NIF 10

..."Perihal berubah tidak semudah itu, Mas. Kamu mana bisa tahu karena orang sepertimu itu sudah terlahir sempurna. Wajah yang tampan, bisa segala hal, punya banyak kenalan dan aku. Aku tidak lebih dari orang yang terlahir goblok, jelek, berjerawat, intinya aku itu seperti kekurangan kamu."...

...****************...

..."Laras Ayudia"...

"Mas, aku mau pulang sekarang." Laras bangkit dengan raut wajah yang langsung berubah dari bahagia, menjadi sedikit kesal. Sorot matanya pun saat ini tengah memancarkan ketidaksukaan kepada sosok wanita, yang baru saja bicara menjelekkannya.

"Makanannya?" Guntur ikut bangkit dan dia langsung bergerak menghadang istrinya yang mulai mengayunkan langkah pincangnya, untuk pergi.

"Aku udah enggak laper lagi, Mas." jawab Laras yang sudah tidak peduli dengan sisa burgernya yang dia tinggal di atas meja.

"Baiklah, tapi tunggu ak-"

"Astaga, Satria!" Wanita yang tadi bicara jelek tetang Laras itu, langsung menjerit saat dia menyadari kalau sosok laki-laki itu adalah Satria Guntur Prasetyo.

"Eh, bener, bener. Kita minta foto-"

"Pergi kalian dari sini!" Sentak Guntur, membuat tiga wanita yang menjadi penyebab berubahnya mood sang istri itu langsung diam tak bergeming.

Seketika suasana di McD langsung berubah senyap. Tidak ada yang berani bicara dan mereka semua hanya menampilkan mimik wajah yang dipenuhi rasa kaget.

"Kenapa kami harus pergi? Emang ini tempatmu, enggak, 'kan? Ini lagi, seharusnya yang pergi itu lu jelek. Dari dulu sampai sekarang lu emang enggak ada berubahnya. Kalau orang buluk, jelek, terus jerawatan kek lu itu sadar diri dong."

"Aku akan tunggu di mobil, Mas." Laras tidak tahan berada di sini. Entah kenapa cara bicara Mia tidak pernah berubah. Padahal, sudah tiga tahun berlalu setelah jenjang perkuliahan mereka usai, tapi wanita itu seperti masih sangat-sangat membenci dirinya.

Nama wanita bermulut lemes itu Mia. Dia teman seangkatan Laras waktu perkelahian dulu dan bahkan dia satu jurusan dengan wanita itu. Awal semester, Laras dan Mia tidak saling mengenal. Malahan Mia sendiri pun tidak tahu kalau Laras adalah teman jurusannya. Namun, semua berbuah saat masuk Semester dua. Entah apa yang Laras lakukan, tiba-tiba saja Mia dan dua kawannya itu mulai mengganggu dan bahkan membuat kehidupan perkuliahan Laras tidak tenang.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi bareng-bareng. Kamu temenin aku bayar dulu, yok." Guntur meriah jemari tangan istrinya, lalu menuntun wanita itu untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Mia yang melihat tingkah Guntur dan Laras yang tidak menganggap dirinya ada, entah kenapa membuat rasa kesal sedikit muncul. Namun, biar begitu dia tetap menyingkir untuk memberikan dua orang itu jalan.

"Sis, kakinya." Mia memberikan isyarat kepada temannya yang menyingkir ke sebelah kanan.

Sementara Sisca, wanita itu sedikit bingung. Namun, saat dia melihat Mia menggerakkan kakinya dia langsung menggunakan kepala dan bergerak mengulurkan kaki, untuk menyepak kaki kanan Laras yang pincang.

Laras yang mendapati ada yang sengaja menyepak kakinya, tentu langsung tersungkur jatuh. Namun, beruntunglah tangannya dipegang oleh Guntur, membuat dia benar-benar tidak terjatuh.

Laras menjerit kesakitan saat rasa ngilu dari kaki kanannya yang pincang, menjealar ke sekujur tubuhnya. Saking sakitnya, wanita itu sampai-sampai mengeluarkan air mata.

Semua orang nampak kaget, tapi tidak untuk tiga wanita yang menjadi pengacau malam indah Guntur dengan sang istri. Mereka malah terkekeh dengan mimik wajah yang sedikit kesal. Bahkan mereka juga berdiri dengan gaya yang begitu sangat sombong sembari kedua matanya sedikit melihat ke bawah, tepat di mana Laras masih tersungkur.

"Kau, apa yang kau lakukan, Sial-"

"Mau apa? Hey, inget yah. Lu itu public figur, bertingkah sedikit siap-siap nama baik lu bakalan terancam." Guntur yang tadinya hendak melabrak Sisca, malah langsung diam dan menoleh ke arah Mia.

"Kenapa? Jangan karena lu orang yang terkenal, terus lu bisa seenaknya. Hey, demver saja yah. Istri lu jatuh itu karena dia sendiri yang enggak bisa jalan. Punya kaki kok pincang, kasihan bener sih."

Semua orang yang ada di McD itu tertawa. Sungguh, mereka semua yang ada di sana sangat bahagia mendemgar kata-kata wanita itu yang sudah mewakili kekesalan hati mereka, karena mendapati fakta kalau Guntur sudah menikah dan yang lebih menyebalkannya lagi, wanita yang dia nikahi kenapa sangat jelek.

"Jadi, gara-gara si buluk itu lu di tolak sama Guntur dulu, Mi?" Malika tersenyum sinis sembari melihat ke arah Laras dengan sorot mata yang kelihatan sangat jijik.

"Bener. sumpah dendam banget gue. Lihat apa menariknya coba tuh si buluk. Udah jerawatan, ada bekas luka bakar, pincang pula. Harga diri hue serasa jatuh banget pas ditolak gara-haraynih cewek. Apa lagi dia sampe bisa jadi istrinya, Satria. Sumpah enggak bis ague maafin banget." Mia mengeluarkan kekesalannya dengan terus menunjuk Laras yang masih terduduk jatuh dengan kepala yang menunduk dan wajahnya yang dibekap oleh kedua tangan.

Dia malu, tapi itu bukan alasan kenapa dia menangis. Laras menangis karena sudah membuat nama baik Guntur tercoreng. Dia benci dengan kondisinya saat ini, dia benci dengan luka bakar di sisi ekor mata kirinya, dia benci dengan wajahnya yang dipenuhi oleh jerawat, dan dia benci kakinya yang pincang. Intinya, Laras benci hidupnya.

Sementara untuk Guntur. Laki-laki itu mengepalkan tangan, "Emang kau mengira kau cantik?"

"Mas, sudah. Aku mau pulang saja!" Dalam isak tangisnya, Laras berucap, membuat suara yang dia keluarkan terdengar sangat pilu.

Guntur yang mendengar itu semakin dibuat marah. Senadianya orang yang ada di depannya ini laki-laki, mungkin dia sudah memukulinya. Persetan dengan image, dia tidak peduli.

"Tentu saja. Semua orang yang ada di sini tahu pasti kalau siapa yang cantik siapa yang enggak."

"Tapi bagi aku, kau tidak lebih dari sampah. Bagiku istriku jauh lebih cantik dari pada wajahmu itu." Guntur berucap dengan nada bicara yang tegas.

Setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik, kemudian sedikit membungkuk untuk mengangkat tubuh, sang istri. Laki-laki itu pergi dengan rasa kesal yang tidak tersalurkan. Sementara Mia, wanita itu menyeringai.

"Laras! Sabtu nanti ada acara reuni dengan teman-teman jurusan. Sepertinya mereka akan mengundangmu, jika mereka tahu kau adalah istrinya Satria. Jadi, datanglah temanku!"

***

"Yakin kakinya baik-baik saja? Enggak ngilu banget? atau besok pagi kita periksa ke dokter saja yah?"

"Enggak apa-apa, Mas. Ini kalau diistirahatkan sehari, udah sehat lagi. Lagian kamu besok harus pergi ke puncak lagi, 'kan?" Laras yang sudah tidak menangis lagi, berucap dengan nada bicara senormal mungkin.

"Aku bisa tinggalkan kerjaanku jika itu menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, besok kita ke dokter yah?"

"Aku bilang enggak usah. Nanti aku istirahat saja di rumah mama." Laras menolak kembali dan Guntur yang mendengar itu mau tidak mau mengalah.

Keheningan kembali tercipta di antara mereka. Saat ini tidak ada yang bicara. Laras yang akan cerewet jika bersama sang suami pun, tiba-tiba menjadi pendiam. Sama halnya dengan Guntur. Laki-laki itu pun tidak bicara dan memilih membiarkan alunan lagu Fiersa Besari yang keluar dari tape mobil, memecah keheningan yang terjadi di antara mereka berdua.

Cukup lama mobil melaju, saat ini kendaraan roda empat itu sudah berhenti di pekarangan rumah keluarga Prasetyo, "Sudah sampai, kamu tunggu sebentar."

Seperti biasa, Guntur selalu mengatakan hal itu disaat dia hendak keluar dari dalam mobil. Sepanjang hubungan pernikahan mereka, laki-laki itu tidak pernah absen untuk mengatakan kata-kata tersebut.

"Maafkan aku, Mas." Guntur tiba-tiba berhenti. Dia yang tadinya hendak keluar, malah kembali duduk dan langsung menoleh untuk melihat Laras yang membuang pandangannya keluar.

Biarpun wanita itu tidak melihat ke arah Guntur, tapi Guntur tahu kalau Laras sekarang sedang menangis. Hal itu terbukti dari nada bicaranya yang kedengaran sangat getir.

"Lagi-lagi aku buat kamu malu. Maaf, karena aku tidak pernah bisa menjadi seorang istri yang dapat kamu banggakan," imbuh Laras semakin lirih.

Gubtir yang mendengar itu menghela napas, "Sayang, apa kamu enggak pernah merasa lelah untuk merendahkan dirimu sendiri?"

Laras geming. Dia jika sudah mendengar nad abicsra Guntur seperti ini, tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata selain suara tangisannya yang lirih. Bagaimaan yah, padahal menurut wanita itu, dia tidak pernah merasa menjelekkan diri karena memang dia jelek. Wanita dengan jerawat, dengan luka bakar, dan kaki yang pincang. Apa itu bisa dikatakan sempurna?

"Apa salahnya kamu jerawatan, apa salahnya kamu punya luka bakar, apa salahnya kamu pincang? Jika kamu tidak nyaman dengan kondisimu saat ini, berubah, Laras."

Laras semakin menangis, "Berubah tidak segampang seperti pengucapannya, Mas. Kamu mana bisa tahu rasanya betapa sulitnya untuk berubah, karena kamu itu sempurna. Kamu tahu, aku itu selalu berpikir seperti ini. Kenapa kamu yang sempurna menikahi wanita jelek sepertiku, culun, jerawatan, cacat. Bahkan aku tidak percaya kalau setiap hari bersamamu itu adalah nyata." ucapnya dengan kepala yang menoleh, melihat Guntur dengan tatapan mata yang sangat-sangat miris.

Sekarang giliran Guntur yang geming. Laki-laki itu diam, tapi sesaat setelahnya. Dia menghela napas, "Apa aku menuntutmu untuk sempurna? Tidak, 'kan? Lagian di dunia ini enggak ada orang yang sempurna, Laras."

"Ada. Bagi aku yang seperti ini, Mas dan orang-orang yang ada di luaran sana itu sangat sempurna menurutku. Punya wajah yang rupawan, fisik yang tidak cacat, bagiku yang buluk ini adalah kesempurnaan."

Guntur kembali dibuat diam. Dia lagi-lagi menghela napas cukup panjang, lalu merebahkan punggungnya di sasaran kursi. Guntur memejamkan mata, merasa lelah dengan semuanya.

"Mas, kamu capek enggak punya istri kayak aku?" tanya Laras, membuat Guntur merebahkan kepalanya ke samping kiri, lalu menatap lekat wajah istrinya.

#Bersambung

...Kita pelan-pelan saja yah mengungkap segala permasalahan yang ada di sini. Aku juga mau memberitahukan kalau di cerita ini tidak akan ada yang namanya pelakor atau apalah....

...Jadi, enjoy dan jangan terlalu banyak menerka. Menebak boleh saja, karena itu buat aku semangat ngetik....

Terpopuler

Comments

Isnia Tun

Isnia Tun

Laras hayu semangat dan berjuang untuk berubah...si Mia mulut nya harus di kasih cabe setan 1 kg nieh pedas bgttttt,semoga dapat karma ketabrak biar kaki nya pincang

2022-08-07

2

Misda Cabina Aco

Misda Cabina Aco

kenapa di kasih bawang sgala sih thor,,nangis kan jadi nya aku😢😢untuk mia tunggu pembalasan laras😠😠

2022-08-06

1

gaby

gaby

Mau secantik atau setampan apapun, kalo dah tua tetep kriput jg. Dan kalo dah masuk tanah tetep jd tulang jg. Jgn minder Laras, kalo di katain jelek lg, kamu tinggal jawab " Biar jelek tp goyangan gw paling Yahuud " 😅😅

2022-08-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!