..."Kau percaya padaku, 'kan?"...
...****************...
..."Satria Guntur Prasetyo"...
"Maaf jika aku menyakitimu lagi." Guntur melemahkan pelukannya karena dia ingin membuka kupluk yang menutupi kepala istrinya.
"Maaf karena tadi aku membentakmu ditelepon." Setelah berhasil menanggalkan tudung sweater itu, Guntur kembali bergerak membuka topi hitam yang bertengger di kepala sang istri.
"Maafkan semua kesalahan yang aku buat hari ini." Guntur kembali menguatkan pelukannya, mungkin jauh lebih kuat dari yang tadi.
Sementara Laras. Wanita itu masih diam dan wajahnya saat ini sudah berada di dada sang suami. Tidak ada yang wanita itu lakukan, selain menangis di sana.
"Kamu percaya sama aku, 'kan?" tanya Guntur dengan terus memeluk tubuh istrinya di undakan kelima, tempat dulu mereka juga pelukan untuk pertama kalinya.
Dua tahun lalu, sebelum menjadi suami istri. Guntur memeluk Laras tepat di undakan kelima itu dan malam ini pun sama. Padahal tidak ads perencanaan, tapi kebetulan seolah memaksa dua insan itu untuk mengulangi hal tersebut.
"Sayang, kamu percaya kepadaku, 'kan?" Lagi, Guntur kembali bertanya dan Laras masih tetap bungkam, tapi kepalanya mengangguk.
"Aku mau kamu jawab dengan suara. Jadi, katakan iya jika kamu percaya aku dan katakan tidak jika kamu meragukan aku," tuntut Guntur selah tidak merasa puas dengan jawaban dari sang istri.
Laras semakin menangis. Jujur, Laras saat ini tengah mencoba percaya, walau sedari tadi hidungnya menghirup aroma parfum yang begitu asing. Bukan aroma mint yang selama ini selalu dia hirup.
"Aku mau percaya, tapi potret itu?"
"Aku tidak butuh jawaban seperti ini. Jawab, iya atau tidak," tegas Guntur, membuat perkataan Laras terhenti.
Laras kembali diam, tapi wanita itu juga bergerak keluar dari pelukan sang suami. Dia mendongak, melihat wajah Guntur yang malam ini kelihatan begitu sangat-sangat lelah.
"Bukankah sudah aku katakan berkali-kali, Mas. Ceraikan aku jika kau memang sudah-"
"Aku tidak pernah menanyakan perihal ini. Di sini aku bertanya kau percaya atau-"
"Bagaimana aku bisa percaya, Mas? Orang asing mengirimkan aku fotomu yang berpelukan dengan seorang wanita."
Iya, Laras memang mulai goyah. Lagi-lagi dia kembali tidak mempercayai suaminya. Sungguh, dua tahun mengenal Guntur, Laras masih tidak mengenali laki-laki itu.
Pasalnya, Sosok Satria Guntur Prasetyo itu sangat rumit untuk dimengerti. Dia memang satu dari sejuta laki-laki yang penuh kasih sayang, tapi pernah ada kondisi saat Laras merasa asing dengan laki-laki itu.
"Istri siapa yang tidak akan merasa curiga jika melihat suaminya seperti itu, Mas? Kamu mau bilang aku negatif thinking, terserah. Tapi, sekarang aku cuma mau butuh penjelasan, siapa wanita yang ada di dalam foto itu, Mas? Siapa?"
Laras mulai meninggikan suara. dia bahkan sampai terengah-engah saking kerasnya dia bicara, "Kenapa mencintaimu sesakit ini," ucapnya dengan nada bicara yang melemah dan kepala yang menunduk.
Guntur diam. Laki-laki itu meremas ujung depan topi hitam milik istrinya yang saat ini ada di tangan kirinya. Sementara di sisi, Laras. Mendapati suaminya tak bergeming, membuat dia tertawa sumbang.
"Mas enggak bisa ngelak lagi, 'kan? Seharusnya waktu itu aku tidak menerima in-"
Laras tiba-tiba senyap saat tangan besar Guntur tetiba, menggengam jemari lentiknya, "Ikut aku bentar."
"Enggak, buat apa?" Laras memberontak dan Guntur semakin menguatkan genggaman tangannya.
"Katanya mau tahu siapa wanita itu. Jadi, ayok ikut karena aku akan mengajakmu ke tempatnya langsung."
***
"Udah makan malam?" tanya Guntur sembari melirik ke arah kiri, lalu kembali menghadap ke depan.
Laras yang saat ini masih merasa kalau dia tidak sedang baik-baik saja, hanya diam. Malahan wanita itu memilih untuk membuang pandangannya ke luar, melihat ramainya pinggir jalan Senopati oleh para pedagang lalapan dan banyak lagi.
"Jadi enggak mau yah." Guntur kembali menyeletuk dan Laras pun masih enggan mengeluarkan suara untuk menjawab.
Mendapati diamnya sang istri, membuat Guntur meringis. Inilah kenapa tadi dia sangat bersikeras ingin membawa Laras untuk ikut. Dia tahu kalau istrinya ini orangnya gimana.
"Sayang, kamu tahu Liam, 'kan? Asistenku. Sore tadi selepas aku ambil scan, dia ngamuk-ngamuk pas tahu aku kabur. Sumpah dia mengomel di telepon dan bilang kalau Sutradara bakalan mar-"
"Aku enggak peduli, Mas," potong Laras dengan ekspresi tidak mau tahu. Bahkan saat ini wanita itu sudah memposisikan diri setengah tiduran sembari menyadarkan sisi kiri kepalanya di kaca pintu.
"Ceritain aja sana ke selingkuhanmu," imbuh Laras dengan nada bicara yang tidak acuh, "tanyain juga apa selingkuhanmu itu sudah makan apa belum? Sekalian, tanyain kapan dia mau pindah ke rumah utama. Kalau malam ini, aku bakalan langsung pergi kok. Sudah seharusnya kan orang jelek dan cacat kayak aku sadar diri."
Guntur tiba-tiba menaikkan kecepatan mobilnya. Sungguh, entah kenapa mendengar istrinya mengatakan hal itu, membuat dadanya serasa sakit. Dia tahu Laras akan bersikap jauh lebih sensitif jika dalam situasi marah seperti ini.
"Kau tahu, aku telat pulang tadi karena mencari toko bunga yang menyediakan buket bunga Flamboyan. Susah banget nemunya loh, Bi. Tapi, untung saja-"
"Enggak peduli aku. Emang aku pernah minta itu? Enggak, 'kan? Buang aja. Kalau perlu kasih tuh selingkuhanmu." Lagi-lagi Guntur mendapati ucapan acuh tak acuh dari istrinya, tapi entah kenapa dia malah tersenyum dan bukannya merasa bersalah sedikit pun.
"Aku menyerah. Aku sudah berusaha bicara, tapi kamunya yang begitu. Baik."
"Bener, saat ini tetap diam adalah pilihan terbaik." Laras melirik ke arah suaminya yang sudah kembali melajukan mobil.
Sungguh, saat ini Laras benar-benar dibuat bingung dengan sikap suaminya. Bayangkan, padahal dia sudah ketangkap basah melakukan perselingkuhan dan Guntur malah kelihatan santai. Memang sih, Laras tidak melihat secara langsung, tapi foto yang dikirimkan oleh nomer asing, lalu telepon yang tidak dia angkat dari nomer asing, dan terkahir suara seorang wanita yang siang tadi dia dengar, sudah bisa dijadikan bukti kalau memang Guntur main belakang.
Entah kenapa aku merasa kamu terlalu rumit untuk aku mengerti, Mas. Sikapmu yang sering berubah-ubah entah kenapa membuatku bingung dan menciptakan pertanyaan yang sama di setiap harinya, batin Laras dengan terus memperhatikan wajah suaminya.
"Terima kasih. Tanpa diliatin seperti itu, aku emang ganteng kok, makanya bisa buat seorang Laras Ayudia jatuh cinta."
Tiba-tiba saja pipi Laras merasa panas dan itu disebabkan oleh ucapan penuh akan kepercayaan diri yang keluar dari mulut suaminya. Akan tetapi, Laras menahan agar dirinya tidak menyunggingkan senyum.
Mau bagaimana pun, saat ini dia dalam keadaan marah dan sudah sepantasnya dia harus terus menampilkan ekspresi judes, walau dia tahu wajahnya akan tambah jelek jika sok cemberut seperti itu.
"Mas, sebenarnya Mas beneran cinta apa enggak sama aku?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulut, Laras dan itu bersamaan dengan Guntur yang menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sebuah rumah besar.
#Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rahma Wati
sebel
2022-08-05
0
Isnia Tun
Gimana ga curiga ya Guntur selingkuh apa gk...author nya aja pinter bikin yg baca penasaran dan menduga duga😁😅
2022-08-05
2
Call Me A
Bantu share yah jika novel ini ingin dikenal banyak orang. Jangan lupa ajak teman-teman kalian untuk baca. Makasih juga untuk kalian yang berkenan baca cerita ini dan yang sering kasih aku hadiah, terima kasih. Love you All.
2022-08-04
2