Taman dekat sekolah menjadi pilihan Shendy untuk menghabiskan weekand dengan Arra kali ini. Dengan tangan yang saling bertaut, saling menggengam erat. Shendy tak merasa terganggu sedikitpun, bahkan dia menyukainnya. Bukan karena apa-apa, hanya saja rasanya nyaman dan menenangkan. Yah setiap kali rasa bosan yang melandanya atau rasa jenuh yang membuatnya gusar atau bahkan rasa marah akibat suatu hal, semuanya akan lenyap hanya dengan melihat Arra, bersama Arra, di sentuh Arra dan di samping Arra. Dan hanya Arra. Cuma Arra. Hanya Misya Ratna Farradibha.
Taman dekat sekolah itu memang selalu ramai, bukan di hari weekand atau hari libur saja, melainkan hari-hari biasanya juga. Bedanya hanya pada pengunjung yang mendatangi taman itu. Yah, bisa di bilang taman itu akan penuh dengan siswa sekolah pada saat hari-hari biasanya dan akan penuh dengan banyak orang yang bukan hanya siswa sekolah pada saat weekand seperti ini.
Arra dan Shendy mengambil tempat duduk di salah satu bangku yang kosong, sambil menikmati suasana yang nyaman dan indah dengan berjuta bunga aneka warna yang menghiasi taman di depan mereka duduk.
Membuat Arra yang sempat merasa ragu untuk keluar rumah sekarang berpikir dua kali untuk agar tidak menyesal kalau tadi dia menolak ajakan Shendy. Ahh beruntung tadi Arra menerima ajakan Shendy walaupun harus dengan bujukan terlebih dahulu. Mengingat tentang bujukan Shendy. Arra jadi ingat akan es krim yang Shendy janjikan.
“Shendy?” Cowok itu menoleh. Menatap Arra dengan tatapan ‘Iya, kenapa Ra?’
“Es krim?” Shendy yang peka pun menoleh kekanan dan kiri seakan mencari keberadaan penjual Es krim yang biasanya berjualan di sekitar taman.
Dapat....
“Bentar.” Perintah Shendy yang kemudian beranjak menuju penjual Es krim yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Mata Arra memancarkan kilauan bahagia kala melihat Shendy yang kembali dengan beberapa Cup es krim dalam kantung plastik putih. Arra Mengulurkan tangan saat Shendy sudah berada di depannya persis seperti anak kecil. Shendy memberikan kantung plastik yang berisi 5 Cup es krim rasa strowberry kesukaan Arra kepada cewek itu. Mengelus rambut Arra lembut saat cewek yang duduk di sampingnya kini membuka satu cup es krim dan mulai melahapnya dengan bahagia.
15 menit kemudian....
3 Cup es krim sudah Arra habiskan, bahkan dalam waktu yang singkat. Tinggal 2 Cup lagi yang tersisa dan Arra akan memenangkan tantangan yang dia buat. Membayangkan betapa enaknya makan es krim setiap pagi sebelum masuk kelas membuat Arra berusaha sekuat tenaga, untuk menghabiskan es krim keempatnya.
Sedikit lagi....
Hanya sedikit lagi....
Arra bisa....
Pasti habis....
Stopp. Arra gak kuat!
Tess....
Arra menitikan air mata, membuat Shendy yang setia memperhatikan cewek itu panik seketika saat melihat air mata yang keluar dari mata cewek yang senantiasa dia perhatikan itu secara tiba-tiba.
“Loh Ra, kenapa. Kok nangis?” Shendy khawatir saat air mata, kembali menetes bahkan semakin deras dari mata cewek yang masih memegang cup es krim ke-empatnya dan satu cup es krim penuh yang berada tepat dipangkuannya.
“Shendy....” Arra menitikan air matanya semakin deras, membuat Shendy semakin heran dibuatnya.
“Hiks... Hiks... Shendy....” Arra mulai sesenggukan.
“Kamu kenapa sih Ra? Es krimnya gak enak? Apa gimana?” Mengelus kedua pipi Arra dengan khawatir.
“Shendy... Hiks... Hiks... Arra... Hiks... Arra....”
“Iyah, Arra kenapa? Arra kenapa Ra?” Shendy sedikit gemas.
“Shendy... Arra... Hiks... Arra gak, hiks....”
“Arra apa sih ra? Ngomong yang jelas coba.”
Shendy mulai kesal bahkan gemas di waktu yang bersamaan. Melihat Arra yang menangis namun ingin mengatakan sesuatu yang tidak bisa cewek itu ucapkan adalah hal yang sangat lucu menurutnya.
“Shendy... Arra gak... Arra gak bisa ngabisin es krimnya... Huaaa... Hiks hiks....” Arra menangis dengan keras, sedangkan cowok yang duduk di sampingnya cengo sesaat sebelum....
“Bwahhhahhahahahaah!” tawa Shendy membahana, membuat beberapa orang yang ada di sekitar mereka melirik ke arahnya. Membuat cewek yang menggunakan baju pink dengan celana jins putih itu memasang wajah kesal di sela isak tangisnya yang tersisa.
“Jadi Arra nangis gara-gara gak bisa ngabisin es kimnya?” Shendy berujar setelah tawanya reda dan kekesalan Arra sedikit menghilang. Arra mengangguk. Shendy menampikan senyum liciknya. Membuat Arra mengerutkan kening dalam.
“Shendy kenapa senyumnya kek gitu?”
Arra menatap curiga, sedangkan cowok yang di tuduhnya hanya geleng-geleng kepala enggan menjawab apa yang Arra tanyakan, membuat Arra mulai berspekulasi yang tidak- tidak tentang rencana Shendy untuk kekalahan Arra hari ini. Jangan... jangan....
Shendy mau ngeberhenti-in Arra jadi sahabatnya!
Ouh Now! Tidakkkkkkkkkk!
Arra gak bisa jauh dari Shendy, Tuhan!
-*-
Shendy melahap suapan terakhir Es Krim yang seharusnya di habiskan oleh Arra. Arra menatap Shendy tepat di bibir cowok itu yang terdapat sisa Es Krim yang Shendy makan. Arra mengulurkan tanganya, menyentuh sudut bibir Shendy yang terdapat Es krim dan mengusapnya lembut. Shendy terdiam, dia merasa lucu juga greget secara bersamaan.
Karena menurut film atau Novel yang Shendy tonton sekaligus baca, dari rak buku milik Arra dimana kebanyakan cowok yang mengusap sudut bibir ceweknya atau yang lebih parah yang Shendy pernah baca adalah adegan dimana cowok mencium sekaligus membersihkan sisa Es Krim yang ada di sudut bibir Sang cewek. Tapi dalam kasusnya kali ini justru berbeda, bukannya Shendy yang mengusap bibir Arra dari sisa Es Krim ini justru sebaliknya. Menggelikan sekaligus menyenangkan. Shendy tersenyum menatap Arra dengan binar senang. Arra yang melihat ekspresi Shendy, menatap heran cowok di sampingnya yang sekarang jadi di depannya karena Arra yang duduk menyerongkan badan.
“Kenapa senyum-senyum?” tanya Arra tanpa menghentikan usapannya.
“Lucu.” Shendy sedikit terkikik, Arra menatap tak mengerti dengan alis yang diangkat satu.
“Apanya yang lucu?” Arra menjauhkan tanganya dari bibir Shendy yang sudah bersih.
“Yah lucu. Kalo di novel yang Shendy baca di rak buku Arra. Yang biasa ngelakuin kaya gitu Si cowok, tapi ini malah Arra yang ngusap sudut bibir Shendy. Shendy berasa kaya banci, hahah” Arra mendelik, menepuk lengan atas Shendy dengan keras membuat cowok itu mengaduh kesakitan.
“Sakit Ra.” Adunya dengan wajah memelas.
“Yah abis Shendy. Apa-an coba bilang kaya gitu? Shendy tuh cowok tulen! Nihh kalo mau adegan kaya di novel nih.” Arra mencolek sisa Es Krim dari cup yang masih berada dalam gengaman tangan Shendy. Mengoleskannya pada sudut bibirnya sendiri sebelum menujukannya pada Shendy.
Shendy menatap Arra dengan senyum hangatnya. Arra memaju mundurkan wajahnya bermaksud memberi tahu Shendy bahwa terdapat sisa Es Krim yang ada di sudut bibirnya yang sangat jelas di ketahui Shendy.
Hening....
Arra terdiam saat wajah Shendy tepat di depan wajahnya dengan bibir cowok itu yang meyentuh sudut bibirnya, menyapukan lidah cowok itu yang Arra yakini bermaksud untuk membersihkan sisa Es Krim yang tadi Arra torehkan.
Shendy menjauhkan wajahnya, menatap Arra dengan rona merah yang muncul di kedua pipi sahabatnya itu. Shendy tersenyum, saat melihat Arra yang menundukan wajahnya. Entah malu atau kesal?
“Iya, Shendy bukan banci yah?” Arra mengangkat kepalanya dan menatap Shendy yang juga sedang menatapnya.
“Buktinya Shendy bisa bikin Arra merona gitu, percis kaya di novel-novel yang Arra punya. Heheh.”
Arra memberenggut kesal sekaligus malu, menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan Arra lakukan, agar terhindar dari ledekan Shendy akibat pipinya yang merona.
Shendy teringat sesuatu....
Dia meraba saku celananya....
Ada!
Beruntung dia tidak melupakan benda yang hendak dia beri pada Arra. Benda yang mungkin tidak terlalu mahal namun dengan kesungguhan hati dia membuat dan memberikannya untuk Arra.
“Ra?” Arra menoleh.
“Arra tutup mata sebentar yah?” Arra mengangkat satu alisnya heran.
“Kenapa dan buat apa emang?”
“Sebentar doang. Janji gak lama.” Shendy menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf ‘V’.
Arra sempat meragu, namun kemudian menutup mata saat melihat Shendy yang memasang wajah memohon. Shendy menatap Arra memastikan cewek yang berada di depannya itu tidak mengintip.
“Jangan ngintip loh Ra. Awas kalo ngintip matanya jereng.” Shendy mengancam.
“Iya Shendyyy bawelll. Cepatan, katanya sebentar!” Arra tak sabaran.
“Sabar Ra. Orang sabar di sayang papah Sunjaya.”
“Lah, berarti kalo yang sabar janda anak satu, Papah Arra juga sayang dia dong?” Shendy berfikir sejenak.
“Iyah juga yah? Yah udah ganti deh. Arra sabar di sayang sama Papah Sunjaya.” Shendy terkikik geli. Arra menggeleng tak habis pikir.
Terpasang....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments