Keesokan paginya
Alia sudah bersiap rapi hendak memulai aktivitasnya. Dilihatnya seluruh penampilannya dengan seksama lalu tersenyum. Alia bersyukur bibirnya sekarang sedikit kempes dan perlahan mulai pulih. Hanya saja untuk menghindari dari debu dan beberapa kotoran yang kemungkinan akan kembali menginfeksinya Alia memutuskan untuk menggunakan masker.
Alia menoleh ke arah kakaknya yang masih tertidur di sana. Di goyangkannya tubuh sang kakak beberapa kali untuk membangunkannya namun Allea sama sekali tidak bergerak, membuat Alia lantas menyerah membangunkan Allea kemudian keluar dari sana.
Baru saja keluar dari kamar, langkahnya lantas terhenti ketika melihat Fabian tengah menatap ke arahnya dengan tatapan yang tak suka kepada Alia.
Ada apa?
Tulis Alia pada ponselnya seakan mempertanyakan apa maksud dari pandangan Fabian padanya barusan.
"Mau kemana sudah rapi begitu?" tanya Fabian kemudian.
Mau ke depan kerja
Tulisnya lagi dengan bingung akan pertanyaan Fabian yang malah bertanya hal yang sudah tentu dia tahu jawabannya.
"Hari ini kamu libur aku memberikan mu cuti." ucap Fabian dengan singkat tanpa ingin di bantah sama sekali, sedangkan Alia yang mendengar hal itu malah di buat semakin bingung akan sikap Fabian yang terus terusan seperti ini.
Kamu tidak bisa begitu dong, akan sangat aneh jika nanti karyawan mu tahu aku ada di sini. Lagi pula aku harus bekerja, mana bisa aku bermalas malasan di tempat kerja seperti ini?
Protes Alia dalam tulisannya seakan tidak menyetujui saran Fabian barusan, tunggu yang di katakan Fabian tadi bukanlah sebuah saran melainkan sebuah perintah yang harus di patuhi oleh Alia.
Fabian yang melihat sekilas tulisan Alia hanya diam tanpa menjawab ataupun menyanggahnya, Fabian malah terlihat melangkah ke arah pantry dan membawa nampan berisi makanan sehat yang baik untuk pemulihan Alia serta tak lupa segelas susu juga tersedia di sana.
Tanpa banyak bicara Fabian lantas menarik tangan Alia dan menyuruhnya untuk duduk dengan tenang di sofa.
"Makanlah dan pulihkan dulu tubuh mu, aku akan mengijinkan mu bekerja setidaknya sampai suara mu keluar, bagaimana?" ucap Fabian dengan nada yang lembut namun malah membuat Alia melotot hendak kembali menulis kata kata omelan untuk Fabian.
Fabian yang melihat reaksi Alia barusan, lantas dengan spontan menyentil dahi Alia dengan pelan sehingga mengurungkan niat Alia yang tadinya ingin menulis kata kata omelan.
Dielusnya perlahan dahinya yang sedikit terasa sakit karena ulah Fabian barusan, namun Fabian malah sedikit tersenyum melihat reaksi Alia yang menurutnya lucu barusan.
"Tidak ada penolakan karena aku membenci itu, lakukan saja perintah ku atau aku akan mengurung mu di sini." ucap Fabian lagi dengan nada yang tegas kali ini.
Tapi....
Tulis Alia namun urung karena Fabian langsung memotongnya setelah tahu apa yang akan di tulis oleh Alia di ponselnya.
"Sudah ku bilang tidak ada penolakan, kenapa kamu tidak mengerti juga? sekarang makan sarapan mu karena aku akan menunggu mu di sini menghabiskan sarapan mu." ucap Fabian dengan tegas sambil mengeluarkan ponselnya. "Oh ya kalau kamu menghawatirkan kakak mu kamu tenang saja karena aku juga sudah menyiapkan sarapan untuk kakak mu. So sekarang tidak ada alasan lagi untuk mu kembali menolak opsi yang aku berikan barusan." ucap Fabian dengan memperingatkan Alia namun matanya fokus menatap ke arah ponselnya.
Pada akhirnya Alia hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan pria di hadapannya ini. Dengan wajah yang cemberut Alia mulai melepas maskernya dan memakan makanannya secara perlahan.
Tanpa Alia sadari seulas senyum terlihat terbit dari wajah tampan Fabian ketika memperhatikan Alia yang makan dengan wajah yang cemberut.
"Benar benar menggemaskan." ucapnya dalam hati sambil kemudian kembali fokus menatap ke arah ponselnya.
Ketika keduanya sedang sibuk dengan aktivitas masing masing, sebuah deringan ponsel mengejutkan keduanya yang sedang dalam posisi hening.
"Aku akan mengangkat telpon dulu." ucap Fabian kemudian yang di balas anggukan oleh Alia.
Fabian kemudian lantas melipir sedikit menjauh ke luar dari ruangannya, sepertinya telponnya sangat penting sehingga ia tidak ingin percakapannya di dengar oleh Alia.
Alia yang melihat kepergian Fabian keluar hanya acuh dan tetap meneruskan makannya tanpa perduli mengapa Fabian mengangkat telponnya di luar. Tentu saja alasannya karena keduanya tidak mempunyai hubungan khusus apapun yang membuat Alia seakan acuh dengan sikap Fabian barusan.
***
Sementara itu setelah melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya Fabian lantas menggeser ikon berwarna hijau pada layar ponselnya sebelum mati.
"Halo" ucap sebuah suara dari seberang sana tepat ketika Fabian menggeser ikon berwarna hijau pada layar ponselnya.
"Apakah di sana saat ini sedang turun hujan? tumben sekali kamu menelpon ku." ucap Fabian dengan nada yang menyindir pada lawan bicaranya di telpon.
"Apa kamu sedang marah sekarang?" ucapnya dengan nada yang lembut dan di buat sedikit manja untuk meluluhkan hati Fabian agar tidak lagi marah padanya.
"Tidak usah menggoda ku dengan kata kata yang manja seperti itu karena kau tahu aku tidak pernah mempan dan luluh akan kata kata mu." ucap Fabian memperingati yang sadar kini Shila tengah merayunya.
Ya telpon yang kini sedang di angkat oleh Fabian berasal dari Shila sahabatnya yang kini tengah menempuh S2 di Amrik dan lama sekali tidak pernah lagi menghubunginya selama 2 tahun belakangan ini. Entah karena sibuk atau memang malas Fabian tidak tahu dengan jelas apa alasannya.
"Ayolah Bi... aku menelpon untuk mengabari mu hal baik tapi kamu malah seperti ini pada ku." ucap Shila lagi.
Mendengar hal itu Fabian lantas menghela nafasnya panjang menghadapi Shila harus selalu ekstra sabar. "Baiklah katakan ada apa?" tanya Fabian kemudian dengan nada yang lebih lembut.
"Aku akan pulang ke Indonesia minggu depan, bagaimana apa kamu senang mendengarnya?" ucap Shila dengan suara yang gembira memberikan kabar kedatangannya kepada Fabian barusan.
Mendengar hal itu Fabian lantas terdiam, entah mengapa mendengar kabar yang seharusnya membahagiakan bagi Fabian malah terasa biasa saja. Padahal dulu Fabian terus menanyakan kepada Shila tentang kapan ia kembali? namun di saat Shila benar benar akan kembali Fabian malah tidak merasakan getaran apapun di sana.
"Halo Bi... apa kamu mendengar ku?" panggil Shila lagi karena Fabian sedari tadi hanya diam saja tanpa menanggapi ucapannya sama sekali.
"Iya aku mendengar mu." ucap Fabian kemudian.
"Jadi apakah hanya itu tanggapan mu? tidak adakah celebration atau sejenisnya untuk penyambutan ku?" tanya Shila dengan nada yang penuh penasaran.
"Nanti saja kita bicarakan ketika kamu sudah berada di sini. Sekarang aku tutup dulu ada banyak pelanggan yang sedang menunggu di sini." ucap Fabian kemudian beralasan.
"Yah aku kan belum selesai ceritanya Bi..." ucap Shila tidak ingin mengakhiri panggilannya.
"Nanti kita lanjut lagi, see you." ucap Fabian kemudian menutup sambungan telponnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments