Karena sang mama selalu saja mendesaknya untuk membujuk Fabian, pada akhirnya Ardan memutuskan untuk menghampiri adiknya di resto miliknya. Ardan memarkirkan mobilnya lalu melangkah turun dari sana. Dari arah dirinya berdiri Ardan melihat sang adik tengah berbicara dengan seorang wanita cantik nan manis dengan raut wajah yang sumringah seakan terlihat Fabian begitu menikmatinya.
"Dia sedang jatuh cinta rupanya? tapi bukankah Bian dan Shila tengah menjalin hubungan, apa mereka sudah putus? entahlah bukan urusan ku juga." ucapnya dengan singkat kemudian melangkah mendekat ke arah di mana Fabian berada.
**
"Tapi ngomong ngomong bisakah kamu memanggil ku nama saja? lagi pula usia kita tidak terlalu jauh berbeda bukan?" ucap Fabian karena risih mendengar Alia terus memanggilnya bapak.
"Oh ya memangnya bapak umur berapa?" tanya Alia lagi dengan penasaran.
"Saya 27 tahun, bukankah tidak setua itu hingga mengharuskan mu memanggil ku bapak?" ucap Fabian dengan percaya diri.
"Em maaf saya baru 22 tahun... pak" ucap Alia sambil tersenyum seakan malu karena umurnya jauh di bawah Fabian. "Sepertinya muka saya terlalu boros ya pak hehehe..." ucap Alia kemudian sambil tersenyum garing, sedangkan Fabian yang mendengar hal itu lantas merasa tidak enak karena Alia malah menangkap ucapannya seperti itu.
"Bu... bukan begitu maksud saya..." ucap Fabian namun terpotong karena mendadak suara tawa yang tak asing mulai terdengar oleh Fabian.
"Hahahaha kau benar benar pandai melawak, sebenarnya bukan wajah mu yang boros namun Bian saja yang terlalu kepedean." ucap Ardan dengan tawa yang cukup keras membuat Fabian dan juga Alia lantas menoleh ke arahnya.
"Kakak? apa yang kakak lakukan?" tanya Fabian kemudian.
"Kakaknya ternyata" ucap Alia dalam hati ketika menatap ke arah Ardan yang memiliki paras tak kalah rupawannya dengan Fabian, namun dalam tampilan yang lebih dewasa dengan setelan jasnya.
"Apa aku tidak boleh mampir ke resto adik ku sendiri?" tanya Ardan dengan nada yang menggoda.
"Tentu saja boleh, bukankah aku tidak mengusir kakak sekarang?" sindir Fabian dengan nada mengejek.
"Kau benar benar adik yang durhaka rupanya ya..." ucap Ardan dengan nada yang kesal namun hanya di balas senyuman yang mengejek oleh Fabian.
"Lanjutkan kerja mu Al, aku akan kembali nanti setelah urusan dengan kakak ku selesai." ucap Fabian kemudian berpamitan pada Alia yang masih berada di sana.
"Tentu pak tak perlu sungkan." ucap Alia sambil tersenyum dengan manisnya.
"Aku harap ketika aku kembali kau tidak lagi memanggil ku bapak, ingat itu Al!" ucap Fabian sambil melenggang pergi dari sana meninggalkan Alia yang menatap kepergian keduanya hingga menghilang dari pandangannya.
"Andai kak Lea normal, mungkin kami berdua akan seperti Fabian dan juga kakaknya itu." ucap Alia dengan lirih sambil masih menatapi kepergian keduanya.
Setelah Fabian dan juga Ardan tidak lagi terlihat dalam pandangannya, Alia berlarian mendekat ke arah Allea dan langsung memeluknya dengan erat membuat bunga bunga palsu yang tersusun di keranjang tumpah dan berhamburan.
"Alia....." teriak Allea yang kesal akan tingkah Alia yang menganggu pekerjaannya.
Alia yang sadar melakukan kesalahan lantas langsung bangkit dari sana mencoba melarikan diri, membuat Allea yang melihat hal itu lantas ikut bangkit dan mulai mengejar Alia.
"Maafkan aku kak, aku tidak sengaja" ucap Alia sambil tersenyum.
"Ke...kemari kau... bi... biarkan aku memberi mu pelajaran.. dasar anak nakal!" ucap Allea sambil terus berusaha mengejar Alia dengan susah payahnya namun tidak kunjung tertangkap karena ruang geraknya yang terbatas.
***
Ruangan pribadi Fabian
Keduanya terlihat mulai memasang wajah serius ketika sudah duduk saling berhadapan di sofa yang terletak di ruangan pribadi milik Fabian.
"Jangan bilang kamu melupakannya, karena kakak datang untuk mengingatkannya kembali!" ucap Ardan kemudian sambil menatap ke arah Adiknya.
"Ayolah kak, itu bahkan masih esok hari tapi kakak sudah kembali datang seakan akan aku tidak muncul kemarin, bukankah ini berlebihan kak?" ucap Fabian dengan nada yang kesal.
Mendengar ucapan Fabian barusan lantas membuat Ardan menghela nafasnya panjang. "Kau tahu sifat mama seperti apa bukan? jadi jangan terus mengulang pertanyaan yang sama." ucap Ardan kemudian.
"Aku juga kan sudah bilang kalau aku akan datang besok, jadi kakak tidak usah khawatir bahwa aku tidak akan datang, akan aku pastikan bahwa besok aku akan pulang ke rumah, apa itu sudah membuat kakak puas?" ucap Fabian dengan nada yang kesal.
"Baiklah baiklah aku tidak akan memaksamu lagi tentang hal itu, hanya saja satu pertanyaan dari ku yang membuat ku sangat penasaran sedari tadi. Apa hubungan mu dengan Shila sudah berakhir? kenapa kamu sudah memulai dengan gadis baru yang tadi ada di depan?" ucap Ardan kemudian.
"Kakak jangan aneh aneh aku dan Shila tidak ada hubungan apapun kami hanya berteman baik dulu maupun sekarang." ucap Fabian dengan tegas.
"Lalu gadis yang di depan?" tanya Ardan yang masih penasaran karena Fabian hanya menjawab pertanyaannya setengah setengah.
Mendengar pertanyaan dari Ardan barusan membuat Fabian lantas terdiam karena ia juga bingung harus bagaimana menjelaskannya pada Ardan. Bukankah tidak mungkin jika Fabian mengatakan bahwa Alia adalah salah satu putri dari pasangan yang meninggal karena kecelakaan lima tahun yang lalu. Akan jadi apa kakaknya ketika benar benar mengetahui hal itu?
"Bian apa kamu mendengar kakak?" ucap Ardan lagi dengan nada setengah berteriak karena Fabian malah melamun dan tidak memberikannya jawaban apapun.
"Iya kak?" ucap Fabian kemudian yang tersadar dari lamunannya karena mendengar teriakan dari Ardan barusan.
"Lupakan saja lah ucapan ku tadi, aku rasa kamu belum siap mengatakannya padaku. Baiklah aku tidak akan memaksa mu lagi." ucap Ardan kemudian bangkit bersiap untuk pergi dari sana. "Ingat untuk datang ke mansion besok atau mama akan sedih karena mu!" ucap Ardan kembali mengingatkan sebelum kembali melangkah pergi.
"Ya ya ya aku akan datang promise." ucap Fabian dengan malas.
Setelah selesai dengan urusannya Ardan lantas melenggang pergi dari sana meninggalkan ruangan Fabian, sedangkan Fabian lantas kembali mendudukkan dirinya di sofa ketika kepergian Ardan dari ruangannya. Pikirannya lagi lagi melayang mengingat kembali kejadian masa lalu yang begitu sulit bagi Fabian untuk melupakannya.
"Jika kakak tahu tentang Alia dan juga kakaknya Allea pasti kakak akan menyesal dengan ucapannya. Sudahlah lagi pula aku sudah memilih untuk memikul nya, untuk apa aku kembali membuka kebenaran di masa lalu?" ucap Fabian kemudian setelah kepergian Ardan dari ruangannya sambil menghela nafasnya berulang kali, seakan mencoba menenangkan batinnya yang nampak kacau.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩᗩGEᑎᑕY🍀🅣🅗🅐Bening🍆
fabian ni tipe cowok yg mellow y
2022-10-13
0