NIF 13

"Rumah sakit kah? Eh, apa jangan;jangan, Tuan bertemu dengan Nyonya, saat Tuan kecelakaan waktu SMP?"

"Kecelakaan waktu SMP?" Dengan sedikit kaget, Guntur balik bertanya. Liam yang mendengar itu menganggukkan kepalanya.

"Iya, apa Tuan lupa dengan kejadian yang Tuan sendiri alami? Dari usiaku masih muda, aku itu sudah sangat menggemari Tuan. Bahkan kejadian saat Tuan kecelakaan waktu SMP pun, aku masih ingat. Beritanya kalau enggak salah, Tuan waktu itu langsung dilarikan ke rumah sakit, iya begitu kan?"

Guntur kelihatan bingung sendiri, tapi dia mengangguk kepalanya, "Aku memang tidak pernah salah dalam memilih orang yah. Apa yang kau katakan itu memang benar. Aku bertemu dengan istriku saat dirawat di rumah sakit. Waktu itu, aku selalu melihat dia pulang pergi ke rumah sakit. Hampir setiap hari, hingga aku bosan mendapati sosoknya berdiri di lorong."

Guntur bercerita dengan mimik wajah yang dipenuhi oleh senyum yang kelihatan pasih. Dia bahagia, tapi kedua matanya berkaca-kaca.

Sedikit informasi. Guntur itu terkenal saat dia masih remaja. Dia memulai debutnya menjadi seorang model pakaian remaja dan asal kalian tahu. setiap majalah fashion, pasti akan diisi oleh wajah Guntur.

"Tapi, saat aku tidak melihat dia bolak balik dan berdiri di lorong rumah sakit lagi, entah kenapa aku waktu itu merasa kehilangan. Rasa asing itu aku rasakan sampai saat aku keluar dari rumah sakit." Guntur kembali melanjutkan ceritanya, membuat Liam terdiam beberapa saat seperti orang yang terbawa dengan alur kisah tersebut.

"Terus, kapan kalian bertemu kembali?" tanya Liam, membuat senyum di wajah Guntur semakin lebar.

"Kau mungkin mengira kalau ini kebetulan, tapi nyatanya. Tuhan yang membantu aku dan istriku bertemu lagi. Kami kembali bertemu di SMA dan itu semakin membuatku percaya, kalau ternyata takdir itu tidak akan kemana." Liam tersenyum. Dia tidak lagi menampilkan ekspresi sedihnya dan semua itu karena Guntur yang saat ini juga kelihatan begitu bahagia.

"Kisah yang indah, Tuan." Liam semakin senang, membuat Guntur mengangguk kepalanya.

"Iya, aku memang sangat mencintai istriku. Bagiku dia wanita paling cantik, dia wanita kesayanganku sampai mati." Itu adalah kata-kata terakhir yang Guntur ucapkan dan setelah itu, mereka berdua berlalu pergi karena Produser meneriaki.

***

Menteng, Jakarta Pusat.

"Minum, anggap saja ruangan ini seperti ruangan kalian sendiri." Bianca tersenyum sembari menunjuk ke arah dua gelas minuman sirup merah, yang langsung dia sajikan saat mendapati Laras dan Lidia sudah sampai.

"Maaf karena menggangu Anda saat jam-"

"Kak Laras tenang aja. Kak Bian ini kantetan abangku. Jadi jangan enggak enakan sama dia. iya begitukan, Kak Bian?' Lidia nyerocos, membuat Bianca tertawa kecil.

Di sisi Laras, dia tadinya hendak tertawa juga saat mendengar penuturan Lidia. Namun, saat melihat cara Bianca mengekspresikan dirinya dengan begitu sangat anggun, entah kenapa membuat wanita itu diam dengan mulut yang sedikit terbuka.

Ternyata Bianca secantik itu. Padahal hanya tertawa. Memang orang yang terlahir sempurna sangat-sangat berbeda, batin Laras tersenyum dan menatap Bianca dengan penuh iri.

"Oh iya, Ras. Siang tadi aku dapat telepon dari Guntur dan dia memintaku untuk menyiapkan skincare-skincare yang cocok dengan kulitmu." Bianca menyelesaikan tawanya dan dia memulai obrolan yang berhasil membuat, Laras tersentak kaget.

"Ah, sungguh?"

"Iya. Karena dia meminta seperti itu, aku sudah menyiapkannya untukmu. Tunggu sebentar yah." Bianca bangkit dari duduknya dengan begitu anggun, membuat Laras lagi-lagi merasa iri.

"Cie kak Ras mau perawatan." Sepeninggalan Bianca, Lidia langsung menggoda Laras, membuat wanita itu lagi-lagi tersentak kaget. Saking kagetnya, dia bahkan sampai memukul otot lengan, Lidia.

"Ngagetin aja sih-"

"Ini aku udah bungkusan dan juga bantu pisahkan antara skincare yang harus digunakan di pagi hari dan di malam hari. Cara menggunakannya juga aku sudah masukin ke dalam kotaknya. Jadi, semangat yah. Jangan menyerah, kalau kau belum mendapatkan hasil. Kamu tahu kan kalau segala hal itu butuh perjuangan. Itu berlaku juga dalam perawatan." Bianca menyela dan dia bahkan sampai langsung menjelaskan tentang apa saja yang dia bawa, lalu tidak lupa wanita itu juga memberikan semangat untuk, Laras.

Laras tersenyum dan wanita itu menganggukkan kepala, "Makasih, maaf yah merepotkanmu."

"Eh, santai aja kali," ujar Bianca dengan tersenyum kecil.

