Hari meeting dengan client pun datang, client kami bercerita jika tadi mencari rumah ini tidak ketemu, sudah memutari kompleks beberapa kali juga tak ketemu, sampai akhirnya di antar oleh bapak-bapak penjaga kompleks. Mereka datang dengan lelah, entah mengapa mereka seperti kecapean terkuras tenaganya. Padahal jarak dari kantor mereka pun tak jauh.
Di hidangkannya dulu camilan serta teh dan kopi, ngobrol cantik diruang tamu. mereka menyukai wallpaper yang dipilih Roy, seperti menandakan kalau ini perusahaan desain. Aku dan Kris menyiapkan proyektor dan bahan-bahan yang akan dipresentasikan di ruang meeting. Semestinya kemarin tapi entah mengapa kelupaan.
Setelah siap kami semua meeting dengan damai, sangat rapi dan tertata. Lancar tanpa hambatan. Sampai akhirnya salah satu client kami merasa tidak enak badan, mual, memang beliau sedang hamil. Aku antar beliau ke kamar mandi, dan beliau meminta waktu mencari udara segar di halaman belakang, duduk dikursi santai melihat tukang-tukang yang sedang bekerja memperbaiki kolam ikan. Aku pun pamit untuk melanjutkan meeting.
"Bagaiamana pak, anda setuju dengan ide kami?". Kata Roy menanyakan.
"Iya kami setuju, sangat sesuai dengan yang kami mau". Jawab pak Dani menyetujui.
"Baik pak, mohon kerja samanya untuk kedepanya. Maka sekarang rapat saya akhiri". Ucap Roy mengakhiri rapat.
Keluar dari ruang meeting client kami mencari Bu Nila, dan ikut ke halaman belakang dan akhirnya mereka pamit untuk pulang. Bu Nila meminta dibungkuskan kue lapis legit tadi karna menurutnya sangat enak dan bayi dalam kandunganya katanya menginginkanya.
Teman-teman berkumpul dan membagi tugas tentang rapat tadi. Setelah itu aku ke belakang dan memantau pak tukang, sampai lusa pelepasan ikannya. Aku berencana pergi ke toko ikan dan toko bunga. Tapi aku tak punya waktu, mau beli online tapi takut. Akhirnya Kris mau membelinya katanya dia janjian belanja sama Gendhis. Aku list dan screenshots yang mana saja yang dibeli.
"Besok tukang wifi dateng ya, besok aku sama Roy ada gathering jadi gak ke kantor". Ucap Ana.
"Besok piketnya siapa ya? kalau gamau masak aku kirimin makan dari katering ibuku aja". Kata Ana menambahi.
"Piket ku na, kateringin aja dah. males aku ke dapur". Kata Ambar.
"Wow mana nih yang katanya hemat". Kataku bercandain Ambar.
"Males ah lagi puyeng nih otak, mantan dah mau nikah lagi, diundang lagi". Kata Ambar dengan wajah lesu dan malas.
"Wah galau ya kau na". Ucap Roy menimpali.
"Gak lah. bingungnya dateng sama siapa cobaaaaaaaa". Saut Ambar kesal.
Mereka berdua masih berdebat masalah mantan, sampai akhirnya ada Bu Hartanti mengetuk pintu.
"Nak, ini ibu sudah pulang dan membawakan oleh-oleh." Ucap Bu Hartanti sambil melihat ke sekeliling.
"Terima kasih ya bu". Ucap Ana.
"Loh nak, kok temboknya berubah? kan Ibu sudah larang untuk di cat". Kata Bu Hartanti kaget.
"Bukan di cat bu, ini kami tempel dengan wallpaper dinding, dilepaspun bisa kok". Ucap Ana menjawab.
"Tapikan Ibu sudah berpesan jangan di apa-apain nak". Jawab Bu Hartanti tertegun.
"Iya Bu maaf sebelumnya, jujur saja kami terutama saya merasa tidak nyaman dengan hawa rumah ini yang terasa kosong, makanya kami sedikit perbaiki". Kata Toby meyakinkan.
"Tapi pemilik rumah ini gak suka nak, duh gimana ya. Mending kalian lepas saja". Jawab Bu Hartanti bingung.
"Pemiliknya kan Ibu sendiri". Jawab Toby.
"Aduh, gatau sudah, gaikut-ikut. Aku pangilkan Laras dulu". Ucap Bu Hartanti sambil melangkah pergi dari rumah ini.
Kami semua bingung dengan maksud Bu Hartanti, kan yang punya rumah beliau, beliau juga gak mau menempati rumah ini. Kenapa beliau yang gelisah.
Laras datang dan masuk rumah, Laras adalah anak pertama Bu Hartanti, berumur sekitar 30 tahun dan belum menikah. Kata tetangga sekitar Laras anak yang aneh, tapi dia cukup normal dan cantik dengan rambut yang dikepang satu dan memakai bando mutiara putih. Suka memakai rok panjang dan kaos, tutur katanya juga lembut untuk dibilang aneh.
" Haii..". Ucap Laras menyapa.
" Haii.. Mbak..." Kata kami berbarengan.
"Ruang tamunya cantik, tak terasa usang dan kuno. aku menyukainya". Kata Laras dengan nada lembut dan pelan.
"Makasih mbak Laras". Seru Roy.
"Tapi ada baiknya, kalian izin dulu kepemilik rumah, kalau pemilik merestui kalian baru merombak". Kata Laras dengan suara lembutnya. Kami jadi bingung, ini lagi marah apa tidak.
"Maaf mbak Laras, kami tidak bermaksud demikian, kami hanya ingin merasa nyaman dan nampak seperti kantor yang cantik, karna tadi client kami kemari". Jawab Roy dengan nada yang lembut juga.
"Hmm.. boleh aku berkeliling rumah? ada yang ingin aku pastikan". Ucap Laras sambil berlalu.
Kami semua menunggu di ruang tamu, bertanya-tanya ada apa ini, kalau marah mending di maki saja marahin saja, kalau diam dan lembut begini membuat kami takut.
" Aku pamit pulang yaaa.." Muncul lah Laras sambil berjalan pergi.
" Mbak.. mbak gimana mbak". Seru Toby mengejar.
Dan entah apa yang dibicarakan Toby dan Laras, mereka nampak serius dan bersitegang. Cukup lama mereka mengobrol sampai Laras pulang.
" Gimana by" . Tanyaku penasaran.
" Mbak Laras suka kok sama penataan kita, apalagi kolam ikan diperbaiki". Jawab Toby.
" Tapi kenapa kalian serius kali ngobrolnya". Ucap Roy menambahi.
" Mbak Laras gasuka aja kalian ga nurut apa kata Ibunya. Ibunya jadi khawatir dan kalut, karna kan ini rumah peninggalan, Ibunya takut yang membangun rumah ini gak terima". Kata Toby.
" Lah kenapa parno gitu dah". Kata Roy bingung.
" Sudah-sudah namanya juga sudah tua. Gausa didebat lagi. Syukur aja ada Laras yang suka dan ngerti. Kalo gak bisa aja jadi malapetaka". Ucap Ana menengahi.
" Hah! malapetaka apa Na". Kataku kaget.
Ana dan Toby saling bertatapan seakan mereka mengerti dan bingung bagaimana menjelaskan kepada kami.
" Yaa malapetaka ga nurut sama yang punya rumah dan orangtua." Ucap Toby.
" Oh gitu..." Jawab Roy singkat.
Kami semua pulang kerumah masing-masing. Sebelum pulang mampir dulu ke bakso malang di pingir jalan masuk kompleks. Kami makan dengan lahap dan ngobrol sama bapak bakso katanya baksonya asli malang rek. Bakso malang memang enak, sulit di sini mendapatkan bakso enak. Pak bakso menanyakan kami kerja dimana, dan kami menjawab di rumah Bu Hartanti pemilik kos. Beliau mengenal Bu Hartanti karna sering sekali Laras membeli baksonya. Laras kan bekerja di kontraktor milik pakdenya dan Laras yang meneruskan karna anak-anak dari pakdenya ikut suaminya semua, tidak ada yang mau meneruskan pekerjaanya.
Kami semua kaget, ternyata Laras sangat keren, tapi dia cuma nampak kusam dan di rumah saja.
Seketika Laras datang membeli bakso malang. Sambil menyapa dan katanya kami semua di traktir. Kalau mau makan siang dan malas keluar cukup WhatsApp pak bakso saja, makanya Ambar meminta nomer pak bakso. Kami pun pamit pulang dan berterima kasih.
Ketika hendak tidur, Kris menelfon.
" Caaa.. Kunci basecamp ada di siapa?". Tanya Kris.
" Hoammm.. Ada di Ambar. Kenapa?". Jawabku sambil menguap ngantuk.
" Kunci rumah ku ketinggalan nih, aduh gimana yaa". Kata Kris kebingungan.
" Sekarang kamu dimana?".
" Aku didepan basecamp nih, habis nganter Gendhis".
" Kamu kerumah ku aja sini". Kataku mengajak.
Sampailah Kris kerumahku, katanya capek, kakinya berat setelah berkeliling pasar dan semua pesananku sudah di beli besok diantar ke basecamp. Katanya basecamp saat malam dari luar sangat dingin dan seram. Apalagi ditinggal Gendhis masuk kos dulu karna udah jam malam. Rasanya bau aroma melati menyengat, dan seperti ada batu-batu taman di lempar seperti di mainkan.
Kris rasanya merinding banget, telfon akupun rasanya dah ketakutan sebenernya. Tiba-tiba motornya susah dihidupkan. Kris menuntun motornya sembari mencari tolong orang di sekitar sana. Jalanan cukup remang-remang, ada orang tua sedang jalan dengan anjingnya katanya ketika disamperi malah seperti menjauh hilang sampai yang muncul Pak Widyo yang sedang berkeliling dan dibantu Pak Widyo. Ketika itu katanya Kris ingin bertanya tapi seperti di halangi oleh Pak Widyo yang meminta Kris segera pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments