"Katakan padaku bagaimana detailnya kak Allea bisa pergi bersama kak Ardan." ucap Fabian kemudian dengan nada yang tegas sambil melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangan pribadinya.
Valdi yang mendapat pertanyaan tersebut, lantas melangkah mendekat ke arah Fabian yang kini sudah duduk pada kursi kebesarannya dan memberikan ponsel miliknya untuk mulai memutar rekaman kamera pengawas tepat sebelum kejadian itu berlangsung.
"Bagaimana ceritanya kakak tiba tiba membawa kabur anak orang begitu saja? apa otaknya sudah benar benar bergeser? harusnya dia ada di kantor jam jam segini, kenapa malah berkunjung kemari dan membuat ulah?" gerutu Fabian dengan kesal atas tingkah laku sang kakak yang berbuat seenaknya.
Dengan perasaan yang kesal namun juga tak habis pikir, Fabian lantas mulai merogoh saku celananya mengambil ponsel dan langsung mendial nomor Ardan di sana.
"Halo" ucap sebuah suara di seberang sana yang sepertinya tengah bahagia kali ini jika terdengar dari nada suaranya.
"Kakak dimana?" tanya Fabian secara to the point.
"Di mobil sedang menuju ke Resto mu, ada apa Bi?" ucap Ardan balik bertanya pada Fabian.
"Kakak masih tanya ada apa? kakak bahkan sudah menghebohkan Alia yang bingung mencari keberadaan kakaknya ke sana kemari, dan kakak masih tanya ada apa?" ucap Fabian dengan nada yang menyindir.
"Ayolah Bi jangan terlalu ketus seperti itu, aku hanya mengajak Allea jalan jalan bukan ingin menculiknya, kenapa kamu heboh sekali sih?" ucap Ardan dengan entengnya membuat Fabian tidak lagi bisa berkata kata.
"Terserah padamu kak, yang jelas segera pulang karena Alia khawatir sedari tadi mencari keberadaan kakaknya." ucap Fabian kemudian dengan nada yang tegas seakan tidak mau di bantah.
"Ya ya ya aku sudah dekat dengan Resto santai lah sedikit jangan terlalu tegang begitu." ucap Ardan kali dengan tawa kecil pada akhir ucapannya kemudian memutus sambungan telponnya secara sepihak, membuat Fabian lantas berdecak dengan kesal.
"Sebenarnya apa yang merasukinya sehingga tiba tiba ia seperti ini?" ucap Fabian bertanya tanya setelah panggilan teleponnya terputus barusan.
"Lalu sekarang bagaimana bos?" tanya Valdi dengan nada yang pelan karena ia tahu saat ini Fabian tengah kesal karena ulah kakaknya itu.
"Dimana Alia?" tanya Fabian kemudian.
"Mungkin sedang ada di depan menunggu kepulangan kakaknya." ucap Valdi sambil menunjuk ke arah bawah.
"Baiklah aku akan ke sana dan mengurusnya, kamu selesaikan masalah yang tertunda dengan VH Company aku yakin mereka pasti tersinggung karena kepergian ku yang tiba tiba tadi." ucap Fabian memberikan perintah.
"Baik bos, saya permisi dulu." ucap Valdi kemudian melenggang pergi dari sana untuk mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Fabian barusan.
***
Sementara itu di area luar Resto, terlihat Alia tengah menunggu kedatangan kakaknya dengan khawatir. Alia tahu bahwa Ardan adalah kakak dari Fabian, hanya saja Alia tetap saja merasa cemas akan keadaan kakaknya itu.
"Kenapa pak Ardan dan kak Allea lama sekali kembalinya sih?" ucap Alia dalam hati sambil terus mondar mandir di depan.
"Apa kak Lea dan juga kak Ardan belum pulang?" tanya Fabian yang datang mendekat ke arah Alia dari dalam Resto.
Alia yang mendengar hal itu lantas langsung menoleh ke arah sumber suara kemudian menggeleng beberapa kali dengan manik mata yang sendu.
"Tenanglah... kak Ardan sedang menuju ke arah sini pasti sebentar lagi akan sampai." ucap Fabian menenangkan yang di balas anggukan oleh Alia. "Aku minta maaf atas kelakuan kakak ku Al, aku tidak tahu mengapa kak Ardan bisa tiba tiba membawa kak Allea pergi." ucap Fabian kemudian dengan nada yang penuh penyesalan.
Alia yang mendengar perkataan Fabian barusan lantas langsung memegang lengan laki laki itu kemudian menatapnya cukup dalam, lalu tersenyum mengisyaratkan bahwa ia tidak ada masalah tentang hal tersebut walau tentu saja senyum itu tidak akan bisa terlihat oleh Fabian karena memang Alia tengah mengenakan masker saat ini.
"Terima kasih banyak Al." ucap Fabian kemudian yang paham maksud isyarat Alia barusan.
Tidak berapa lama keduanya berada di sana, dari kejauhan mobil Ardan mulai melaju mendekat dan parkir di depan Resto. Terlihat Allea dan juga Ardan perlahan turun dari mobil dan melangkah mendekat ke arah Alia dan juga Fabian yang telah menanti keduanya sejak tadi.
Allea yang melihat Alia sudah menanti di depan lantas berhamburan sambil berlari menuju ke arah Alia.
"Al..." teriak Allea sambil membuka tangannya lebar hendak memeluk Alia dengan raut wajah yang sumringah seperti telah memenangkan sebuah lotre.
"Kenapa rasanya kak Lea lebih tampak seperti orang yang baru pulang dari kencan pertamanya? apa aku saja yang terlalu khawatir dan berlebihan sejak tadi? sedangkan kak Allea bahkan terlihat baik baik saja." ucap Alia dalam hati ketika melihat kakaknya berlarian dengan gembira menuju ke arahnya.
***
Ruang pribadi Fabian.
Baik Fabian dan juga Ardan kini tengah duduk saling berhadapan tanpa pembicaraan sama sekali, membuat Ardan yang memang tidak terlalu suka keheningan lantas langsung menyudahi aksi saling tatap keduanya.
"Aku menyerah" ucap Ardan kemudian sambil mengangkat kedua tangannya di atas tanda menyerah.
"Sekarang katakan ada apa sebenarnya kak?" tanya Fabian lagi karena baginya kelakuan Ardan kali benar benar sangatlah aneh.
"Tidak ada yang ku lakukan Bi, aku hanya melihat Allea sendirian sambil mengamati kupu kupu, aku yang kebetulan lewat dan merasa simpatik lantas mengajak Allea untuk pergi melihat museum kupu kupu tak jauh dari Resto mu." jelas Ardan dengan santainya seakan tanpa beban.
"Ayolah kak... aku mengenal mu tidak hanya satu dua hari, aku sungguh tidak percaya jika memang semua yang kamu lakukan atas dasar rasa simpatik. Lagi pula tunggu... kakak bahkan tahu namanya, bukankah itu sesuatu yang besar?" ucap Fabian dengan nada yang menggebu gebu.
"Aku... aku baru mengetahui namanya tadi, lagi pula apa yang salah dari mengetahui nama seseorang? kenapa kamu heboh sekali?" ucap Ardan dengan acuh tak acuh.
Fabian yang sudah kehabisan kata kata lantas terdiam, kakaknya itu sama sekali tidak mau mengalah jika sedang berdebat dengannya.
"Dia bukan kak Rima jadi aku harap kakak tidak memanfaatkan hal itu hanya karena muka keduanya yang sekilas mirip." ucap Fabian tiba tiba yang lantas membuat raut wajah Ardan berubah seketika.
"Oh ya? aku bahkan tidak terlalu memperhatikannya." ucap Ardan berkelit padahal tanpa Fabian katakan pun Ardan juga mengetahuinya.
"Jangan seperti ini kak, jika kakak benar benar menyukai kak Allea mulai lah dengan baik dan benar, kak Allea dan juga kak Rima adalah dua orang yang berbeda. Terlebih lagi kak Allea adalah seseorang yang berkebutuhan khusus, kakak tahu itu bukan?" ucap Fabian mengingatkan dan menasehati Ardan.
"Aku hanya...."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
💜Bening🍆
dua cowok... dua rasa.... yg masih d bayang2i dgn hal masa lalu.. sehingga rasanya masih berasa abu2
2022-10-13
0