Apartment Ardan
Ardan melangkahkan kakinya dengan gontai memasuki unit apartemennya, pikirannya benar benar kacau dan tidak terkontrol saat ini.
Kau anak yang tidak becus!
Bagaimana bisa kau mengambil tender besar, jika vendor kecil tidak bisa kau tangani...
Lihatlah adik mu, ia sukses walau tanpa menggunakan embel embel nama papa
Kamu...
Kamu...
Kamu...
"Sudah diam hentikan!" teriak Ardan kemudian ketika mendengar kembali ucapan demi ucapan dari Zayan yang terus saja merendahkannya menggema di telinganya.
Ardan menjambak kasar rambutnya dengan frustasi, sudah bertahun tahun Ardan mendengarnya langsung keluar dari mulut Zayan tapi entah mengapa rasanya tetap saja terasa sakit dan sakit.
Ardan melangkahkan kakinya dengan kesetanan menuju ke arah lemari kecil yang terletak di belakang sofa, kemudian melemparkan seluruh pajangan dan beberapa foto yang terletak di atas lemari itu dengan satu kali sapuan tangan.
Arggggg
Semua jatuh berhamburan dan berserakan ke mana mana memenuhi lantai apartmentnya. Ardan benar benar muak terus terusan seperti ini, jika harus memilih lebih baik dia tidak dilahirkan saja ketimbang harus menanggung beban berat seperti ini.
Ardan menatap ke arah barang barang dan juga foto yang berserakan di bawah, pandangannya lantas terhenti di antara foto masa kecilnya di mana terdapat foto Fabian di sana.
"Aku benci benci benci dirimu! harusnya kau tidak usah dilahirkan jika hidup mu selalu membuat diriku seperti bayangan!" ucapnya dengan nada penuh penekanan sambil menginjak foto Fabian dengan sepatunya berulang kali. "Arrggg!" teriaknya kemudian dengan kesal.
******
Keesokan paginya
Alia yang sedang asyik mengarungi mimpinya lantas terbangun ketika mendengar pintu kamarnya di ketuk dari luar. Alia mengerjapkan matanya berkali kali sambil menguap karena masih mengantuk.
Tok tok tok
"Iya iya sebentar..." ucapnya sambil hendak bangkit namun langsung terhenti ketika menyadari satu hal yang berbeda. "Suara ku kembali!" pekiknya dengan nada yang riang gembira.
Alia yang senang suaranya telah kembali lantas berniat membangunkan Allea dan memberitahunya secara langsung.
"Arg jangan berisik... aku mengantuk..." ucap Allea sambil melemparkan bantal ke arah Allea agar diam dengan nada suara yang serak khas bangun tidur.
Alia yang menerima lemparan bantal tersebut lantas langsung terdiam sambil menangkap bantal tersebut. "Baiklah kak!" ucapnya lirih ketika melihat Allea sama sekali tidak ingin di ganggu.
Tok tok tok
"Iya aku datang" ucapnya kemudian yang baru sadar ia belum membuka pintu sedari tadi.
Dengan perlahan Alia lantas membuka pintu dan terlihat Fabian di sana tengah menatapnya dengan tatapan menelisik.
"Ada apa?" tanya Alia ketika melihat tatapan aneh dari Fabian.
Sedangkan Fabian yang mendapat pertanyaan tersebut lantas terkejut karena mendengar suara Alia telah kembali.
"Suara mu... sudah kembali?" tanya Fabian kemudian yang langsung membuat Alia tersenyum ketika mendengarnya.
"Iyap" ucapnya dengan senyum mengembang.
Fabian yang mendengar jawaban tersebut lantas bahagia hingga tanpa sadar langsung memeluk Alia begitu saja sambil mengelus rambutnya perlahan.
"Selamat ya... aku ikut bahagia mendengarnya." ucap Fabian sambil memeluk Alia dengan erat.
Alia yang di peluk dengan tiba tiba tentu saja terkejut dan tidak bisa bereaksi apa apa, ada sedikit perasaan senang namun juga terkejut bercampur menjadi satu sekaligus, membuat Alia bingung harus bereaksi seperti apa di saat situasi seperti ini.
Fabian yang menyadari tingkah lakunya aneh yang tiba tiba memeluk Alia, lantas langsung melepaskan pelukannya perlahan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf" ucap Fabian dengan singkat.
