Resto
Ardan yang melihat Allea sudah mulai membaik, lantas melangkahkan kakinya ke arah mini bar yang biasa di gunakan untuk memesan makanan atau sekedar nongkrong menikmati suasana Resto.
"Di mana dia?" tanya Ardan yang lantas di balas karyawan lainnya dengan tatapan bingung.
"Dia siapa ya pak?" tanya salah satu dari mereka memberanikan diri.
"Seorang perempuan yang bertugas melayani pesanan pelanggan hari ini." ucap Ardan dengan nada yang tegas.
"Oh maksud anda Lira? dia sedang ada di dapur sekarang pak." ucapnya lagi.
Setelah mendengar bahwa Lira berada di dapur, Ardan yang tidak ingin menyianyiakan waktu lantas langsung melangkah menuju ke arah dapur untuk berbicara dengan wanita yang di panggil Lira tadi.
Di dapur, Ardan yang melihat Lira sedang mengelap beberapa cangkir lantas langsung menariknya dengan kasar membuat Lira yang tidak tahu apa apa lantas langsung di buat kebingungan. "Kamu ikut saya sekarang!" ucap Ardan kemudian sambil menarik tangan Lira agar mengikuti langkah kakinya.
"Lepaskan saya pak? apa yang sebenarnya anda lakukan?" ucap Lira setengah memberontak membuat beberapa karyawan Resto dan juga pelanggan yang datang menatap aksi saling tarik keduanya.
Ardan benar benar tidak memperdulikan tatapan orang orang yang melihatnya dengan tatapan penuh tanda tanya sekaligus penasaran. Sampai kemudian ketika jarak meja yang saat ini tengah di tempati Allea sudah semakin dekat, Ardan lantas melepas cengkraman tangannya dan sedikit mendorong tubuh Lira agar mendekat ke arah Allea.
Baik Allea maupun Lira tentu saja terkejut melihat tingkah Ardan yang tiba tiba tanpa penjelasan yang jelas sama sekali.
"Minta maaf padanya!" teriak Ardan kemudian membuat semua orang yang ada di sana lantas terkejut.
Lira yang mendengar bentakan tersebut lantas terdiam bingung harus bersikap bagaimana. "Tidak mungkin pak Ardan tahu bukan apa yang aku lakukan?" batin Lira dalam hati sambil masih menunduk terdiam.
"Minta maaf atau aku akan membongkar segalanya!" ucap Ardan lagi yang lantas membuat semua orang saling pandang satu sama lainnya mencoba menerka nerka ada masalah apa lagi kali ini.
"Sa.... saya..."ucap Lira namun tercekat karena jujur saja ia sangat benci mengakui hal ini.
"Ada apa ini kak?" tanya sebuah suara yang berasal dari arah belakang terdengar semakin mendekat ke arah mereka.
"Alia!" pekik Allea yang melihat Alia berjalan mendekat ke arah mereka dengan menggunakan masker.
"Waduh mati aku!" ucap Lira dalam hati ketika melihat kedatangan Fabian dan juga Alia.
Fabian kemudian menuntun Alia untuk duduk di salah satu kursi kosong agar bisa beristirahat sejenak di sana. Setelah itu baru Fabian melangkahkan kakinya mendekat ke arah Ardan.
"Syukurlah kamu di sini, pegawai mu yang satu ini benar benar luar biasa...." ucap Ardan dengan nada yang di buat buat seakan kagum akan ulah Lira.
Lira hanya tertunduk diam tak berani menjawab, bukan karena takut hanya saja dia sedang berakting mencari simpati agar bebas dari masalah ini.
"Apa maksud kakak?" tanya Fabian dengan bingung.
"Dia yang merubah pesanannya menjadi nasi goreng seafood tadi, bukankah sangat mengesankan? dapat dari mana kamu karyawan yang cerdas seperti ini?" sindir Ardan secara langsung membuat Lira kali ini benar benar tidak berkutik.
Sementara Fabian yang mendengar ucapan kakaknya lantas beralih menatap ke arah Lira seakan penuh selidik dan meminta penjelasan padanya.
"Sebaiknya kamu mengaku saja karena aku tidak hanya menjumpai kelakuan mu ini satu dua kali namun berkali kali, bukankah ini saatnya kamu mengakui kesalahan mu?" ucap Fabian kemudian namun dengan nada yang lebih lirih dari pada Ardan.
"Tapi pak saya sungguh tidak melakukan hal itu, ini semua fitnah." ucap Lira mencoba membela diri.
"Jangan coba coba berkelit aku bahkan..." ucap Ardan hendak kembali memarahi Lira namun langsung di tahan oleh Fabian.
"Kak jangan terlalu emosi, Lira sudah mengatakan bukan dia yang melakukannya jadi untuk apa kita masih meributkan hal ini." ucap Fabian yang lantas mendapat tatapan bingung dari semua orang termasuk Alia yang sedari tadi duduk dan memperhatikan mereka.
"Bagus, dasar bodoh begitu saja langsung percaya." ucap Lira dalam hati dengan senyum yang tipis.
"Kamu... bagaimana mungkin?" ucap Ardan dengan bingung namun Fabian hanya menatapinya dengan tersenyum.
Di tengah kebingungan orang orang di sekitarnya, Fabian kemudian lantas memanggil Valdi agar mendekat ke arahnya.
"Val bukankah mini bar kita memiliki kamera pengawas, bawa rekaman itu ke sini aku ingin melihatnya. Aku yakin di sana pasti terekam dengan jelas apakah pesanan tersebut benar benar telah di ganti oleh Lira." ucap Fabian kemudian yang tentu saja langsung membuat mimik wajah Lira berubah menjadi panik.
Lira yang bingung harus bagaimana lantas langsung mendekat ke arah Fabian dan bersimpuh hendak memohon pengampunan.
"Maafkan saya bos, saya benar benar tidak bermaksud... mungkin saya salah dengar tadi dan tak sengaja mengganti pesanannya." ucap Lira dengan nada yang memelas berharap Fabian akan memaafkannya.
Mendengar pengakuan Lira barusan membuat Fabian lantas tersenyum, padahal ini hanyalah sebuah jebakan, Fabian tidak pernah benar benar memasang kamera pengawas di mini bar.
"Apa kamu masih ingin berkelit lagi?" tanya Fabian dengan nada yang dingin kali ini.
"Tidak bos saya salah maafkan saya." ucap Lira kemudian.
"Mulai hari ini kamu saya pecat, jangan pernah datang lagi ke sini! pergi kamu" ucap Fabian kemudian dengan nada yang tegas membuat Lira lantas kebingungan karena awalnya ia mengira Fabian akan berbelas kasihan padanya mengingat ia sudah lama menjadi bagian dari Resto miliknya.
"Sialan!" batin Lira.
Mengetahui bahwa dirinya di pecat Lira lantas bangkit kemudian menoleh sekilas dengan tatapan penuh amarah kepada Alia dan Allea, lalu melenggang pergi dari sana sambil menahan malu karena banyaknya pasang mata yang menatapnya sedari tadi.
"Dia benar benar berbeda" ucap Alia dalam hati ketika melihat cara Fabian dalam menyelesaikan masalah yang begitu tenang dan santai namun dapat terselesaikan, sungguh berbanding terbalik dengan Ardan kakaknya yang lebih mengedepankan emosinya terlebih dahulu.
"Ku kira kamu tadi bodoh dan hendak memaafkannya!" sindir Ardan dengan muka yang dingin menatap ke arah Fabian.
"Tentu saja tidak, lagi pula kenapa kakak masih di sini dan bukannya ke kantor?" tanya Fabian kemudian yang baru sadar kakaknya malah betah berada di Resto miliknya.
"Memang sekarang jam berapa?" tanya Ardan dengan polosnya.
"Jam 3 sore" jawab Fabian dengan singkat.
"Astaga! kenapa kamu tidak bilang dari tadi? hari ini kakak ada meeting penting." gerutu Ardan kemudian melenggang pergi meninggalkan Fabian yang hanya menatap kepergian kakaknya dengan tersenyum.
"Dasar, penyakit lama terulang kembali. Aku yakin ada seseorang yang tengah mengusik hatinya saat ini, hingga membuatnya betah berada di sini sedari tadi." ucap Fabian dalam hati sambil menatap kepergian kakaknya hingga menghilang dari pandangannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments