Kami semua kaget dengan pernyataan Pak Broto. Saat itu juga seakan semuanya berputar makin lama makin kencang dan rumah ini berubah-ubah interior nya seakan dari masa ke masa sangat aneh dan horor sangat dingin dan seakan vertigo. Aku hanya bisa memejamkan mata berharap kembali ke masa sekarang bukan masa lalu. Tapi saat dirasa sudah tidak berputar lagi, aku membuka mata tapi aku berada di rumah itu entah tahun berapa, karna Santi sudah dewasa mengendong cucunya, dan baru ku sadari aku sendirian di rumah ini. Aku berteriak mencari teman-temanku tapi tak ada.
Mereka semua tidak bisa melihatku, aku melihat apa yang mereka lakukan, Batara dan Amini juga disini, mereka semua benar-benar disini tak ada yang pindah kerumah lain. Rumah ini seakan menjadi sempit karna banyak orang. Ketika aku naik keatas, kulihat ada pintu yang seharusnya itu adalah letak lemari perabot. Aku coba memasuki ruangan itu dan itu adalah ruangan melukis, ada lorong lagi, aku masuk dan ternyata ini menembus rumah bu Hartanti. Di Halaman belakang yang luas sampai area rumah bu Hartanti ternyata adalah kuburan keluarga.
Yang paling membuatku kaget, aku melihat Gendhis yang sedang bermain dengan anak kecil. Siapa anak kecil ini dan kenapa ada Gendhis. Bukankah Gendhis adalah anak kos nya bu Hartanti. Kenapa ada disini. Saking banyaknya penghuni rumah ini yang memang di huni turun temurun sampai berpulangpun dikubur disini. Ini membuatku merinding, tapi wujud mereka sangat normal seperti manusia.
Aku amati Gendhis yang mengendong anak kecil laki-laki, dan ada pria yang memanggil anak laki-laki itu ternyata anaknya dan Gendhis adalah Ibunya, namanya juga Gendhis. Dan ternyata anak laki-laki itu adalah Ayahnya Laras yang berarti suami dari Bu Hartanti. Jadi selama ini Gendhis adalah makhluk gaib. Hal ini membuatku pusing dan lemas ternyata rumah Pak Broto sangat lebar dan luas mungkin tanah yang dijual ke tetangga juga ada makam dari anak cucunya, bisa saja mereka marah memang karna tidak suka ada manusia selain keturunannya.
Kepalaku sangat pusing dan berasa demam membuatku berkeringat dingin lalu jatuh, aku merasakan jatuh seakan dari gedung yang sangat tinggi. Sampai akhirnya aku terbangun di bawah tangga, ada teman-teman disekitarku dan Toby yang memelukku sambil menangis ketakutan. Katanya mataku berubah menjadi putih dan jantungku tak berdetak normal, napasku ngosngosan seakan susah napas dan badanku panas dingin. Aku hanya lemas mendengar itu semua dan Bapakku datang lalu menbawaku ke rumah sakit, tapi aku tak melihat dimana Kris.
Di rumah sakit kata dokter aku harus dirawat karna trombositku turun dan wajib istirahat total.
"Nduk, istirahat total loh ya, gabole mikir apapun yang bikin stress". Kata Bapak.
"Iya.. disini baik-baik makan yang banyak. Biar saya saja yang jaga om, om sebaiknya istirahat dirumah saja". Kata Toby.
"Gapapa Om aja yang jaga, kamu pulang aja le. Setelah dengar semua ceritanya yang harusnya istirahat ya kamu le". Jawab Bapak.
Tapi Toby bersikeras menjagaku, akhirnya yang pulang Bapak. Toby menceritakan semuanya pelan-pelan kalau setelah kami makan hidangan itu Toby langsung terseret dengan situasi rumah yang berbeda bahkan wujudnya sangat menyeramkan. Pak Broto meminta kami agar kami pindah dari rumah itu, rumah itu milik Laras atau Sekar. Mereka memaksa dan mengancam dengan wujud yang menyeramkan. Sedangkan Ana pun juga diperlihatkan wujud itu bahkan Ana dibuat memakan mangga yang busuk dari pohon mangga itu. Jika ditarik kesimpulan, mereka salah paham dengan bu Hartanti yang notabene adalah menantu keluarga itu. Ini harus diluruskan karna sudah membuat kita sampai terlibat dikeluarga ini.
"temen-temen yang lain bagaimana?" Tanyaku kepada Toby.
"Mereka shock terlebih Roy dan Roy saat ini membuat doa bersama dikeluarganya agar dihindarkan dari malapetaka, dan meminta maaf jika membuat orang lain sakit hati". Jawab Toby.
"Kris kemana?". Kataku.
"Kris pulang kerumah Ana, karna Ibu Ana kan bisa menghilangkan energi jahat. Karna tubuh Kris yang tidak mampu menerima jadi dia tidur lama, dan belum sadar". Kata Toby sambil membuka Tab nya mengurus pekerjaan yang terhambat.
"By .. kita harus gimana By.. astaga". Kataku mengeluh karna bingung dengan keadaan aneh ini.
"Ambar sedang melobi Pak Darso karna lusa pak Darso pulang dari kampung, Ambar juga menghubungi Laras dan juga Sekar, karna Bu Hartanti tetap tutup mulut." Kata Toby menenangkanku sambil mengelap keringatku.
Tak lama aku tidur karna efek dari obat. Sampai akhirnya bangun teman-temanku sudah menjengukku kecuali Kris dan Ana. Kami semua berencana mengadakan pengajian di basecamp bersama para sesepuh dilingkungan itu. Ambar bilang kalau Sekar mengerti keadaan ini dan tau apa yang terjadi, dan menjelaskan kalau Gendhis adalah neneknya. Selama ini sebenarnya Gendhis menjaga kita, tapi karna Gendhis hanyalah menantu keluarga itu maka dia tak bisa berbuat banyak sama seperti Bu Hartanti yang hanya bisa diam. Yang bisa merubah dan berkomunikasi secara langsung adalah Laras sebagai anak pertama dari keturunan terakhir, ada anak dari Sekar yang masih dalam kandungan dan Sekar juga bercerai dan memilih tinggal jauh dari rumah itu karna suatu sebab.
Jadi intinya kami semua harus membujuk Laras agar berkomunikasi dengan keluarganya yang tak kasat mata, agar tak menganggu kami dan berkomunikasi secara jelas.
Hari dimana pengajian sudah tiba. Keluarga Roy semua hadir dan nampak tidak di senangi oleh Amini, karna nampak sekali hawanya sangat panas dan enggap. Ibu Ana juga datang dan Bapakku. Kris juga sudah sadar dan sudah kuat untuk menggikuti pengajian ini. Pak Darso memulainya dan banyak sekali warga sekitar yang ikut termasuk bu Hartanti yang turut hadir. Setelah pengajian rumah terasa seperti sediakala yang sejuk dan nyaman. Adora dan Niko nampak mengeong diteras depan entah apa yang dilihatnya lalu aku mangambil dan memberi mereka makan. Pak Darso mengambil sebuah jimat yang tertanam di bawah pohon, Ibunya Ana meminta maaf karna itu sebenarnya hanya agar anaknya baik-baik saja.
Lalu Pak Darso meminta Laras agar mau berkomunikasi dengan para sepuh rumah ini, menceritakan sebenar-benarnya karna mereka tidak terima rumah ini tidak ditempati keturunannya dan itu juga yang membuat keluarga Bu Hartanti jatuh miskin hingga menjual tanah sekitar, sampai-sampai anaknya tak berhasil dalam berumah tangga. Semua itu adalah kisah yang buruk yang membuat sesepuh murka menjadikan ini karma. Tapi Laras menolak, Laras tidak suka dengan peraturan tersebut, banyak sekali peraturan yang aneh menurutnya. Laras juga membuka bahwa tanah dari rumah ini adalah kuburan keluarganya, tak selayaknya tinggal di tanah kuburan. Laras marah sambil menatap keatas seakan Laras melihat keluarganya yang tak kasat mata itu.
Bu Hartanti menangis sampai tersedu-sedu. Meminta maaf karna Bu Hartanti sebenarnya tidak direstui oleh Kakeknya Laras sedangan Nenek Gendhis sangat menyukainya. Bu Hartanti juga meminta maaf tidak mendidik anak-anaknya dengan baik. Sampai-sampai Sekar bercerai padahal ia sedang hamil dan meminta maaf karna banyak aset keluarga yang dijual karna untuk pengobatan anak bu Hartanti dari suami pertama yang bernama Teguh yang saat ini koma dan di tinggal anak istrinya sendirian dirumah sakit yang tak kunjung sadar dan sembuh. Bu Hartanti mengakui cukup tahu diri dan malu tinggal di rumah ini berkecukupan sedangkan anak pertamanya tinggal miskin bahkan sakit.
Bu Hartanti dan Laras menangis sesengukan tak terhentikan. Kami baru tau kisah dibalik ini semua, dan menjadikan ini pelajaran agar tetap berhubungan dan terbuka terhadap keluarga agar tidak ada kesalahpahaman.
Suasana menjadi sendu dan juga tegang. Tanpa sadar aku meneteskan air mata dan tiba-tiba Ana kerasukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments