..."Aku tidak perlu hadiah lagi, karena kamu adalah hadiah terindah yang sudah aku dapatkan."...
...****************...
..."Laras Ayudia"...
"Mas, basah ih!"
Laras mendorong tubuh suaminya saat dia menyadari kalau pakaian yang menempel di tubuh laki-laki itu, sedang dalam keadaan kuyup.
"Eh, Mas abis nangis yah?" Laras menunjuk ke arah sang suami dengan sorot mata penuh curiga dan jagan lupakan mimik wajahnya yang juga kelihatan sedikit kaget.
Guntur terkekeh. Dia menggelengkan kepalanya, lalu kembali bergerak untuk memeluk sang istri. Bedanya, laki-laki itu sekarang memposisikan diri di belakang punggung Laras dan otomatis kedua tangannya melingkar di perut sang istri.
Perasaan kalut yang tadi menggerogoti hatinya, entah sejak kapan sudah hilang dan malah digantikan oleh rasa bahagia. Mungkin, Guntur saat ini mengira kalau dirinya orang paling bahagia di dunia ini.
"Kamu kalau ada di rumah kenapa enggak nyalain lampu? Terus pintu gerbang kenapa di gembok? Mau ngerjain aku yah? Nakal banget."
Guntur gemes dan dia bergerak menundukkan kepalanya, lalu menggigit pundak kanan sang istri. Tidak keras, cuma gigitan biasa yang membuat Laras geli dan menepuk pipinya.
"Mas, sakit."
Guntur menghentikan tingkahnya dan memilih untuk menopang dagunya di pundak kanan, Laras. Senyum di wajah laki-laki itu kelihatan tidak bisa memudar, seolah dia tidak ingin lagi membiarkan ekspresi khawatir terlihat di sana.
"Mas, kamu itu belum jawab pertanyaanku yang tadi loh." Laras berucap dengan wajah yang merona. Di depan mereka sekarang sudah ada berbagai macam makanan dan kue-kue kesukaan Guntur, yang sudah tertata di atas meja makan yang juga telah dihias secantik mungkin.
Guntur tersenyum sembari bergerak untuk memperkuat pelukannya, "Enggak ada yang nangis. Emang kamu pernah lihat aku nangis?"
Laras semakin merona. Entah karena apa, tapi malam ini dia begitu berbunga-bunga. Wanita itu bergerak meletakkan kedua tangannya di atas punggung tangan Guntur, yang sedang memeluk pinggangnya.
Laras menjatuhkan punggungnya untuk berdasar di tubuh bagian depan suaminya. Malahan sekarang dialah yang menyandarkan kepalanya, tanpa peduli baju yang melekat ditubuhnya itu akan ketularan basah.
"Pernah," jawab wanita itu dengan manik mata yang menatap lekat-lekat wajah suaminya yang saat ini basah. Niatnya yang tadi ingin mengejutkan, malah dia sendiri yang dikejutkan oleh pelukan sang suami.
"Kapan?" tanya kembali Guntur. Laki-laki itu langsung menjatuhkan bibirnya untuk mencium kening sang istri. dengan waktu yang sangat lama.
"Itu loh pas aku per-"
"Maafkan aku karena tidak bisa menjadi suami yang baik. Aku berjanji di tahun yang akan datang ini, aku akan menjadi jauh lebih baik. Terima kasih karena kamu masih berada di sini. Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu hingga akan mati jika kehilanganmu."
Guntur menitikkan air mata. Lagi, entah kenapa saat dia melihat dan mengingat rumahnya yang sepi tadi, membuat membayangkan suatu hal yang tidak ingin dia bayangkan.
Sementara Laras sendiri. Wanita itu langsung dibuat bungkam. Apa lagi saat ini dia merasakan ada cairan hangat yang mengalir di pipinya, "Apa ada yang salah lagi?" tanya Laras dan Guntur menggelengkan kepalanya.
"Enggak ada." Nada bicara laki-laki itu mulai serak, "hanya saja tadi aku takut kamu pergi," imbuhnya dan laki-laki itu masih menciumi kening Laras. Bahkan air matanya semakin meluruh, membuat sang istri mau tidak mau menempelkan satu telapak tangannya di pipi bagian kanan.
"Aku enggak akan pergi."
"Bohong," ujar Guntur membantah perkataan Laras.
Laras yang mendengar itu tersenyum. Dia mulai melakukan pergerakan dan membuat ciuman Guntur terlepas. Wanita itu terus bergerak hingga saat ini posisi berdirinya sudah menghadap, Guntur.
"Apa segitu takutnya kamu kehilangan orang sejelek aku?" tanya Laras yang tidak lupa merendahkan diri sendiri.
"Bagi aku kamu cantik."
"Kalau begitu aku tidak akan pernah pergi darimu. Lagian, siapa coba yang mau berpaling dari orang setampan, Mas? Hanya orang bodoh yang akan melakukan itu." Laras berucap dengan nada bicara yang kedengarannya sangat bahagia.
"Apa jaminan kalau kamu memang tidak akan berpaling dariku?" Entah kenapa Guntur masih saja nerasa takut, kalau Laras akan berpaling dari dirinya, "aku tid-"
Guntur bungkam saat Laras tiba-tiba menempelkan bibirnya di atas bibir, Guntur. Sesaat hawa dingin di ruangan itu lenyap, sesaat suara-suara yang ada di sana pun hilang dan yang terdengar adalah suara pergerakan bibir Guntur, yang mulai melakukan aksinya.
Laras saat ini hanya bisa memejamkan mata. Tadi dia yang memulai, tapi dia menyerahkan kendalinya kepada sang suami, "Aku terima jaminan ini."
Guntur kembali menempelkan bibirnya di atas bibir Laras yang diam, tak melakukan sedikit pun pergerakan. Niat hati dia akan mengajak sang suami makan malam, malah berubah dan semua itu bermula dari Guntur yang tiba-tiba menggendong sang istri, lalu membawanya masuk ke dalam kamar meninggalkan makanan hangat yang mungkin akan dingin esok pagi, tanpa bisa dicicipi lebih dulu.
Di luar rinai yang tadinya gerimis, kembali menjelma menjadi hujan yang lebat. Sungguh malam yang indah.
***
Laras meringis dan wanita itu mulai mengerjap-ngerjapkan matanya, saat dia mendapati ada angin berembus di depan wajahnya. Dari aroma mint yang menerobos masuk ke rongga hidungnya, Laras tahu betul kalau angin ini tercipta dari tiupan jahil sang suami.
"Selamat pagi."
Benar saja. Setelah dia membuka matanya, sosok tampan Guntur adalah objek pertama yang dia lihat, "Selamat pagi," jawab Laras dengan mata merem melek.
"Bangun!" titah Guntur yang tadinya jongkok, mulai memposisikan diri untuk duduk di sisi ranjang.
Laras menggelengkan kepalanya. Wanita itu bergerak memeluk pinggang sang suami, walau dia tidak bisa memeluk sepenuhnya, "Capek, Mas. Aku masih ngantuk," rengeknya sembari mengangkat kepala, lalu menjatuhkannya kembali ke atas pangkuan Guntur.
Guntur terkekeh. Laki-laki itu bergerak mengelus rambut hitam istrinya, "Udah pagi loh. Malahan mau siang."
"Emang jam berapa?" tanya Laras yang saat ini menempelkan wajahnya di pinggang Guntur, yang tidak tertutup apa pun.
Bia dibilang kalau laki-laki itu sekarang sedang bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek. Sedangkan Laras, wanita itu pun sekarang sedang tidur dengan hanya menggunakan dalaman saja. Berjuang ada selimut yang menutupi tubuhnya.
"Jam delap- akhh! Sakit, Sayang." Guntur menjerit kecil saat gigi-gigi Laras tertancap di kulit pinggangnya.
"Masih pagi banget." Laras berucap sembari bergerak bangkit. Tentu saja dia tidak lupa menutup tubuhnya dengan mempertahankan selimut yang semalaman melindungi dirinya dari serangan dingin.
"Bangun, mentang-mentang suaminya-"
Perkataan Guntur terhenti saat dia mendapati ada nada dering pesan masuk ke ponsel istrinya. Laras yang mendapati hal itu, langsung meriah ponsel miliknya dan bergerak membuka pesan yang dia tebak dari nomer asing itu. Benar saja. Padahal baru kelihatan bubblenya, Tapi isi pesan itu sudah bisa dibaca oleh, Laras.
"Siapa?" tanya Guntur dan Laras dengan raut yang sangat bahagia, langsung memperlihatkan room chat dirinya dengan nomer asing itu.
"Dia tahu pelaku kecelakaan yang aku alami sembilan tahun lalu, Mas," ucap Laras girang dan itu sangat berbanding terbalik dengan raut wajah Guntur.
"Jangan percaya. Dia pasti menipumu." Guntur merampas ponsel, Laras, lalu membantingnya kasar ke lantai, "dia tidak baik. Jagan pernah kau bertukar pesan dengan orang yang tidak dikenal seperti itu, Laras!"
Guntur berteriak, membuat Laras yang tadinya melongo bingung, langsung tersentak kaget.
#****Bersambung****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Misda Cabina Aco
nah kan thor...jangan2 emang guntur pelakunya 🤔🤔
2022-08-10
2
Isnia Tun
Jangan² yg menabrak Laras dan klrga nya Guntur yg waktu itu masih SMP...membuat Laras pincang makanya Guntur menerima Laras apa ada nya,bahkan sangat mencintai Laras
2022-08-10
1
R.SHESILIA
thor tolong dong laras nya di bikin cantik
2022-08-10
2