Suasana ruang Osis yang semula ramai kini berganti sunyi. 31 anggota yang semula memenuhi ruangan itu kini hanya menyiksakan 2 anggotanya saja. Siapa lagi kalau bukan Shendy dan Arra. Sang Ketua Osis yang masih sibuk dengan beberapa proposal yang harus dia susun untuk diserahkan ke Pembina Osis dan Ketua Seksi Mading yang dengan nyenyaknya tidur di sofa yang berada di ruangan khusus Ketua Osis itu.
Keadaan sekolah benar-benar sepi, mungkin karena waktu pulang sekolah yang sudah berlalu lebih dari 3 jam. Bahkan anak-anak Teater yang biasanya pulang sore juga sudah tidak berada di sekolah lagi. Sekolah benar-benar sepi. Sangat sepi.
Shendy menatap Arra yang masih nyenyak dengan posisi cewek itu yang meringkuk persis seperti kucing kedinginan. Shendy beranjak dari kursinya saat posisi kepala Arra hampir menyentuh lantai. Dengan hati-hati Shendy mengangkat kepala Arra pelan dan mengembalikannya pada posisi yang sebelumnya. Tak lupa bantal yang Shendy letakan sebelum mengembalikan posisi kepala Arra.
Arra menggeliat menyamankan posisinya, dan kembali tenang saat sudah mendapatkan posisi yang pas. Shendy mengulas senyum. Cowok itu mengusap kepala Arra pelan sebelum beranjak untuk kembali mengerjakan tugasnya.
Tugas Shendy selesai. Menyimpan proposal yang sudah dia revisi. Menutup aplikasi yang dia gunakan, mematikan leptop dan memasukkannya kedalam Tas. Shendy beranjak dari tempatnya duduk, menuju sofa dimana Arra tertidur.
“Ra, bangun. Arra, gak mau pulang?” Shendy mengguncang pelan bahu Arra.
Arra menggeliat membuka matanya secara perlahan, dan berusaha tersenyum sambil menggenggam satu tangan Shendy kemudian memeluknya didepan dada setelahnya kembali memejamkan mata lagi.
“Ehh... Ra, kok malah tidur lagi? Ayok pulang Ra. Udah mau malem ini.” Arra kembali membuka matanya.
“Shend?” Ujarnya parau menatap Shendy dengan mata yang masih menahan kantuk.
“Kenapa Ra?” Tanya Shendy dengan nada yang mulai khawatir.
“Telfon Papah, suruh jemput kita disini.” pinta Arra yang membuat Shendy mengernyit heran.
“Kok nelfon Om Sunjaya, emangnya kenapa Ra?”
“Hustt Shendy jangan banyak tanya, udah telfon ajah Papah. Kita pulang pake mobil.” Perintah Arra, tak mau di bantah.
“Oke-oke.” dengan sedikit rasa heran dan sedikit rasa panik Shendy menelfon Papah dari sahabatnya itu.
10 menit setelah Shendy menelfon Sunjaya dan meminta orangtua Arra itu untuk menjemput mereka di sekolah. Handphone Shendy kembali berdering menampilkan panggilan masuk dari Sunjaya, yang mengatakan kalau Sunjaya dan Ratna sudah berada di parkiran sekolah.
Shendy bergegas meninggalkan Ruang Osis dengan Arra yang berada dalam gendongannya seperti biasa. Sedangkan Arra yang berada dalam gendongan Shendy membawa tas cowok yang menggendongnya itu. Arra hanya menurut dan tak merasa keberatan, toh Shendy ini yang mengenggendongnya. Jadi jika dia merasa keberatan, justru Shendy yang lebih berat ya kan?
Shendy sampai di parkiran dimana mobil Sunjaya beserta Ratna berada, dengan segera cowok itu mendekati kedua orang tua Arra yang sedang menunggu mereka di luar mobil.
“Om?” Sunjaya menoleh begitupun dengan Ratna yang berada di sampingnya.
“Yah ampun Arra kamu selalu ngerepotin Shendy” ucap Sunjaya yang membukakan pintu jok belakang dan menyuruh Shendy beserta Putri Sematawayang-nya masuk.
Shendy masuk setelah Arra sudah duduk dengan anteng sambil menyandarkan kepalanya ke jendela samping mobil bersiap untuk kembali tidur.
Shendy duduk dengan santai setelah pintu mobil dia tutup. Menoleh pada Arra yang tidak merasa nyaman dalam posisi tidurnya. Shendy tersenyum, menarik kepala Arra pelan agar bersandar kebahunya, namun tanpa di duga Arra lebih memilih untuk tertidur dengan paha Shendy sebagai bantalan. Shendy mengulas senyum dan membiarkan Arra kembali tertidur dengan pahanya sebagai bantalan, dengan tangannya yang senantiasa mengusap kepala Arra dengan lembut.
Mobil melaju meninggalkan area sekolah, dan motor Shendy yang sebelumnya sudah cowok itu titipkan pada Satpam yang berjaga untuk sift malam di sekolah hari ini. Didalam mobil Shendy dengan santai duduk dan jangan lupakan kepala Arra yang berada diatas pahanya. Cewek itu kembali tertidur tanpa merasa terganggu dengan obrolan sang Mamah dan Papah yang menurut Shendy sangat asik membicarakan segala hal, mulai dari pekerjaan kantor sampai soal sekolah yang sesekali Shendy sahuti dengan kata ‘ Baik dan beres’.
“Kok berhenti Om?” Shendy bertanya saat menyadari kalo mobil yang mereka tumpangi berhenti melaju.
“Gak tau Shen, kayanya ada kecelakaan deh.” Jawab Sunjaya.
“Kecelakaan motor. Pengemudi motor tewas dia cowok. Pemboncengnya yang cewek kakinya patah.” Jelas Arra dengan mata yang sedikit terbuka, membuat semua orang yang ada di dalam mobil cengo mendengar penuturan Arra.
Setelahnya cewek itu kembali tertidur tanpa menghiraukan semua mata yang mengarah kepadanya dengan sorot penasaran.
-*-
Kini Arra dan Shendy sedang berada di dalam kamar Arra, duduk di atas kasur Arra, dengan Shendy yang menatap jendela balkon kamar Arra, bersila dengan leptop di pangkuannya. Sedangkan Arra, cewek itu melakukan hal yang sama duduk bersila memunggungi Shendy dengan sebuah novel yang berada dalam genggamannya. Di temani dengan satu toples kripik singkong rasa balado kesukaan Arra dan satu gelas jus mangga dengan dua sedotan di dalamnya.
“Ra?” Panggil Shendy tak mengalihkan pandangannya dari leptop.
“Hmm?” Arra masih fokus membaca.
“Arra gak mau keluar gitu?” Pandangannya masih fokus kearah leptop dengan jemari yang menari-nari di atas keyboard begitu lihai.
“Kemana?”
“Ya kemana ke kemana. Biasanyakan Arra selalu keluar sama Nathalia atau Dynar kalo weekand.” Shendy seakan memberi perintah.
“Males.”
“Tapi-kan sayang Ra, cuaca bagus kayak gini kalo gak keluar rumah.”
Arra menghembuskan nafasnya, menutup novel yang berada dalam gengamannya dan menoleh sekilas pada Shendy yang masih fokus pada layar leptop.
“Shendy tuh aneh yah, nyuruh Arra buat keluar. Sedangkan Shendy sendiri dateng ke rumah Arra cuma buat ngerjain tugas Shendy yang ada di leptop itu.” Arra tak habis fikir. Shendy mengalihkan pandanganya dari leptop.
“Iyah juga yah hahha” Shendy tertawa seakan terbodohi oleh pertanyaannya sendiri.
Arra hanya geleng- geleng kepala. Mengambil gelas yang berisi jus mangga dan meminumnya. Kemudian Menyodorkan gelas ke arah Shendy yang melakukan hal yang sama, dari sedeton yang sama. Membuat Arra mendengus kesal.
“Ihh Shendy, harusnya Shendy minum dari sedotan yang satunya bukan dari sedotan Arra. “ Arra mendengus sebal. Shendy hanya mengedikan bahunya tak perduli.
Kembali pada posisi mereka yang semula. Kali ini dengan Arra yang menumpukan punggungnya dengan sempurna pada pungung Shendy.
Hening sejenak....
“Yah udah gini aja.” Shendy membalik badan sepontan, membuat Arra yang menumpukan punggung sepenuhnya pada cowok itu sedikit, oleng. Arra mendengus, yang dibalas cengiran tak berdosa dari cowok itu.
“Hehe. Gimana kalo kita keluar? Jalan-jalan ketaman!” Shendy memberi usul pada sahabat perempuannya itu.
“Males.” Arra berujar dengan nada yang super duper lemes.
Karena bagi Arra hari libur adalah harinya untuk tidur dan malas-malasan di dalam kamar. Bukannya keluar dan berpanas-panasan yang akan membuat tubuhnya gelap kalau tak memakai sunblock.
“Nanti Shendy beliin es krim deh.” Shendy masih membujuk. Arra sedikit berpikir.
“Umm boleh tapi es krimnya 5, gimana?” tawar Arra yang dibalas dengan anggukan cepat oleh Shendy.
“Oke. Tapi harus habis gimana pun caranya bisa?” Shendy menantang.
“Oke siapa takut!”
“ Nanti kalo Arra bisa ngabisin 5 es krim Shendy harus beliin Arra es krim setiap pagi sebelum masuk kelas. Gimana?” Arra ikut menantang.
“ Kalo Arra gak bisa ngabisin 5 es krimnya gimana?” Shendy bertanya. Arra sedikit mengkerutkan kening. Seakan berfikir dalam.
“Apa yah?” Arra mengatukkan jari telunjuknya di dagu. Menimang.
“ Ahh udah dehh itu gak mungkin terjadi. Es krim itu kesukaan Arra, Arra pasti bisa ngalahin Shendy. Dan kalo seandainya kalah, walaupun gak mungkin. Apa aja yang Shendy suruhin ke Arra, Arra bakal coba wujud-in gimana?”
“Hmm pilihan yang sulit.” Shendy mengatukkan telunjuknya pada dagu seakan berfikir dalam seperti Arra barusan.
“ Tapi menarik.”
“ Boleh deh. Deal yah?” Shendy mengulurkan tangannya yang disambut dengan cepat oleh Arra.
“Deal.” Arra berkata lantang. Dia yakin akan apa yang di ungkapkannya itu.
Bagaimana tidak? Es krim sudah termasuk dalam list makanan pokok untuk Arra, jadi tak mungkin dong kalau Arra tidak bisa menghabiskan 5 cup es krim saja? Uhhh itu sungguh sangat tidak mungkin! Ya kan?
-*-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments