10

Arra menghentikan langkah saat seseorang mencengkal pergelangan tanganya. Menoleh kebelakang dan sedikit terkejut. Arra memasang wajah waswas saat melihat Reno yang ternyata menghentikan langkahnya di tengah koridor yang cukup sepi tanpa ada siswa lain yang berlalu-lalang. Seakan sudah direncanakan.

“Kenapa Ren?” Arra bertanya santai, setelah menggantikan mimik waswas-nya dengan raut tenang.

Dia menatap kearah pergelangan tanganya yang masih di pegang Reno bermaksud untuk memberitahu cowok itu agar melepaskan tanganya, yang nampaknya tak akan Reno gubris. Terbukti dari cowok itu yang justru semakin kuat mencengkram pergelangan tangannya setelah tadi cowok itu menjatuhkan tatapan kearah pergelangan tangan Arra yang dia pegang.

Arra masih berusaha bersikap santai, bahkan saat cowok yang Arra pikir mengikutinya sejak tadi itu menyudutkannya ke dinding, dan bahkan mengunci pergerakan Arra dengan kedua tangan cowok itu yang di letakan di samping kanan dan kiri kepala Arra, Arra masih berusaha santai.

Arra mendongak, menatap Reno yang lebih tinggi dari dirinya namun tidak lebih tinggi dari sahabatnya, Shendy.

“Kenapa lo takut? Lo ngerasa gugup, atau bahkan suka?” Reno menunduk mendekatkan wajahnya seakan mencoba memojokkan.

“Maksud Reno?” Arra masih bersikap sopan.

“Jangan pura-pura sok suci Misya Ratna Farradibha. Lo suka-kan ada di posisi sekarang. Di pojokin sama cowok kaya gwe, di tengah koridor yang sepi pula. Jujur aja. Atau lo mau yang lebih?” Reno menampilkan senyum menyebalkannya.

Arra kesal. Dia bukan seperti yang Reno ucapkan. Dengan tangan yang terkepal disamping tubuhnya, Arra mendongakkan kepalanya menatap kedua manik mata Reno dengan tatapan tajam sekaligus angkuh.

“Asal lo tau Reno Mandiar! Gwe muak bersikap baik sama lo. Lo emang gak pernah ada niat buat berubah dari dulu. Selalu anggep gwe cewek rendah dan lemah. Heh gwe kadang kesel sama Shendy yang masih aja percaya kalo lo udah berubah!” Reno tak ambil pusing omongan Arra.

Cowok itu bahkan tidak perduli kalau Shendy akan tau dia tidak pernah berubah dari dulu, juga dia tidak perduli. Fokusnya sekarang hanya pada Arra yang masih berdiri dibawah kungkungnnya.

“Heh perduli setan, sama cowok yang lo anggep sahabat itu Arra! Kenapa emangnya? Lo mau ngadu ke dia? Lo mau bilang kalo gwe belum berubah? Gitu? Gwe gak takut. Asal lo tau Arra, gwe bisa kasih semua yang lebih baik dari yang Shendy kasih ke lo.” Membelai pipi Arra dengan jari telunjuknya. Arra memalingkan wajah.

“Sorry gwe gak tertarik. Sekarang lo minggir, gwe gak mau ngomong terlalu lama sama cowok kaya lo!!” Bentak Arra kesal.

“Uhh gak segampang itu Misya Ratna Farradibha! Lo bakal gwe lepasin kalo lo mau nyium gwe.” Reno tersenyum menyebalkan. Arra memutar bola matanya kesal.

Dia benci Reno. Dia tidak suka cowok di depannya dengan semua pikiran buruk cowok itu terhadapnya. Shendy benar. Dia tidak boleh diam saja ketika dia di injak atau direndahkan. Dan omongan Shendy yang bilang kalo gak semua orang berhak di kasihani sangat benar. Salah satu orang yang gak berhak di kasihan-in dan tidak patut Arra sopankan adalah Reno.

Reno Mandiar.

Cowok yang selalu menganggap kedekatannya dengan Shendy adalah kedekatan yang saling menguntungkan dalam hal negatif dan menganggap dirinya sama dengan cewek di luar sana yang dengan gampang jatuh kedalam perangkap cowok hanya dengan uang dan modal tampan saja. Membuat cewek-cewek di luar sana bahkan rela memberi hal yang paling berharga milik mereka kepada sembarang cowok.

Oh salah. Kalo Reno berfikir dirinya seperti itu. Arra bukan cewek seperti itu. Kedekatannya dengan Shendy bukan karena Friends with banefit dalam hal yang negatif. Tapi memang hanya Shendy yang Arra percaya di dunia ini selain orang tuanya dan orang tua Shendy. Entahlah kenapa cowok di depannya ini menganggap kedekatannya dengan Shendy hanya karena saling menguntungkan dalam hal yang negatif.

“Kiss?” Arra tersenyum pura-pura. Reno mengangguk antusias.

“Only Kiss?” Arra bertanya dengan senyum mengejek. Dia tak habis pikir dangan Reno yang sangat bahagia hanya karena dirinya mengatakan hal itu.

“Yes. Only Kiss baby.”

Reno tersenyum kemenangan. Arra menampikan senyum yang sama. Arra mendekatkan wajahnya pelan.

Sebelum....

Bughhh....

“Aakhaa....” Reno mundur beberapa langkah kebelakang. Saat Arra dengan sangat keras menendang tepat ditengah kedua pahanya.

Arra dengan cepat menjauhi Reno yang meringis kesakitan sambil memegangi organ fitalnya. Arra sedikit meringis, tapi dia tak mau ambil perduli dengan cepat dia meninggalkan Reno yang masih meringis kesakitan.

“Makan tuh kiss. Hahahh!” Arra berlari setelah mengucapkan kata itu.

“Awas lo, Arra! Ahk...” Reno berteriak di sela ringisan kesakitannya.

Arra terus berlari. Dia enggan perduli akan apa yang telah dia lakukan kepada Reno barusan. Bodo amat. Perduli banget? Hati Arra bahkan jauh lebih sakit saat cowok itu menghina persahabatannya dengan Shendy adalah persahabatan yang saling menguntungkna dalam hal negatif. Heh, bahkan Arra ingin menangis rasanya saat Reno secara tidak langsung mengatainya sebagai cewek gampangan hanya karena kedekatannya dengan Shendy. Tapi tidak. Arra tidak akan menangis hanya karena perkataan cowok itu. Hubungan persahabatannya dengan Shendy yang sudah terjalin sejak kecil bukan untuk hal semacam itu. Dan terserah Reno dengan semua omongannya yang terus menyakiti Arra itu.

-*-

Arra menidurkan badanya dengan posisi yang berlawanan dengan Shendy yang juga membaringkan diri di kasur milik Arra. Keduanya hanya diam, sambil menatap langit-langit kamar Arra yang di hias dengan lukisan langit biru pada siang hari yang cerah. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Arra dengan pikirannya yang ingin memberitahu Shendy tentang Reno. Dan Shendy dengan pikirannya yang ingin menanyai kenapa Arra jadi pendiam beberapa hari ini.

“ Shend...”

“Ra...”

Keduanya memanggil kompak. Membuat mereka seketika terduduk dengan cepat, dan saling menatap kikuk.

“ Arra dulu.” Shendy meminta.

“Shendy dulu aja.” Arra menolak.

“Ladies first Ra.”

“Shendy!” Arra menatap mutlak.

“Oke Shendy dulu.” Shendy mengalah. Arra tersenyum.

Shendy mengubah posisi duduknya. Menyandar ke Headboard dan meminta Arra untuk melakukan hal yang sama lewat tatapan matanya. Arra menurut, dia ikut duduk dengan menyandarkan punggung ke headboard dan kepala yang cewek itu sandarkan pada bahu Shendy. Shendy menghembuskan nafasnya sebelum menyuarakan pertanyan yang mengusik pikirannya beberapa hari ini.

“Ra? Arra kenapa?” Arra sedikit mendongak. Menatap Shendy dengan tatapan tak mengerti.

“Kenapa apanya?”

“Yah Arra kenapa?”

“ Shendy liat Arra, hari-hari ini kaya gak semangat terus banyak pikiran. Ada masalah?” Shendy bertanya dengan tangan kiri yang membelai pipi Arra dengan lembut.

Arra menatap kedepan, membuat usapan lembut Shendy terlepas. Arra sedikit bingung. Apa dia harus mengatakannya pada Shendy atau berpura-pura dan mengatakan kalau dirinya baik-baik saja? Arra menghembuskan nafasnya pelan. Dia harus jujur. Bukannya Shendy adalah sahabatnya. Sebagai sahabat harus saling terbuka kan? Oke Arra harus jujur.

“Shendy taukan Arra peka terhadap masa yang akan datang?” Shendy mengangguk. Dia memang tau akan fakta itu, Arra yang peka dan dapat melihat masa depannya melalui mimpi, bukan hal yang asing menurut Shendy, karena dia dan kedua orang tua mereka mengetahu akan hal itu. Arra yang bisa melihat masa depan lewat mimpinya, ini bukan kemampuan turun temurun, hanya Arra yang punya ke-istimewaan itu dan Arra juga hanya bisa melhat masa depannya sendiri, jika Yang Maha Kuasa berhendak memberi tahunya.

“Nahh itu dia yang buat Arra banyak mikir. Hari-hari ini mood Arra lagi sedih. Arra punya filling kalo beberapa hari yang akan datang akan ada sesuatu yang terjadi. Arra mulai nebak-nebak apa yang bakal terjadi nanti, tapi Arra gak bisa.” Arra mengambil nafas sejenak. Dia menunduk sebelum kemudian kembali menatap Shendy.

“Beberapa hari ini Arra juga gak mimpi-mimpi sesuatu. Perasaan Arra jadi lebih takut kalo liat Reno. Sedih kalo liat Dynar. Arra mulai mikir ada apa antara dua orang itu? Itu yang buat Arra sedih, dan keliatan murung.” Arra menjawab.

Shendy mengangguk. Dia kembali mengusap pipi Arra pelan dan menggengam tangan Arra dengan tanganya yang bebas.

“Arra gak usah khawatir, semua bakal baik-baik aja. Reno sama Dynar juga bakal baik-baik aja. Arra tenang aja oke?” Arra mengangguk.

“Arra tau gak sih? Shendy sampe khawatir karena Arra murung terus. Shendy pikir Arra ada masalah, atau Om sama Tante berantem. Ternyata enggak. Shendy cukup lega. Tapi Shendy seneng karena bisa liat Arra ketawa lepas kaya tadi.” Arra menatap dengan tatapan tanya.

“Pas liat Regal kaya cewek-cewek Cheerliders.” Arra mengangguk paham

“Shendy bahkan rela ngasih Regal Hp keluaran terbaru.” Arra mengangkat kepalanya. Menatap Shendy dengan satu alis terangkat.

“Jadi Shendy gak ikhlas gitu?” Arra menatap horor.

“Bukan gitu Arra. Shendy cuma ngasih tau. Kalo Shendy lebih suka liat Arra bahagia dan ketawa lepas bukannya murung dan banyak pikiran, apalagi sedih. Shendy bahkan rela beri-in kebahagiaan Shendy supaya Arra bisa bahagia.” Shendy tersenyum. Arra balas tersenyum, dan tanpa kata langsung memeluk Shendy dari samping.

“Makasih.” Shendy mengangguk.

“Ehh tapi tadi Arra manggil Shendy mau bilang apa?” Shendy bertanya. Arra mendongak, menatap mata Shendy dan melepaskan pelukannya secara perlahan.

“Hmm... Arra bingung.” Shendy mengernyit tak paham.

“Arra bingung mau mulai dari mana?” Shendy mangangguk mengerti. Dia menggenggam tangan Arra lembut.

“Ceritain aja semuanya. Shendy bakal dengerin.” Arra terdiam sejenak.

“ Jadi gini, tadi pas Arra keluar dari toilet sekolah sendirian Arra di berhentiin sama Reno, di koridor deket kelas tuh. Pas itu keadaannya sepi bangettt....” Arra mulai cerita dengan tangan dan tubuh yang ikut memperagakan.

