NIF 04

..."Seandainya Tuhan memberikan kita uang tanpa bekerja, aku pasti akan selalu tinggal dirumah."...

...****************...

..."Laras Ayudia"...

2 Tahun Lalu

"Jujur, aku sebenarnya udah lelah, Mas. Aku-"

"Satu kesempatan lagi. Kasih aku satu kesempatan lagi, Sandra. Aku tahu yang aku lakukan itu salah, tapi kamu juga harus ngertiin aku. Jangan kayak gini, apa dengan kamu pergi seperti ini semua akan berubah? Enggak, 'kan?"

Laras mengigit kuku jari telunjuk kanannya. Dua mata wanita itu sekarang sedang fokus melihat layar televisi tabung, yang sedang menayangkan sebuah sinetron.

"Apa yang dibilang Sadewa itu bener, San. Percuma kalian cerai jika ujung-ujungnya enggak ada yang mendapatkan kebahagiaan."

Saking gregetnya, Laras sampai ngedumel. Bahkan wanita itu sampai tidak sadar semakin menguatkan gigitan di jari telunjuk kanannya.

"Tidak ada pilihan sela-"

Laras berteriak histeris saat dia melihat, Sadewa a.k.a Satria Guntur Prasetyo, tokoh utama dari sinetron itu tiba-tiba memeluk istrinya, Sandera a.k.a Santi Mariam, tokoh utama dari sinetron itu.

"Please, tetap di sini. Kau tahu aku tidak akan bisa hidup tanpamu."

Lagi-lagi Laras menjerit, "Astaga, oksigen-oksigen. Aku butuh oksi-"

Kata-kata lebay Laras langsung terhenti saat dia mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu kostnya. Sesaat wanita itu diam dengan mata melirik ke pintu masuk yang ada di sebelah kanan.

"Hah, siapa ya? Seingatku aku kemarin udah bayar uang kost deh?" Laras bergumam mencoba menerka siapa gerangan orang yang mengetuk pintu kostnya.

"Paket!"

Laras membulatkan mata saat dia mendapati suara dari orang yang menggedor-gedor pintunya, "Paket apaan? Aku mana ada check out barang." Biar bingung, wanita itu tetap bangkit dari duduk lesehannya.

Bahkan dia sudah tidak peduli lagi kalau sinetron kesukaannya itu, sudah memunculkan tulisan bersambung dan menampilkan cuplikan untuk episode selanjutnya. Padahal, jika sampai mengetahui itu, Laras bisa mencak-mencak di tempat karena merasa digantung.

"Bentar!" Laras sedikit menjerit. Wanita itu berjalan dengan sedikit pincang mendekati pintu.

Setelah sampai di balik lawang, dia tidak membukanya lebih dulu. Akan tetapi, Laras jauh lebih memilih untuk meraih topi hitam yang tergantung di sebuah gantungan baju yang terpasang di pintu.

Laras mengenakan topi hitam itu, lalu memposisikan helaian rambutnya untuk menumpuk di sisi kiri dan kanan. Dia begitu karena ingin menghindari tatapan aneh dari orang-orang yang melihat luka bakar yang berada di sisi ekor mata kirinya.

"Maaf, Pak." Laras langsung menunduk dan enggan untuk menatap lurus ke depan, membuat kurir barang yang saat ini berada didepannya langsung melayangkan sebuah tatapan aneh. Seperti yang Laras perkiraan tadi.

"Ini, Mbak." Kurir pengantar paket itu menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang tepat ke hadapan, Laras.

Laras yang menyadari itu, langsung mengambilnya, "Berapa, Pak?" tanyanya, seolah dia tidak ingin berlama-lama di situasi ini.

"Sudah dibayar, Mbak. Tapi, saya mau foto dulu biar jad-"

"Kalau begitu makasih dan saya minta maaf karena tidak ingin difoto." Laras membanting pintu, membuat Kurir pengantar paket itu cengo sembari mengerjap-ngerjapkan mata.

"Barangnya maksud saya, Mbak," gumam si Kurir dengan nada lemah dan sedikit terkejut.

***

Seperti malam-malam sebelumnya. Saat ini keadaan lalu lintas di kawasan Glora, tengah ramai-ramainya. Bukan hanya di jalanan saja, tapi di trotoar juga dipenuhi oleh para pejalan kaki, termasuk Laras.

Dia dengan setelan celana jeans dan sebuah sweeter berkupluk, tengah berjalan di ramainya trotoar kawasan Glora. Di tengah-tengah orang yang berjalan normal, hanya Laras lah yang kelihatan mengayunkan langkah pelan dan gerakan kakinya pun sedikit pincang.

Terlepas dari semua itu, dia juga sedari tadi berjalan dengan kepala menunduk, "Maaf," ucap Laras saat ada orang yang menubruk bahunya, hingga membuat dia oleng dan hampir jatuh.

"Jalan matanya dipake!"

Laras hanya diam dan terus menyembunyikan wajahnya, seolah dia begitu sangat takut memperlihatkan rupa dibalik kupluk itu.

"Orang aneh!" hardik orang yang menabrak itu dengan kesal, lalu dia memutar tubuhnya untuk menunggu lampu jalan untuk pejalan kaki, berubah hijau.

Laras lagi-lagi diam. Dia memilih untuk membungkuk dan meriah sebuah cincin yang tadi terlepas dari genggaman tangannya. Bukan cincin emas asli sih, melainkan itu cincin palsu dan dia mendapatkannya juga dari paket yang diterima sore tadi.

Setelah memungut cincin itu, Laras sedikit menenggakkan kepalanya, lalu memutar arah ke kiri, untuk menyebrang. Lama wanita itu menegakkan kepala, hingga membuat beberapa orang melihat aneh dirinya.

Laras yang mendapati tatapan seperti itu mulai tidak nyaman. Dia menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke kanan dan kiri. Saat sudah merasa bisa menyebrang, Laras langsung melangkah cepat, walau lampu jalan untuk pejalan kaki masih merah.

Bunyi klakson langsung memenuhi area perempatan. Laras yang mendengar itu semakin melangkah cepat dan dia tidak memperdulikan kalau saat ini kaki kanannya sedang menjerit kesakitan.

"Dungu, lihat lampu jalan enggak?"

Segala cacian mulai Laras dengar, tapi wanita itu masih tidak peduli. Dia sekarang hanya memikirkan cara agar tidak menjadi pusat perhatian.

Laras berhasil mengembuskan napas lega saat kedua kakinya kembali menapak ke trotoar. Dia tanpa menunggu lama atau menghilangkan rasa sakit di kaki kanannya, langsung mengayunkan langkah.

Jujur, jika Tuhan bisa memberikan uang tanpa bekerja. Laras lebih memilih untuk tetap berada di dalam rumah saja. Dia itu paling benci jika harus berada di tempat umum, lalu dijadikan bahan perhatian. Laras benci saat di mana, pandangan aneh semua orang tertuju kepadanya.

Padahal dia tidak melakukan apa pun, tapi semua orang selalu saja memberikan tatapan seperti itu. Namun, bisa juga, Laras lah yang berpikiran seperti itu.

***

"Jangan telat dan jangan biarkan aku menunggu terlalu lama. Dari seseorang yang akan kamu cintai." Laras kembali membaca tulisan yang ada di secarik kertas kecil warna pink.

Dia mendapatkan kertas itu di kotak paket sore tadi. Malahan, sebelum menemukan cincin itu, Laras jauh lebih dulu mendapati secarik kertas tersebut. Inilah yang membuat wanita itu bingung dan bertanya-tanya Siapa gerangan orang yang mengirimkan paket itu.

Laras menggelengkan kepalanya, kerja dan pulang. Jadwal malam ini adalah itu, batin Laras sembari melipat kertas kecil itu menjadi lebih kecil, lalu memasukkannya ke dalam saku celana jeans yang dia kenakan.

Kok kosong? ke mana orang-orang? ucap Laras dalam hati, saat dia mendapati coffie shop tempat dia bekerja masih sepi. Bahkan di sana tidak ada cahaya yang menerangi. Padahal sudah jelas ini sudah masuk jam di mana, Cafe sudah buka.

mungkin mereka masih belum datang. Lagian aku lihat tadi di parkiran ada mobil manager dan satu mobil lagi entah siapa yang punya, batin Laras kembali dan dia langsung melangkah mendekati pintu kaca milik Coffie shop tersebut.

"Permisi." Laras mendorong pelan pintu kaca itu, lalu kemudian dia melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam.

"Akhirnya datang juga. Bukankah aku sudah mengatakan kalau kau tidak boleh terlambat?" Laras langsung dibuat bungkam dan membulatkan mata saat penerang Cafe itu menyala dan menampilkan sosok laki-laki yang sangat-sangat dia kenali.

"Selamat datang, Laras Ayudia." Laki-laki itu kembali berucap. Parahnya, saat ini Laras melihat dengan jelas kalau wajah pria itu saat ini berada di hadapannya.

"Satria Guntur Prasetyo?" gumam Laras tanpa sadar. Bahkan saat ini dia tidak bisa percaya kalau wajah orang yang selalu dia kagumi itu, berada tepat di depannya.

"Yap. Ternyata kamu kenal aku. Artinya, kita saling kenal dong. Terus, boleh dong aku ajak kamu pergi?" Belum tersadar dari kenyataan yang mendapati sosok Guntur dihadapannya, Laras kembali dibuat tidak bisa percaya dengan ucapan laki-laki itu. anehnya, dia juga malah menganggukkan kepala layaknya orang bodoh.

#Bersambung

Terpopuler

Comments

Chantika putri borpas(mukhbita

Chantika putri borpas(mukhbita

ditunggu thorr

2022-08-03

1

Jalma Listya

Jalma Listya

aku udah vote, lanjut kak

2022-08-03

1

Mawar Berduri

Mawar Berduri

lanjut thor

2022-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!