"Ehem santai saja." jawab Alia kemudian sambil mengatur ritmenya perlahan karena jujur saja ia juga terbawa ke dalam pelukan Fabian barusan.
Perlahan keadaan menjadi hening tiba tiba sepertinya keduanya tengah dalam suasana yang canggung kali ini, sampai kemudian Alia mulai membuka kembali percakapan.
"Ada apa kamu mencari ku?" tanya Alia kemudian.
"Aku hanya ingin mengajakmu membeli beberapa perlengkapan untuk Resto karena aku tidak menemukan siapapun untuk aku ajak bersama." ucap Fabian mencari alasan agar Alia mau ikut dengannya.
"Bukankah ada karyawan mu di bawah atau leader mereka yang bisa kau ajak?" ucap Alia tidak percaya begitu saja.
"Aku tidak bisa mengajak mereka karena Resto sedang rame hari ini." ucapnya lagi.
"Kak Allea pasti mencari ku nanti jika aku tiba tiba pergi." ucap Alia kemudian sambil menunjuk ke arah kamar.
"Tak perlu khawatir biar nanti Valdi yang menjaganya." ucap Fabian memberikan solusi berharap Alia tidak menolaknya lagi.
"Tadi katamu tidak menemukan seseorang, tapi bukankah masih ada Valdi?" ucap Alia lagi lagi menolak ajakan Fabian.
"Astaga...." ucapnya dalam hati dengan kesal karena Alia sedari tadi terus saja bertanya dan menolak.
"Valdi sedang sibuk membuat laporan, tapi ia masih bisa jika harus menjaga kakak mu. Bukankah tidak mungkin jika Valdi mengerjakan laporan sambil ikut dengan ku Al...." ucap Fabian kemudian dengan nada yang penuh penekanan, seakan menekankan bahwa tidak ada alasan lagi bagi Alia untuk menolak ajakannya.
"Tapi.." ucap Alia hendak menolak namun urung karena mendapat tatapan tajam dari Fabian yang tahu Alia akan mengatakan apa barusan. "Baiklah aku akan mandi sebentar, tunggulah aku tidak akan lama." ucap Alia pada akhirnya menyerah karena sepertinya sekeras apapun ia menolak Fabian pasti akan mempunyai seribu alasan untuk tetep membawanya pergi bersamanya.
"Baiklah aku akan menunggu mu di sofa, santai saja tak perlu terburu buru." ucap Fabian sambil tersenyum ke arah Alia kemudian melangkah pergi menuju sofa dan duduk di sana.
Alia yang melihat senyuman Fabian barusan hanya bisa menghela nafasnya panjang karena baik Fabian maupun Allea dua duanya benar benar memiliki satu kesamaan yaitu sama sama tidak ingin di bantah. Membuat Alia pada akhirnya hanya bisa menuruti permintaannya selagi itu masih masuk akal bagi Alia.
"Benar benar dua orang yang memiliki kepribadian yang sama, untung stok sabar ku masih melimpah." ucapnya dengan lirih sambil melangkah masuk ke dalam dan bersiap siap sebelum Fabian kembali memanggil namanya.
***
Di dalam mobil milik Fabian.
Terlihat Alia dan Fabian mulai duduk di dalam mobil, perlahan Fabian lantas menghidupkan mobilnya sedangkan Alia berusaha memasang sabuk pengamannya, hanya saja setelah Alia mencobanya beberapa kali tetap saja tidak bisa.
"Ada apa Al?" tanya Fabian.
"Sebentar nyangkut..." ucap Alia sambil berusaha menarik sabuk pengaman tersebut.
Fabian yang melihat Alia kesulitan lantas mendekatkan tubuhnya, berusaha untuk membantu Alia memakai sabuk pengaman tersebut.
"Astaga" pekik Alia dalam hati ketika tubuh tegap milik Fabian mendekat ke arahnya tanpa aba qba dengan jarak hanya beberapa senti saja. "Oh Tuhan...." ucap Alia dalam hati lagi ketika melihat jakun milik Fabian bergerak naik turun yang lantas membuat Alia menelan salivanya dengan kasar.
Bruk...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩᗩGEᑎᑕY🍀🅣🅗🅐Bening🍆
krn ortu yg gk bijak.. bkn mengayomi anak2nya.. malah membuat masalah utk anak2nya hingga ardan punya perasaan benci pd adiknya...🙄🙄
2022-10-13
0