Laras yang melihat itu langsung dibuat kikuk. Dia mengangguk kepala dengan sedikit ragu-ragu, "Iya, tapi tetap terima kasih. Oh iya, untuk bayarannya gimana? Aku ke kasir atau bisa langsung kasih kam-"

"Guntur sudah bayar tadi. Jadi, tugas kamu itu cuma pakai." Bianca kembali menyela, membuat Laras membulatkan mata terkejut.

"Beneran?" tanya Laras yang sepertinya tidak percaya.

Bianca menganggukkan kepalanya, "Enak yah punya suami seperti, Guntur. Dia pengertian banget, aku iri loh Ras."

"Sama aku juga iri. Saking irinya aku selalu berharap kalau di dunia ini masih ada stok laki-laki kayak Abang Gun. Tapi-"

"Tapi, kamu malah dapat laki-laki yang sifatnya sebelas dua belas dengan Mas Bara." Laras tergelak, tapi saat dia sadar dengan suara tawanya yang besar, wanita itu langsung diam, kenapa aku enggak bisa anggun sih, batin wanita itu.

"Ternyata kata-kata Guntur bener yah. Kamu itu tipe orang yang enggak malu-malu menunjukkan ekspresinya." Laras mendongak dan langsung melayangkan tatapan mata yang penuh kebingungan untuk Bianca.

"Aku dari dulu itu penasaran, Ras. Bagaimana bisa kau buat Guntur jatuh cinta banget sama kamu? Terus anehnya, kamu kok mau aja dinikahin sama orang sinting kayak dia. Mana waktu itu enggak ada hubungan yang jelas lagi," imbuh Bianca dan wanita itu tertawa diakhir.

"Eh, kok kamu tahu kalau aku menikah sama Mas Guntur tanpa ada status apa pun?" Bukannya menajwab pertanyaan beruntun Bianca, Laras malah balik bertanya.

"Tunggu, tunggu. Jadi, Kak Ras ama Bang Gun nikah tanpa saling mencintai atau saling mengenal? Itu yang aku tangkap dari kata-kata kak Bianca." Lidia menimpali dengan sorot mata yang terkejut.

Bianca yang mendengar itu malah jauh lebih terkejut, "Eh, kamu enggak tahu?" tanyanya dengan ekspresi kebingungan.

"Enggak, tapi Bang Gun bilang kalau dia dan Kak Ras itu sudah saling kenal sangat lama sekali. Mereka berpacaran katanya dua tahun." Lidia mulai menceritakan apa yang dia dapatkan dari Guntur, dua tahun lalu, saat Laras dipulangkan setelah melakukan pertemuan keluarga malam itu.

"Eh enggak gitu kok. Tapi, aku juga mau membatah perkataanmu tentang aku yang tidak mengenal Guntur. Denger ini yah Lidia, Aku itu kenal sama kakakmu. Mungkin bukan aku saja, tapi semua wanita di negara Indonesia ini kenal sama kakakmu."

"Maksudku bukan kenal seperti itu, Kak Ras. Maksudku kenal itu, Kak Ras dengan Bang Gun itu saling tahu satu sama lain gitu." Lidia balik membantah, membuat Laras ber-oh ria.

"Kalau itu sih aku enggak tahu. Tapi, nih ya. Anehnya, dia itu tahu aku. Mulai dari kesukaan hingga kebiasaanku, dia sangat tahu. Malah jauh lebih tahu dari diriku sendiri." Laras bercerita dengan ekspresi yang begitu sangat serius.

"Tentu saja dia tahu, Ras. Diakan sering perhatiin kamu dari kelas satu Semester satu sampai kita wisuda. Eh, aku enggak tahu pasti sih kapan Guntur mulai memperhatikanmu, karena aku, dia, dan Anthony itu saling kenal saat kelas satu Semester satu. Dari sanalah hari-hariku dan Anthony selalu mendengarkan Guntur mengoceh tentangmu." Bianca yang tadinya diam mendengarkan, mulai ikut bicara. Sepertinya memang ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan tentang Guntur, teman gilanya itu.

"Kamu tahu, dari hal-hal sederhana seperti kamu pakai jepit rambut, hingga sepatu pun tidak dia lewatkan untuk diceritakan kepada kami. Kalau tidak salah, dia sering bilang gini, Bian, Ton, hari ini gadis itu memakai jepit rambut merah muda, walau dia cuma pakai sampai di gerbang depan doang sih," Bianca semakin bersemangat untuk mengingat-ingat cerita Guntur tentang Laras.

Sementara Laras. Entah kenapa wanita itu merasa sangat bahagia saat mendengar kisah-kisah Guntur, "Terus apa yang dia ceritakan lagi. Eh, tunggu bentar. Apa kamu bisa kasih tahu kapan pastinya Guntur ketemu aku untuk pertama kali? Aku udah sering natal kayak gitu, tapi dia selalu jawab dalam mimpi yang sangat panjang."

"Serius dia bilang gitu?" Bianca bertanya dengan tatapan mata yang terkejut.

"Iya, kenapa emang?" Laras mengiyakan dan setalah itu, dia kembali bertanya.

"Iya, soalnya diaku sama Anthony juga dia jaaabnya gitu. Setiap kali kami nanyak kek gitu, dia pasti menjawab di dalam mimpi yang sangat panjang. Emang suamimu itu aneh banget. Ras."

Laras tergelak, lalu disambut juga dengan suara Bianca yang ikut tertawa dan suara Lidia yang bahkan jauh lebih mendominasi di ruangan tersebut.

#Bersambung

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

maaf guntuuuur lopyu tiga ribuuuuu😘😘😘😘😘😘😘

2024-04-28

1

Mak Aul

Mak Aul

sampe sekarang mau magrib😗

2022-09-02

2

Mak Aul

Mak Aul

marathon dari asar 😁

2022-09-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!