..."Aku tidak melarangmu untuk ingat masa lalu, tidak pernah sama sekali."...
"kamu kenapa, Mas?"
"Aku kenapa? pertanyaan itu seharunya untuk kamu, Laras, kamu! Kamu kenapa bertukar pesan dengan laki-laki lain, hah?"
Laras menghela napas dan dengan cepat mengusir butiran air matanya yang sedang mengalir di pipi. Padahal baru saja dia bangun, belum makan, dan belum membersihkan diri, tapi lihatlah. Pagi harinya langsung dibuat kacau oleh sebuah pesan singkat yang berisi janjian ketemu.
Laras menopang kepalanya, membuat rambut hitamnya masuk ke celah-celah jari. Saat ini dia sudah mengenakan pakaian santai, tapi wanita itu masih tidak ada niatan untuk beranjak keluar dari dalam kamar.
Padahal dia ingin makan, tapi mengingat kalau suaminya ada di luar kamar membuat dia urung untuk beranjak pergi.
"Kamu nuduh aku selingkuh, kah? Dia orang asing, Mas. Nomernya pun enggak aku save, tapi kamu-"
"Aku tidak mengatakan itu, Laras, tidak pernah sama sekali!"
"Berhenti meninggikan suaramu. Aku enggak suka dibentak tanpa ada alasan jelas sepeti itu."
Laras membanting tubuhnya untuk kembali tidur, lalu merubah posisinya menjadi miring memunggungi pintu. Bertepatan dengan itu, Guntur masuk dengan langkah yang begitu pelan karena dia menggunakan satu kakinya, untuk mendorong lawang.
Sesaat laki-laki itu berdiri diam. Saat ini kedua tangannya tengah mengangkat nampan yang berisikan sebuah kue cokelat dan sebuah bunga Flamboyan yang sudah diletakkan di dalam vas.
Guntur melangkah masuk, satu kakinya kembali mendorong pintu hingga tertutup rapat. Sementara di ranjang, Laras masih pura-pura tidur, tapi saat ini air matanya semakin deras keluar. Terlebih lagi, dia juga mulai menciumi bau mint yang begitu kuat datang mendekatinya.
"Sayang ...." Guntur meletakkan nampan yang dia bawa ke atas meja kecil yang ada di tengah-tengah sofa kamar mereka.
Laras semakin terisak. Dia bahkan sampai menggigit guling agar suara tangisannya tidak pecah. Di sisi Guntur, laki-laki itu menghela napas. Dia mulai mengayunkan langkah untuk mendekati sang istri.
Guntur bergerak duduk di sebelah istrinya. Laki-laki itu langsung menunduk dan kedua matanya, tentu saja mendapati butiran-butiran air mata yang tengah mengalir di pipi Laras.
Lagi-lagi, dia membuat istrinya menangis. Selama dua tahun, Guntur lebih sering membuat Laras menangis dari pada tertawa. Sebenarnya bukan salah Guntue sih, tapi Laras menangis karena diri dia sendiri.
Setiap kali dia melihat Guntur syuting atau mengobrol dengan seorang wanita. Laras selalu akan menangis. Bukan karena dia cemburu, tapi lebih ke minder.
"Laras ... makan yok. Aku bawain kue kesukaanmu, ada bunga-"
Laras bangkit dari tidurnya dan tanpa diduga, wanita itu langsung memeluk Guntur, "Maaf," ujarnya dengan nada bicara yang sangat-sangat lirih. Guntur membulatkan mata terkejut, "Sumpah demi apa pun, aku belum melakukannya. Aku tidak menemuinya karena-"
"Tidak, di sini aku yang salah. Maaf karena aku lagi-lagi buat kamu nangis. Mungkin kamu sudah lelah denger, tapi hanya itu yang bisa aku katakan." Guntur menyela, membuat Laras bungkam dan memilih menumpahkan tangisannya.
"Iya, ini memang salahmu dan aku juga salah karena terlalu mudah percaya dengan orang itu. Aku yakin dia pasti cuma membahongiku, tapi aku juga berharap orang itu benar-benar tahu siapa pelaku kecelakaan sembilan tahun lalu. Apa aku salah ingin tahu hal itu?"
Guntur menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku tidak pernah melarangmu untuk mengingat masa lalu, Sayang. Malahan, aku itu senang saat kamu menceritakan tentang almarhum papa dan mama, tapi aku tidak mengizinkan kamu untuk mencari tahu tentang kecelakaan itu."
Laras menjauhkan kepalanya yang bersandar di dada bidang sang suami. Wanita itu mendongak dengan sorot mata penuh tanda tanya, "Kenapa begitu?" tanyanya dengan nada yang menuntut jawaban.
"Karena aku tidak ingin melihatmu terpuruk dan mengingat hal kelam itu lagi. Tidak akan pernah. Aku sayang sama kamu dan aku paling benci jika melihatmu terpuruk seperti saat di rumah sakit waktu itu."
Laras lagi-lagi terkejut saat mendengar penuturan suaminya yang begitu sangat tahu akan segalanya. Dulu dia memang terpuruk saat mendapati kedua orang tuanya tidak selamat, saat dia terbangun dari koma, lalu mendapati salah satu kakinya yang cacat, dan yang lebih membuat dia tidak ingin hidup lagi adalah luka bakar di ekor mata kirinya.
"Sayang, begini. Seseorang dulu pernah mengatakan hal ini kepadaku, Masa lalu itu adalah kisah lampu yang tidak seharusnya kita ingat kembali, apa lagi itu adalah kenangan yang menyakitkan." Guntur kembali berucap, tanpa mengetahui kalau saat ini Laras tengah melayangkan tatapan mata yang di penuhi tanda tanya.
"Kenapa Mas bisa tahu tentang keterpurukanku? Padahal, tidak ada yang tahu selain aku sendiri dan dokter yang waktu itu merawatku." Tiba-tiba saja Laras memberikan pertanyaan dan Guntur yang mendengar itu, langsung dibuat bungkam. Malahan laki-laki itu saat ini kelihatan seperti orang bingung dan tidak tahu harus menjawab apa.
"Sebenarnya, kapan pastinya Mas itu mengenalku? Jika Mas sampai tahu tentang keterpurukanku, berarti sebelum SMA, Mas sudah tahu aku?" imbuh Laras semakin membuat, Guntur mati kutu.
#Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
😎duw_duw😎
bikin makin penasaran aja ni
2022-08-11
2
Misda Cabina Aco
lama2 aku bisa mati penasaran ini thor😂😂😂
2022-08-11
1
Isnia Tun
di tunggu thor udah penasaran😁
2022-08-11
1