Shendy mendengarkan dengan seksama, dengan tangan yang menopang satu dagu yang diletakakan di atas lutut.

“Reno bilang kaya gitu sama Arra?!” Arra mengangguk.

Shendy mengepalkan tangannya, matanya mengilat marah. Arra yang melihat hal itu menengguk seliv takut.

“Ehh Shendy mau kemana?”Arra mencengkal tangan Shendy, saat melihat cowok itu beranjak dari kasurnya.

Shendy menoleh. Menatap Arra dengan tatapan bingung dengan takut yang bersamaan.

“Reno gak bisa di diemin Ra. Dia udah kelewatan. Shendy gak bisa diem aja.” Arra ikut beranjak.

Arra menatap Shendy dengan tatapan lembut, membuat Shendy mengalihkan tatapannya kesamping. Rasanya sulit kalau harus menatap Arra dengan tatapan marah dan dibalas dengan tatapan selebut kapas milik Arra itu.

“Shendy...”

Arra memanggil dengan lembut, tak lupa dengan usapan yang tak kalah lembut yang cewek itu berikan di lengan atas Shendy yang masih berbalut seragam putih abu-abu. Membuat Shendy tak bisa untuk tidak menatap Arra lebih lama. Dengan pelan Shendy kembali menatap Arra. Arra tersenyum, Shendy memasang wajah datar.

“Arra tau Shendy marah. Arra tau Shendy kesel. Tapi Shendy harus tau kalo Arra udah ngasih pelajaran sama Reno saat itu juga.” Shendy mengangkat satu alisnya heran.

“Pas Reno minta Kiss, Arra dengan cepet nendang itu-nya Reno sampe Reno ngeringis kesakitan. Terus Arra kabur.” Arra kembali menceritakan akhir ceritanya.

“Itu-nya?” Shendy meragukan. Arra mengangguk kikuk.

“Tapi itu belum cukup Ra. Dia harus di kasih pelajaran yang lebih. Arra taukan secara gak langsung dia udah ngehina Arra. dan Shendy gak bisa biarin hal itu Ra!”

“Shend... Shendy....” Arra kembali menahan tangan Shendy.

“Tolong jangan cegah Shendy Ra. Biarin Shendy ngasih pelajaran buat tuh cowok.” Shendy melepaskan cekalan tangan Arra pada pergelangan tangannya.

Shendy mulai melangkah. Namun baru satu langkah, dari arah belakang Arra memeluknya erat. Membuat Shendy menghentikan langkahnya sepontan.

“Arra tau Shend. Tapi ini bukan waktu yang tepat! Dia belum ngelakuin hal yang kelewat batas. Dan itu masih bisa Arra maafin buat sekarang ini. Arra punya firasat. Shendy pasti bisa bales semua rasa sakit Arra. Tapi enggak sekarang. Arra mohon dengerin Arra.” Arra mengeratkan pelukannya pada Shendy.

Shendy menimang sejenak. Dia memang sangat marah, tapi yang paling tidak bisa dia lakukan adalah menolak permintaan Arra-nya. Shendy mengalah. Dia tidak akan memberi pelajaran pada Reno saat ini, sesuai keinginan Arra.

“Jadi Arra mau Shendy gimana?”

Arra mengangkat kepalanya. Memutar tubuh Shendy yang semula membelakanginya agar menghadap kearahnya.

“Tolong bersikap seolah Shendy gak tau semua ini.”

Shendy melotot tak habis pikir. Arra menampikan wajah memohon. Membuat Shendy menyerah dan menganggukan kepalanya terpaksa. Arra tersenyum, dengan cepat dia memeluk Shendy erat.

“Makasih. Shendy udah mau nurutin apa yang Arra bilang.”

Shendy mengangguk. Dan ikut memeluk Arra dengan erat. Dia percaya, Arra akan selalu baik-baik saja. Sekali pun Arra ada dalam bahaya, Shendy tak akan biarkan siapapun melakukannya dan tidak akan membiarkan-nya begitu saja.

-*-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!