NIF 03

..."Jangan harap bisa menjadi cantik jika kau saja menjelekkan dirimu sendiri."...

...****************...

..."Oma Hani"...

"Sayang, besok pagi aku ada jadwal ambil scan bulan madu di puncak. Hanya tiga hari. Enggak masalah, 'kan?"

"Tentu saja boleh, Mas. Ada-ada aja deh."

"Kamu enggak marah? Aku pergi untuk scan bulan madu loh in-"

"Mas aneh ih. Ngapain coba aku marah? Itukan emang udah pekerjaan, Mas. Jadi,"

"Ini bulan madu loh, Sayang. Kamu beneran enggak marah?"

"Enggak. Itukan cuma akting. Jadi aku enggak bakalan marah-marah."

"Laras?"

Laras menoleh dengan cepat ke samping kiri, membuat kedua obsidiannya mendapati sosok Renata, menantu pertama di keluarga Prasetyo, istri dari Abangnya Agung dan Lidia.

"Mbak? Ada apa?" Laras bertanya dengan diam di tempat. Malahan satu tangannya saat ini tengah bertengger di tralis besi pembatas tangga.

Renata yang mendapati rekasi adik iparnya yang kaget pun, langsung beranjak untuk mendekati wanita itu, "Kamu kenapa kaget?" tanyanya saat dia sudah berdiri di depan, Laras.

Renata Fitri, wanita modis mantan model itu saat ini sedang menatap Laras dengan penuh tanda tanya. Dia tadi berniat ingin sarapan, tapi karena melihat adik iparnya yang berjalan cukup cepat dengan kaki pincang, membuat dia menunda itu semua.

"Mas Bara mana, Mbak?" Bukannya menjawab, Laras malah balik bertanya, membuat Renta memicingkan mata.

"Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Laras. Di sini, Mbak yang duluan bertanya. Jadi, sudah sewajarnya kamu menjawab dan bukan nanyak balik. Tapi, yah tadi Masmu udah berangkat ke kantor sih." Biar pun tadi Renata mendumel, dia tetap menjawab pertanyaan dari Laras.

Sementara Laras. Wanita itu langsung menggigit bibir bagian dalamnya, foto itu belum tentu benar, batin Laras dan wanita itu tanpa sadar menggelengkan kepalanya, membuat Renata semakin curiga.

"Malah geleng-geleng, kamu kenapa Laras?" tanya Renta dengan nada bicara yang kesal.

Laras yang mendengar itu tersenyum kikuk, "Aku mau lihat, Mamah, Mbak. Kata Lidia tadi, terjadi sesuatu kepada Mamah. Ja-"

"Astaga Laras. Hanya itu? Kamu sampai jalan cepet kayak gitu, hanya karena termakan omongan Lidia?" Laras menatap bingung kepada Kakak iparnya, tapi dia dengan cepat mengulas senyum kikuk yang sangat lebar.

"Maksudnya?" tanya Laras pura-pura dungu. Renata yang melihat itu menjerit tertahan.

"Mama baik-baik saja. Tuh dia ada di atas. Mbak kira kamu buru-buru karena apa."

Laras cengengesan dan mengeluarkan mimik wajah yang tidak merasa bersalah. Renata yang melihat itu pun, menoyor pelan kepala adik iparnya, "Lain kali jangan jalan seperti itu. Nanti kalau kakimu kenapa-kenapa, gimana?"

"hehehe, iya Mbak. Maaf." Laras nyengir, membuat Renata tersenyum, "kalau gitu, aku ke Mamah dulu yah, Mbak."

Renata tersenyum, "Sekalian suapin, Mamah. Dia kayaknya belum makan sarapannya."

Laras menganggukkan kepalanya, "Siap, kalau gitu. Aku ke atas dulu yah, permisi."

"Iya, hati-hati aja. Jangan sampai kakimu kenapa-napa!"

Obrolan mereka berdua selesia karena setelah memberikan peringatan itu, Renata langsung kembali beranjak ke meja makan dan begitu juga dengan Laras. Dia langsung menaiki anak tangga dengan pelan dan tertatih.

Iya, paling ini cuma orang iseng aja. Mas Guntur itu laki-laki yang berbeda, tapi gimana jika foto ini bener? Terus Mas Guntur emang punya wanita lain di luar sana?

Lagi-lagi, pikiran negatif selalu ikut serta mengikuti pikiran positif yang ada di dalam otak, Laras. Selalu begitu, ini bukan satu kali saja Laras punya pikiran negatif. Hampir setiap hari. Bahkan saat dia menonton sinetron yang dibintangi suaminya, entah kenapa hati Laras merasa sedikit sakit.

***

Laras itu sebenarnya sangat beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga Prasetyo. Dia beruntung bukan karena keluarga Prasetyo itu orang kaya, tapi dia beruntung karena semua anggota keluarga dari suaminya ini, begitu sangat baik.

Padahal dulu, waktu Guntur tiba-tiba mendatanginya dan mengajaknya ke rumah ini. Laras sangat takut, kalau semua anggota keluarga tidak menyukainya.

Namun, saat dia datang ke sini, yang terjadi malah sebaliknya. Semua anggota keluarga begitu sangat-sangat menjamunya dan tidak ada satu pun orang yang menanyai tentang kenapa dia berjalan pincang dan kenapa ada luka bakar di sisi ekor mata kirinya.

Tidak ada yang bertanya seperti itu. Malahan, semua anggota keluarga Prasetyo langsung bertanya, kapan dia dan Guntur akan menikah. Padahal, waktu dibawa ke sini. Laras itu tidak ada hubungan apa pun dengan Guntur.

Tidak ada pacaran, tidak ada teman, tidak ada hal istimewa. Dua tahun yang lalu, Laras sungguh merasa asing. Maksudnya, dia tahu Guntur, tapi tidak tahu lebih dalam. Laras hanya tahu kalau Guntur adalah aktor favoritnya.

Jika tidak memiliki hubungan apa-apa. Pasti kalian langsung bertanya, kenapa Laras mau diajak ke rumah keluarga, Guntur? Jawabannya singkat. Tentu saja, Laras mau karena baginya, pergi bersama Guntur adalah momen langka. Apa lagi dua tahun lalu, laki-laki itulah yang datang ke tempat kerjanya dan langsung mengajak, tanpa via telepon atau apa pun.

"Bisa kamu bedakan mana suamimu dan papa mertuamu, Sayang?"

Laras tertegun dan tersadar dari nostalgianya. Wanita itu bahkan langsung menolehkan kepalanya, untuk melihat selembar foto dua laki-laki yang wajahnya hampir sama.

Saat ini Laras sudah berada di kamar mama mertuanya. Duduk di atas ranjang, menemani mertuanya adalah aktivitas yang selalu dia lakukan enam bulan terkahir ini.

"Ini Mas Guntur dan yang ini almarhum papa Aji," jawab Laras sembari menunjuk foto yang ada di sisi kiri, untuk suaminya dan laki-laki di sisi kanan dia tebak sebagai almarhum papa mertuanya.

Enam bulan yang lalu, Raden Aji Prasetyo, ayah dari Guntur telah berpulang ke Rahmatullah. Jika kita flashback, sosok Pak Aji iyalah orang yang sangat berarti di keluarga ini.

Laras pun juga berpikiran begitu. Jujur, dia memang baru mengenal pak Aji karena menikah dengan Guntur. Namun, dia bisa pastikan kalau di dunia ini, tidak ada orang yang sebaik papa mertuanya itu.

Bayangkan, disaat anaknya membawa seorang wanita. Dia tanpa menanyakan banyak hal, langsung menerima Laras, bahkan Pak Aji langsung menganggap Laras itu bagian dari keluarga Prasetyo.

"Kamu tahu, Nak. Selain punya wajah yang hampir mirip. Guntur dan almarhum papanya punya banyak kemiripan lagi. Salah satunya itu, sikap mereka." Zelina mulai bernostalgia.

Sebenarnya hal ini sudah terjadi selama enam bulan lamanya. Tepatnya, Zelina Parmadita, Mama Guntur ini tidak bisa melupakan sosok suaminya.

Selama enam bulan, Zelina selalu saja terbayang dengan sosok suaminya. Kenapa begitu? Karena sang suami, Aji, sudah terlalu banyak memberikan kenangan kepadanya.

"Waktu itu, papanya Guntur tiba-tiba datang ke kantor tempatku bekerja. Padahal saat itu Mama dan papa tidak terikat hubungan apa pun. Mama tidak kenal papa, Mama tidak pernah merasa bertemu dengan papa, intinya Mama itu sangat asing dengan papa. Tapi, anehnya. saat itu, Mama malah mengiyakan lamaran papa di depan semua orang. Entah apa alasannya, Mama enggak tahu. Tapi, kejadian itulah yang buat Mama enggak ikhlas, Nak. Mama enggak ikhlas, ditinggalin papa."

Zelin berhamburan masuk ke pelukan Laras. Sementara Laras, wanita itu tentu balik memeluk ibu mertuanya, "Tenang, Mah. Kalau Mama terus-terusan begini, papa yang ada di atas sana pasti sedih. Jadi, tenanglah."

Laras mencoba menenangkan ibu mertuanya. Padahal saat ini dia juga masih belum bisa tenang. Foto yang dikirimkan oleh nomer asing itu, masih mengganggunya.

Yang semakin membuat Laras berpikiran negatif adalah, dia sampai sekarang belum mendapati kabar dari suaminya yang tadi mengatakan akan spam telepon.

Mas telepon dong! Jangan buat aku berpikir hal yang buruk tentangmu, ucap Laras membatin dan ternyata, itu bersamaan dengan dering telepon yang keluar dari dalam ponselnya dan menggema memenuhi ruang kamar dari, ibu mertuanya.

Laras dengan cepat mengurai pelukannya dan dia bergerak meraih ponselnya yang tergeletak di tepi ranjang, "Ma-"

Perkataan Laras terhenti saat ternyata, dia tidak mendapati nama sang suami di layar ponselnya, tapi di sana malah terdapat deretan nomer asing yang tidak tersimpan di kontaknya.

"Siapa, Nak?" tanya Zelina sembari bergerak menyeka air matanya yang entah sejak kapan meluruh.

#Bersambung

Terpopuler

Comments

Isnia Tun

Isnia Tun

Bikin penasaran bgt thor

2022-08-03

2

Misda Cabina Aco

Misda Cabina Aco

makin bikin aku penasaran banget kamu thor😂😂

2022-08-03

1

Call Me A

Call Me A

double up untuk kalian

2022-08-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!