NIF 17

..."Malam ini aku hanya ingin memelukmu. Sudah, itu saja."...

...****************...

..."Satria Guntur Prasetyo"...

"Nomer yang Anda tuju sedang tidak aktif. Jadi, cobalah beberapa saat lagi."

Guntur memutus sambungan teleponnya saat dia lagi-lagi mendengar suara operator. Saat ini, laki-laki itu kembali mengendari mobilnya. Entah tujuannya ke mana, tapi yang jelas dia ingin mencari istrinya.

Kotak berukuran sedang, sebuket bunga Flamboyan, dan dua tiket pesawat masih tersimpan sangat rapi di belakang. Laki-laki itu belum menyentuhnya sama sekali.

Hujan di luar mobil masih turun lumayan deras, membuat keadaan jalan disekitaran Senopati lumayan sepi, "Kamu kemana sih, Laras."

Laki-laki itu mengetuk-ngetuk stir mobilnya dengan jari telunjuk. Bahkan saat ini dia juga sedang menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri dengan harapan, kedua obsidiannya mendapati sosok Laras berjalan pelan di trotoar dengan payung menjadi pelindung.

Namun, harapan tinggal harapan. Sejauh mata Guntur memandang, laki-laki itu sama sekali tidak mendapati satu orang pun. Lagian, gila saja jika memang ada orang yang sedang berjalan di tengah guyuran hujan sederas ini.

"Jangan bilang dia ke Bandung." Guntur dengan cepat meraih ponselnya kembali, mengetuk-ngetuk layar dan setelah selesai, dia langsung menempelkan benda pipih itu di depan telinga.

Di dering pertama, Guntur masih diminta untuk menunggu lantaran orang yang saat ini dia ajak melakukan panggilan suara, belum mengangkat. Namun, di dering kedua, laki-laki itu langsung melebarkan seutas senyum penuh harapan.

"Halo, Selamat Malam. Ini deng-"

"Katakan, apa ada penumpang yang bernama Laras Ayudia memesan tiket dengan tujuan ke Bandung?" Guntur langsung bertanya ke intinya, membuat petugas stasiun kereta yang tadinya bicara seperti biasa langsung diam.

"Aku bertanya, apa ada penumpang bernama Laras Ayudia memesan tiket tujuan Bandung. pemberangkatan malam ini," ulang laki-laki itu dengan sedikit menaikkan intonasinya.

"Mohon maaf sebelumnya, Tuan. Kalau saya boleh tahu, ini dengan siapa?"

"Satria Guntur Prasetyo. Puas? Sekarang katakan!"

"Mohon maaf Tu ... Tuan Satria. Sepertinya, orang dengan nama yang Anda maksud tidak terdaftar di pemberangkatan mana pun."

Guntur langsung mematikan ponselnya. Laki-laki itu menginjak pedal rem dengan mendadak, membuat suara decitan ban mobil dan trotoar menggema ditengah derasnya hujan.

"Sialan!" Guntur memukul stir motornya, lalu setelah itu dia bergerak menempelkan keningnya di kemudi mobil tersebut, "Sayang, kamu di mana?" gumamnya dengan nada yang tiba-tiba lirih dan sebutir air hangat akhirnya mengalir keluar dari pelupuk matanya.

Guntur menangis karena merasa takut. Entah kenapa, malam ini dia merasa kalau kejadian ini sangat persis dengan perkara Laras yang kabur dari rumah, saat usia pernikahan mereka baru berjalan enam bulan.

***

Pada akhirnya, Guntur memilih kembali pulang. Namun, sebelum pulang, tadi dia sempatkan diri ke kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan. Akan tetapi, pihak yang berwajib tidak bisa menerima laporan itu lantaran Laras belum hilang selama 24 jam.

Guntur keluar dari dalam mobil. Setelah tiba di luar, dia menutup pintu kendaraan roda empatnya itu dengan kasar. Laki-laki itu menyugar rambutnya yang basah dengan kasar, lalu berakhir meraup wajahnya tidak lebih kasar.

Masuk jam sepuluh, hujan hanya tinggal rintikannya, tapi tidak untuk mata Guntur yang saat ini keliatan merah dan berair. Laki-laki itu mendengus dengan kasar, membuat suara khas tarikan napas terdengar di sela bunyi atap yang ditimpa tetesan air hujan. Memang suaranya tidak sebesar beberapa jam lalu, tapi nada berisik gak beraturan itu mengalun dengan beraturan, membuat suara isakan tangis Guntur tersamarkan.

Guntur melangkah mendekati pintu masuk, tanpa peduli dengan kondisi gerbang rumahnya yang masih terbuka lebar. Laki-laki itu melangkah dengan begitu gontai, hingga membutuhkan waktu yang cukup lama baginya untuk meraih gagang pintu.

Di tengah-tengah suara dentingan atap yang diguyur rinai, suara pintu yang terbuka dengan sangat pelan muncul saat Guntur mendorong satu sisi pintu kayu itu.

Gelap, tidak ada sedikit pun cahaya yang menerangi di sana. Jika dibandingkan dengan suasana yang ada di luar, kegelapan yang saat ini ditangkap oleh obsidian, Guntur.

Namun, biar di dalam sana nampak gelap, Guntur kembali mengayunkan langkah untuk masuk ke dalam. Dia tidak meraba, seolah apa yang ada di dalam sana bisa dia lihat jelas.

Tak!

Lampu menyala, membuat ruang keluarga yang tadinya dibekap oleh kegelapan langsung berubah terang. Guntur tiba-tiba berdiri diam tepat di bawa saklar lampu. Laki-laki itu tidak bergerak, karena saat ini dia seperti merasa menghirup sebuah bau harum yang sangat menyengat.

Aroma itu menyeruak keluar dari bagian rumah yang lebih masuk ke dalam lagi, "Rose?" cicit Guntur dan sedetik kemudian, dia membulatkan mata.

"Rose!" Guntur mengayunkan langkah jauh lebih cepat untuk masuk ke dalam. Tanpa mau membuang waktu, laki-laki itu terus berjalan hingga ....

Tak!

"Seyamat datang!" Seketika kedua mata Guntur semakin memanas, tapi dua sudut bibir laki itu tertarik ke atas, membuat garis lengkung yang sangat lebar.

"Mas, Gun?" Laras berucap dengan nada bicara yang seperti orang bertanya.

Guntur menggelengkan kepalanya, lalu dia mengayunkan langkah jauh lebih cepat dari saat dia ingin masuk ke dapur. Langkah kaki laki-laki itu semakin lebar, hingga tepat saat setelah dia dekat dengan Laras. Dia langsung memeluk wanita itu dengan sangat-sangat erat.

"Kenapa, Mas? Ap-"

Laras tidak melanjutkan kata-katanya, karena dia merasa dekapan Guntur tiba-tiba berubah jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya.

"Kamu buat aku takut," ujar Guntur sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang istri, "aku mencintaimu. Jadi, jangan pernah pergi dariku lagi."

#Bersambung

Terpopuler

Comments

Misda Cabina Aco

Misda Cabina Aco

bikin jantungan aja kamu laras...sebaiknya guntur cepatlah jujur klo memang ada yg di sembunyikan

2022-08-10

2

gaby

gaby

Mudah2an cm halusinasi Guntur. Biar makin seru konfliknya. Ga mesti hrs ada pelakor utk menciptakan konflik. Masih bny konflik lain yg lbh seru drpd konflik pelakor

2022-08-09

2

Isnia Tun

Isnia Tun

Ga nyangka Guntur sampai kaya orang Gila pas di kira Laras pergi meninggalkannya...sampai kasihan pas baca nya dan terharu,beruntung sekali Laras yg ga sempurna sangat di cintai oleh seorang Guntur yg publik figur,sempurna gada cela...di tunggu thor penasaran

2022-08-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!