NIF 01

..."Dengarkan aku! Sebanyak apa pun kau membandingkan dirimu dengan orang lain, itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Sebab, kamu dengan orang itu sudah jelas berbeda. Mereka memang punya kelebihan yang tidak kamu miliki dan kamu pun begitu. Kamu juga pasti punya kelebihan yang mereka tidak miliki, seperti membuatku jatuh cinta begini. Kamu tahu 'kan kalau tidak ada seorang pun yang bisa membuatku jatuh cinta selain kamu."...

...****************...

..."Satria Guntur Prasetyo"...

"Sayang?"

Laras yang sedang menata meja makan langsung menoleh, "Mas ...." Wanita itu tersenyum, lalu bergerak untuk menegakkan tubuhnya yang tadi sedikit membungkuk.

Guntur yang mendengar sapaan itu, ikut tersenyum. Dia mengayunkan langkah untuk mendekati istrinya, "Buat sarapan apa?" Laki-laki itu bergerak melingkar tangan kanannya di pinggang ramping, Laras.

Laras yang mendapati perkalian seperti itu, langsung bergerak tak karuan. Jujur, dua tahun menjadi istri seorang Satria Guntur Prasetyo, tidak pernah bisa membuat dia terbiasa dengan perlakuan manis dari sang aktor itu.

Bagi Laras, menjadi istri seorang Guntur bisa disebut sebagai sebuah keajaiban. Bayangkan saja, seorang Laras yang tidak sempurna, bisa memikat laki-laki tampan seperti Guntur. Sungguh, itu memang benar-benar suatu keberuntungan.

"Duduk dulu, Mas!"

Laras yang salah tingkah memerintahkan Guntur untuk cepat-cepat duduk di kursinya. Sementara di sisi, Guntur sendiri. Dia malah diam seolah enggan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh istrinya tadi.

"Ihh, Mas ...." Laras mengeluarkan sebuah rengekan manja, saat dia mendapati sang suami mulai bergerak mengulurkan tangan untuk memindahkan beberapa helai rambut hitam miliknya yang menutupi mata bagian kiri.

"Kenapa sih kamu itu suka banget jatuhin rambut ke kiri? Kamu begitu biar apa coba? Padahal kalau ini diselipkan seperti ini ...." Guntur menjeda ucapannya untuk kembali melanjutkan aksinya menyelipkan helaian rambut hitam, Laras yang terjuntai menutupi mata kirinya, "tuh 'kan beneran cantik. Istri Satria Guntur Prasetyo gitu loh."

Laras menundukkan kepala dalam. Saat ini wanita itu tengah menahan diri untuk tidak mengekspresikan kebahagiaannya. Sementara di sisi Guntur. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya dan dia bergerak mengecup ujung mata kiri, sang istri.

"Menggemaskan sekali istriku yang cantik ini."

Setelah mengatakan itu, Guntur lalu beranjak untuk duduk di kursinya. Laki-laki itu bergerak menggosok-gosokkan telapak tangannya, sembari hidungnya menghirup oksigen dengan cepat, "Dari wanginya sudah bisa ditebak, makanan ini pasti enak banget."

Pada akhirnya pertahanan Laras pun roboh. dia yang tadinya bersusah payah untuk tidak termakan rayuan buaya sang suami, malah dibuat senyum-senyum. Bahkan tanpa sadar dia juga bergerak memukul lengan otot laki-laki itu, hingga membuat Guntur pura-pura berteriak kesakitan.

"Sakit, Sayang," adu Guntur dengan manja sembari memperlihatkan mimik wajah yang memelas.

Laras yang melihat itu menoyor pelan pipi kiri sang suami, "Dasar aktor penuh drama."

Selalu saja. Setiap Guntur merayunya atau bersikap romantis kepadanya, Laras akan mengatakan kalau laki-laki itu sedang akting. Sementara, Guntur yang dikatai seperti itu, akan langsung cemberut, membuat tawa sang istri pecah.

Contohnya seperti saat ini. Ruang makan yang tadinya sepi sudah dipenuhi oleh tawa Laras. Guntur yang melihat itu, hanya bisa tersenyum sekaligus merasa senang. Baginya, bahagia Laras adalah bahagianya juga.

Hal itu sudah tertanam saat dia bertemu dengan Laras untuk pertama kalinya. Biar pun waktu berlalu, Guntur tidak akan pernah melupakan pertemuannya itu dengan sang istri.

"Mas, udah ih. Mas pagi juga." Laras menyudahi tawanya. Wanita itu menarik napas untuk menenangkan diri dan setelah dirasa cukup tenang. Dia membuang napasnya, lalu bergerak mengumpulkan rambutnya untuk diikat cepol.

Guntur yang melihat tingkah istrinya seperti itu, tetiba menarik kedua sudut bibirnya, "Begitu dong. 'Kan cantik kalau digituin," puji laki-laki itu, membuat Laras tersenyum.

"Makasih," ujar Laras dengan cengiran bahagia.

Jujur, Laras begitu sangat-sangat bahagia dengan pujian itu. Dia bukannya lebay atau gimana, tapi bayangkan saja. Siapa coba wanita yang tidak akan merasa bahagia di puji seperti itu disaat semua orang menghinanya dengan sebutan si buruk rupa, karena sebuah bekas luka bakar di sisi kiri matanya dan si cacat, karena dia berjalan pincang. Pasti tidak ada, 'kan?

Akan tetapi, Guntur. Dia adalah laki-laki pertama yang mengatakan Laras memiliki paras yang teramat cantik. Tidak ada laki-laki lain, selain Guntur.

"Cukup, udah segitu aja."

Laras meletakkan kembali centong yang tadi dia gunakan untuk menyendok nasi. Saat ini wanita itu sedang berdiri dengan sedikit membungkuk di sebelah kiri suaminya.

"Lauknya aku pakai tempe sama ikan aja, Bi," pinta Guntur sembari menunjuk ke arah tempe manis, lalu ke ayam goreng.

Laras langsung mengambil lauk yang suaminya inginkan. Dia melakukan hal itu, tanpa bicara sedikit pun dan Guntur juga begitu. Laki-laki itu hanya diam sembari memperhatikan wajah istrinya.

Laras menggerakkan bola matanya ke kanan. Wanita itu menaikkan satu alisnya saat dia mendapati Guntur sedang menatap ke arahnya, "Ada apa, Mas?" tanya wanita itu sembari bergerak menegakkan tubuhnya.

Guntur gelagapan. Dia sedikit mendongak, lalu melirik ke sisi kanan, "Tidak ada apa-apa. Tapi, kamu udah siapin keperluan aku, 'kan?"

"Semalam kita siapin bareng-bareng loh," jawab Laras sembari terus menyendok nasi, lalu meletakkannya di atas permukaan piring.

"Beneran? Kok aku bisa lupa yah, Bi?" tanya Guntur dengan menunjukkan ekspresi seolah dia kelihatan kaget. Padahal saat ini laki-laki itu hanya akting, tapi anehnya terkesan natural banget. Laras yang melihat saja, langsung dibuat percaya.

"Kemaren malam loh, Mas."

"Iya, udah inget. Tapi, bekal makan siangku sudah kamu buat, 'kan?"

"Udah, itu di dapur. nanti aku masukin pas, Mas berangkat," jawab Laras dan Guntur yang mendengar itu tersenyum.

Laki-laki itu bergerak memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya, lalu dia melirik kembali ke sang istri. Guntur lagi-lagi diam memperhatikan Laras yang mulai menikmati sarapannya.

Laras yang kembali merasa dilihatin, menoleh ke arah suaminya, "Ada apa sih, Mas? kalau mau bicara, bicara aja."

Guntur masih diam, karena saat ini dia sedang mengunyah nasi yang ada di dalam mulutnya. Pertama-tama laki-laki itu meraih segelas air, untuk melancarkan tenggorokannya yang tersendat.

"Begini, Bi. Gimana kalau kamu ikut aku ke puncak?" Laras langsung dibuat batuk oleh perkataan suaminya.

"Ikut kamu ke Puncak?" tanya Laras dan Guntur yang mendengarnya menganggukkan kepala.

***

Menteng, Jakarta Pusat.

"Apa alasanmu enggak mau ikut?" tanya Guntur saat setelah dia menghentikan laju mobilnya di depan sebuah rumah tingkat dua yang ada di perumahan Menteng.

Nada bicara laki-laki itu terdengar sangat tegas, membuat Laras menundukkan kepalanya, "Malu, Mas. Aku takutnya nanti kamu enggak nyaman di sana."

Guntur menoleh ke sebelah kiri, melihat sang istri dengan tatapan tidak percaya, "Enggak nyaman gimana, Bi? Malahan-"

"Aku udah bilang mau tinggal sama mamah aja di sini. Jagain, Mamah. Di sana, Mas juga pasti bakalan sibuk syuting." Laras mulai menolak dengan tegas, membuat Guntur mau tidak mau mengalah.

"Baiklah kalau itu yang kamu mau. Tapi, jangan salahkan kalau aku spam telepon nanti yah."

Laras tersenyum. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Guntur yang melihat itu ikut tersenyum dan setelah itu, dia bergerak untuk memeluk tubuh istrinya.

"Kamu baik-baik di sini. jangan pergi ke mana-mana, tanpa teman. Terus, jangan berpikiran negatif atau hal lainnya." Guntur memberikan wejangan untuk istrinya.

Laras yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, "Iya. Mas juga di sana jaga kesehatan. bekalnya nanti jangan lupa di makan dan jangan lupakan krem wajahku lagi. Ini udah dua bulan loh setelah, Mas janji."

Guntur terkekeh. Laki-laki itu bergerak memberikan kecupan singkat di puncak kepala, Laras, "Aku enggak bakalan lupa lagi."

Laras mengurai pelukannya, "Awas aja kalau, Mas lupa!" peringat wanita itu sembari bergerak untuk keluar dari mobil.

"Dasar." Guntur bergerak meraih sesuatu yang ada di pintu mobil yang tadi ditutup oleh istrinya. Laki-laki itu kelihatan memainkan benda itu, membuat kaca yang ada di pintu mobil, bergerak turun.

Sementara di luar. Laras sedikit membungkuk, agar kepalanya sejajar dengan jendela pintu mobil yang tadi dia tutup, "Mas hati-hati. Sampai jumpa tiga hari lagi."

Laras melambaikan tangan dengan seutas senyum yang sangat lebar. Sementara di dalam mobil. Guntur ikut tersenyum dengan satu tangan terangkat, "Dah, Aku berangkat dulu. Baik-baik di sini dan aku mencintaimu."

Setelah mengatakan itu, Guntur kembali melajukan mobilnya meninggalkan sang istri di rumah orang tuanya selama tiga hari, lantaran dia akan syuting di puncak.

***

"Baru jam tujuh, mungkin masih sempat." Setelah menimang cukup lama, Guntur pada akhirnya bergerak keluar dari mobil.

Saat ini laki-laki itu sudah memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah rumah mewah. Guntur melirik ke kanan dan kiri. Saat dia mendapati situasi yang aman dan tidak ada yang mencurigakan, barulah dia mengayunkan langkah untuk menaiki anak tangga menuju pintu masuk utama bangunan itu.

Tidak perlu waktu yang lama, Guntur sudah menghentikan langkah. Laki-laki itu kembali menoleh ke kanan dan kiri. Dirasa masih aman, dia menggerakkan tangannya untuk memencet bel.

Cukup lama laki-laki itu melakukannya, hingga sebuah suara khas seperti pintu yang dibuka menyapa gendang telinga Guntur, membuat pria itu berhenti melakukan aktivitas memencet-mencet bel.

"Honey?" Seorang wanita tiba-tiba keluar dari dalam rumah besar itu. Parahnya lagi, wanita itu juga langsung berhamburan memeluk Guntur, yang sialnya malah laki-laki itu balas.

#Bersambung

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

Satria guntur prasetyo.... aku padamuu 😘😘😘😘😘😘
sayangnya guntur ini cuma ada di novel

2024-04-27

1

Isnia Tun

Isnia Tun

Guntur selingkuh kah😱😱

2022-08-03

2

Yati Raisa

Yati Raisa

ternyata di balik sikap lemah lembut dan menyayangi ada sesuatu yg Tek terduga 😲😲😲😲 r

2022-08-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!