan Arra membuka matanya. Dia menatap kosong kedepan, kedua tanganya dia ulurkan kedepan, dan mulai meraba-raba. Shendy mantap bingung.
“Shendy? Kok ini gelap yah? Apa udah malem? Perasaan tadi masih siang-kan? Kok tiba-tiba gelap? Shendy!” Arra meraba- raba ke depan. Raut Shendy berubah panik.
“Shendy... Arra buta!... Shendy hiks... Shendy Arra gak bisa liat....” Shendy dengan cepat memegang kedua bahu Arra membuat Arra menghadap kearahnya.
Dan....
Arra berkedip....
“Tapi Boonggg hahah!” Arra tertawa, dia puas melihat ekspresi Shendy yang panik, dan langsung melepaskan genggaman cowok itu pada bahunya saat Arra berkata tadi.
“Ishh puas tuh pasti. Dasar Arrrrrrrrrrrrraaaaaa!” Shendy membuang muka kesal. Arra menggelengkan kepala.
Menunduk....
Arra mengulas senyum indahnya...
“Bagus. Arra suka.” Shendy kembali menatap Arra,bersamaan dengan Arra yang mengangkat kepalanya seusai melihat kalung yang di pasangkan Shendy untuknya.
Shendy mengukir senyum bahagianya. Tak sia-sia usahanya untuk membuat Desain kalung dan gelang semalama-an, hanya untuk melihat Arra tersenyum bahagia. Ahh rasanya bahagianya Arra adalah bahagianya Shendy.
Dan terimakasih untuk Pamannya yang memiliki toko perhiasan. Sehingga Shendy tidak perlu waktu lama untuk membuat kalung dan gelang ini. Hanya 3 hari. Dan semua ini sudah cukup untuk buat Shendy bahagia karena melihat Arra tersenyum.
Arra meraba bandul yang terdapat di kalung dan gelang yang Shendy pasangkan tadi. Bandul dengan warna pink berhias warna Abu-abu membuat huruf yang menjadi bandul itu seakan menyala.
“ARSHEN?” Arra menatap Shendy yang tengah memperhatikan dirinya.
“Arra Shendy.” Arra tersenyum.
Dia amat suka...
Sangat amat suka...
“Suka?” Arra mengangguk.
“Bagus?” Arra mengangguk lagi.
“Keren kan?” Arra kembali mengangguk.
“Iya dong. Siapa dulu yang buat desainnya. Shendy Sambara!” Shendy mengangkat kerah jaketnya. Sombong.
“Heleh. Gak jadi deh keren-nya.” Arra menarik kembali kata-katanya. Shendy tertunduk sedih.
“Iyah, iyah bagus. Makasih Shendy.” Arra memeluk pinggang Shendy dari samping.
“Sama-sama.” Shendy balas memeluk bahu Arra.
“Eh tapi Shendy juga pake kalung sama gelang yang sama loh!” Shendy memberitahu.
Arra sedikit mendongakan wajahnya.
“Couple?” Shendy mengangguk mengiya-kan.
Arra melepaskan pelukannya, dan sedikit menjauh dari Shendy. Memberi ruang agar cowok di sampingnya itu memberi unjuk apa yang dia ucapkan tadi. Shendy menggulung sedikit lengan kanan Hoddie dongkernya sebatas pergelangan tangan. Benar ada gelang yang serupa milik Arra.
Shendy menatap Arra sebentar, tersenyum seolah berkata ‘Kan?’ Arra balas menatap dengan tatapan seolah berkata ‘Kalung?’ dengan satu alis yang terangkat. Shendy mengisyaratkan ‘Sebentar’ dengan menggunakan tangannya. Cowok itu kembali membenarkan lengan hoddie-nya. Cowok itu membuka lebih lebar kerah hoddie dongkernya dan menarik kerah baju dalamnya agar turun kebawah. Shendy mengeluarkan bandul kalungnya untuk di lihat Arra. Arra tersenyum, dia memegang bandul kalung yang sama persis seperti miliknya, yang terdapat di dada Shendy.
“Kok warnanya Biru sama putih sih gak kaya Arra?” Arra mengajukan tanya.
“Kan sesuai sama warna kesukaan.” Arra mengangguk mengerti.
“Shendy sempet kepikiran buat nuker warnanya. Arra yang Biru-Putih, Shendy yang Pink-Abu. Tapi masa cowok pake warna pink kan lucu Ra. Jadi gak jadi deh nukernya. Heheh” Shendy cengesan.
“Iya sih. Lagian bagus gini. Cocok. Arra suka sangatt suka. Makasih Shendy.” Shendy tersenyum menarik bahu Arra. Meminta secara tidak langsung agar sahabatnya itu menyandarkan kepala kebahunya. Arra tersenyum. Dia bahagia. Dan suka.
“Sama-sama.” Shendy mengusap bahu Arra lembut.
Keduanya terdiam. Menikmati waktu yang bergulir dengan kebersamaan sesekali saling mengoda. Percis layaknya sepasang kekasih, dimata orang-orang yang melihat mereka. Tanpa orang-orang tau kalau setatus mereka adalah Sahabat bukan kekasih atau pacar.
-*-
“Shendy gendonggg....” Pinta Arra manja seperti biasanya.
Mereka baru saja tiba diparkiran sekolah. Shendy menatap Arra lalu tersenyum penuh arti. Felling Arra mulai tidak enak. Cewek yang kali ini, menggunakan penjepit rambut warna pingk di sisi kiri atas telinganya itu menelan seliv-nya gugup. Menguatkan hati atas apa yang akan Shendy ucapkan sebagai bukti kekalahannya kemarin.
“Oke, karena kemarin... Arra kalah dan Shendy yang menang. Jadi Arra harus jalan kaki dari parkiran sampe ke kelas setiap hari selama seminggu. Oke?” Shendy berucap santai dengan tangan yang ikut memperagakan, kata-katanya.
“Oke dong!” Jawab Shendy mewakili Arra yang hanya diam.
“Semangatttt Arra!”
Shendy berlalu setelah mengusap rambut Arra pelan. Arra menghembuskan nafasnya sedih. Dia menyesal.
“Arra nyesel....” Ujarnya lirih.
Seharusnya kemarin dia menolak ajakan Shendy saja, dari pada harus jalan kaki dari parkiran sekolah sampe kedalam kelas yang jaraknya lumayan jauh menurut Arra. Selama satu minggu pula. Akan jadi apa kakinya nanti, Ya Allah. Seharusnya kemarin dia mengajukan 20 Es Krim. Kan lumayan buat Stok. Ahh Arra benar-benar menyesal.
Tapi Arra tidak punya pilihan, Shendy sudah berlalu meninggalkannya. Otomatis dia harus berjalan kaki kan? Memangnya siapa yang mau menggendongnya selain Shendy?
Huh....
Arra bisa!
Semangatttt!
Arra menghentikan langkahnya setelah menaiki anak tangga terakhir menuju kelas. Dia membungkukkan badan dan berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Karena berjalan dari parkiran menuju kelas, bahkan sekarang Arra belum sampai emperan kelasnya tapi nafasnya sudah kembang kempis selayaknya pelari jarak jauh yang baru saja sampai di garis finis.
Sebuah tangan terulut dengan sebotol air mineral dalam genggaman tepat kearahnya. Membuat Arra sedikit mendongak untuk menatap pemilik tangan yang berdiri di depannya itu.
“ Nih. Lo pasti capekan?” Ucap cowok itu.
Arra menegakkan badannya, menatap sebentar cowok yang berdiri di depannya itu, sebelum mengambil air mineral yang cowok itu ulurkan dan meminumnya hingga menyikasakan setengah. Cowok itu tersenyum, membuat Arra balas tersenyum.
“Makasih.” Ucap Arra dengan senyum kikuk. Sedikit malu.
“Sama-sama. Gwe pergi “ Cowok itu berlalu setelah mencubit pipi Arra pelan. Arra hanya mengedikkan bahunya cuek, dan melanjutkan jalannya menuju kelas 12 Ipa 3. Kelas yang tidak lain adalah kelasnya.
Berbeda dengan seseorang yang berdiri di anak tangga terakhir yang menyaksikan interaksi antara Arra dengan cowok yang dia tau adalah Ketua Eskul Pramuka tadi.
“Kok jantung gwe sakit yah?” Orang itu memegang jantungnya yang berdetak dengan sangat cepat disertai rasa nyeri yang bersamaan.
“ Kayaknya gwe harus periksa ke dokter jantung deh.” Monolognya sendiri. Kemudian berlalu menuju kelas yang sama dengan kelas yang dituju Arra barusan.
Shendy memasuki kelasnya dengan santai, mengabaikan rasa nyeri dan detak jantungnya yang masih berdetak secara tidak normal. Shendy melirik Arra yang sudah duduk di kursinya dengan nafas yang masih cewek itu atur agar normal. Seulas senyum terbit di sudut bibir Shendy, dengan langkah yang cepat cowok itu berjalan menuju meja Arra dan mendudukan diri tepat di samping cewek yang masih sulit untuk mengatur nafasnya itu.
Arra menatap Shendy yang duduk di sampingnya. Cowok itu tersenyum membuat Arra kesal dan mengalihkan tatapannya dari cowok yang telah membuatnya ngos-ngosan di pagi hari ini. Arra mendengus sebal, berbeda dengan Shendy yang justru terkikik senang.
“Seneng, suka, bahagia? Denger ya Shendy, Arra tuh bukan kalah. Arra cuma ngalah karena gak mau Shendy itung-itungan kaya waktu itu.” Arra berkata dengan ketus. Yang di balas dengan senyum manis dari Shendy.
“Iya deh iya.”
“Gimana tadi? Cape?” Arra pura-pura tak mendengar. Masih sibuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
“Berhubung Shendy itu baik. Jadi hukuman buat Arra yang harusnya satu minggu, Shendy hapus jadi satu hari.”
“Beneran Shendy?” Shendy mengangguk dengan senyum manis yang cowok itu punya.
“Yeyyyyyy... Huhhhh... Alhamdulillah! Makasih Shendy!”
“Sama-sama” Jawab Shendy sambil membalas pelukan Arra.
Dari arah belakang Regal, Cipto, Naga dan Reno datang dan langsung melihat adegan saling peluk Shendy dan Arra. Naga, Reno, dan Cipto berlalu tanpa minat, lebih memilih duduk di meja mereka masing-masing dan memasa-bodokan adegan yang mereka lihat barusan.
Berbeda dengan Regal yang terlintas ide licik dalam otaknya. Cowok itu perlahan mendekati Arra dan Shendy yang masih berpelukan. Senyum Regal terkembang. Kedua Tanganya dia angkat tinggi-tinggi. Regal sudah siap untuk membuat Shendy dan Arra terkejut.
Sebelum....
“Aaaaa setan!”
Regal berteriak saat Arra yang memeluk Shendy tadi dengan mata tertutup tiba-tiba membuka matanya dengan lebar. Membuat Regal terlonjak kaget sampai hampir terjungkal kebelakang kalau saja cowok itu tidak berpegangan pada ujung meja dibelakangnya.
Arra melepaskan pelukannya begitu juga dengan Shendy, yang sekarang menatap Regal aneh.
“Lo kenapa?” Shendy menatap Regal sinis.
“Setan. Noh si Arra tiba-tiba melek mana melotot lagi. Udah tau gwe mau ngagetin elo.” Aku Regal sebelum kemudian menutup mulutnya karena kelepasan berbicara.
Shendy menatap galak....
Arra tersenyum puas....
Regal menelan seliv takut....
“Jadi lo mau ngagetin gwe?” Shendy berdiri dari duduknya.
Regal mulai siaga...
“Ehh enggak Shend... Beneran dehh enggak....” Regal menunjukan jari yang membentuk huruf’ V’.
Shendy mulai mendekat....
Regal mundur perlahan....
“Lo mau ngagetin gwe? Iyh? Terus pas lo mau ngagetin gwe, Arra liat lo duluan?” Shendy bertanya tanpa berniat menghentikan langkahnya untuk mendekati Regal yang berjalan mundur.
“Iya... Eh... Engga. Beneran deh enggak... Hehhe sok lanjutin deh Shend....” Regal cengengesan. Shendy melebarkan langkahnya.
Happ....
Shendy menarik kerah bagian belakang seragam Regal saat cowok itu hendak berlari keluar kelas. Dengan kesal Shendy mengapit leher Regal dengan lengan kirinya dan tangan kanan yang mengunci tangan kiri Regal ke belakang.
Semua orang yang berada dalam kelas tertawa melihat Regal yang sudah memohon-mohon agar di lepaskan oleh Shendy.
“Ampun Shen. Ampun... Gak lagi-lagi deh. Suer.” Regal mengucap janji.
Shendy menampikkan smrik-nya dia punya ide bagus untuk mengerjai Regal. Dengan sekali hentakkan, Shendy melepaskan Regal yang wajahnya sudah memerah karena kehabisan nafas. Semua orang tertawa bahagia melihat Regal yang sedang mengatur nafasnya yang tersenggal itu.
“Lo gwe maafin.” Regal menatap dengan ekspresi bahagia.
“Tapi dengan satu syarat.” Regal tertunduk lesu. Sudah dia duga Shendy tidak akan melepaskannya begitu saja.
“Lo harus pake baju cheerliders pas jam pelajaran olehraga nanti di samping lapangan + menyemangatin gwe, Reno, Naga sama Cipto pas main basket nanti.”
Regal melongo tidak percaya. Memakai baju Cheerliders di samping lapangan dan menyemangati teman-temanya yang bermain basket? Ahh mau di taroh dimana mukanya nanti! Pasti banyak yang melihatnya apa lagi saat pelajaran olahraga dan Shendy bermain basket. Matilah dia bisa jadi badut untuk para pembucinnya Shendy, yang pasti stand by untuk melihat Shendy bermain basket. Terkutuklah ide konyolnya untuk mengejutkan Shendy tadi.
“Mampusss!” Regal menyorot tajam pada ke-3 temannya yang sama sekali tidak merasa perihat-in terhadapnya.
Regal berbalik menatap Arra, dia memohon pertolongan lewat tatapan memelasnya. Namun yang Arra lakukan justru menjulurkan lidah dan berucap ‘Sukurin’ tanpa suara. Regal tertunduk lesu, cowok itu mengelus dada menyabarkan diri. Mungkin memang nasibnya seperti ini.
Sabar Gel...Gell!
-*-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments