Fabian yang melihat Alia kesulitan lantas mulai mendekatkan tubuhnya, berusaha untuk membantu Alia memakai sabuk pengaman tersebut.
"Astaga" pekik Alia dalam hati ketika tubuh tegap milik Fabian mendekat ke arahnya tanpa aba qba dengan jarak hanya beberapa senti saja. "Oh Tuhan...." ucap Alia dalam hati lagi ketika melihat jakun milik Fabian bergerak naik turun yang lantas membuat Alia menelan salivanya dengan kasar.
Tubuh Alia benar benar terkunci tak bisa bergerak ketika melihat pemandangan yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya, seakan ada aliran listrik yang perlahan menyengat tubuhnya, membuat Alia hanya bisa terdiam dan menatap makhluk ciptaan Tuhan tersebut tanpa berkedip sedikitpun, sampai kemudian...
Bruk
Alia yang salah tingkah karena jarak keduanya yang terlalu dekat, lantas tanpa sengaja menekan tombol pada kursi pengemudi yang membuatnya langsung terjun ke bawah dalam posisi terlentang.
Fabian yang tengah sibuk memasangkan sabuk pengaman pada Alia lantas terkejut ketika tiba tiba kursi Alia jatuh dalam posisi tiduran, sedangkan Alia yang di atasnya hanya bisa terdiam dengan posisi melotot karena ia juga terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
"Pfftt apa yang sebenarnya sedang kamu lakukan Al?" ucap Fabian kemudian sambil menahan tawanya ketika melihat ekspresi terkejut Alia.
"Aku... aku juga tidak tahu kenapa bisa jadi begini." ucap Alia dengan nada yang bingung sekaligus malu. Bisa bisanya ia melakukan hal bodoh seperti ini, ingin sekali rasanya Alia langsung pergi dan menghilang dari muka bumi ini saking malunya.
Sambil menahan tawa Fabian lantas menekan kembali tombol pada kursi tersebut dan mengembalikkan dalam posisi semula. Namun Fabian yang semula tertawa lantas tiba tiba terdiam ketika ia mengembalikan posisi kursi tersebut dan berakhir dengan jarak keduanya yang sangat dekat hingga hembusan nafas keduanya terasa satu sama lain.
"Bibir itu... begitu indah walau masih terlihat sedikit bengkak." ucapnya dalam hati sambil terus memandangi bibir Alia.
Alia yang tahu arah pandangan Fabian ke mana lantas dengan spontan menutup matanya membuat Fabian yang melihatnya lantas di buat terkejut karena ternyata Alia memikirkan tentang hal itu.
Seulas senyum mendadak terbit dari wajah tampan Fabian ketika melihat respon Alia yang langsung menutup matanya.
"Dasar nakal!" ucap Fabian kemudian sambil menyentil pelan hidung Alia kemudian kembali duduk di kursinya dengan tenang.
Alia yang mendapat sentilan tersebut lantas langsung memegang hidungnya kemudian menoleh ke arah Fabian dengan tatapan yang kesal, namun sayangnya ia tidak bisa meluapkan amarahnya di sini dan hanya bisa menahannya.
"Bersihkan otak mu dari pikiran pikiran kotor seperti itu." ucap Fabian kemudian dengan terkekeh geli mengingat kelakuan Alia tadi.
"Apa yang sedang kau katakan?" ucap Alia tidak terima namun sambil memegangi kedua pipinya yang mungkin saat ini sedang bersemu merah ketika mendengar ucapan Fabian barusan.
Fabian hanya tersenyum ketika mendengar sanggahan Alia tanpa menanggapinya sama sekali kemudian langsung melajukan mobilnya meninggalkan Resto.
"Benar benar bodoh kau Al... bodoh bodoh bodoh!" gerutu Alia dalam hati sambil memegang erat sabuk pengamannya berharap bisa meredakan rasa malunya yang terasa tembus sampai ke ubun ubun.
*****
Sementara itu pagi ini Ardan sama sekali tidak ingin pergi ke kantor dan malah melajukan mobilnya menuju ke arah Resto. Entah mengapa ia malah terpikir ke sini padahal di Jakarta banyak sekali tempat yang bisa ia kunjungi namun malah berakhir kembali di sini.
"Kenapa aku malah ke sini?" ucap Ardan dengan tatapan bingung karena ia sudah berhenti tepat di parkiran depan Resto milik Fabian. "Sudahlah, lagi pula sudah sampai di sini juga. Tanggung banget kalau harus balik lagi." imbuhnya kemudian.
Setelah cukup lama menimbang pada akhirnya Ardan memutuskan untuk turun dan melangkah masuk ke dalam Resto.
"Semoga saja aku tidak bertemu dengannya." ucap Ardan dalam hati sambil terus melangkah masuk hendak menuju ke arah taman Resto.
"Kupu kupu!" pekik seseorang yang tentu saja Ardan tahu siapa itu.
"Kenapa harus ketemu sih?" ucap Ardan sambil mempercepat langkahnya menuju ke arah taman berharap Allea tidak melihatnya.
Allea yang sejak awal mengetahui bahwa itu Ardan, lantas mempercepat langkah kakinya menyusul Ardan yang berjalan semakin cepat meninggalkan dirinya. Sampai pada akhirnya Allea berhasil menggapai lengan Ardan dan membuat langkahnya terhenti seketika.
"Aku... aku menemukan kupu kupu yang cantik di halaman depan tadi... mau meli.. hatnya bersama?" ucap Allea kemudian sambil memainkan kuku kuku jarinya.
"Jangan mengganggu ku saat ini, pergilah!" ucap Ardan dengan nada yang ketus sambil menghempaskan tangan Allea yang sedari tadi memegang lengannya.
Allea yang mendapat perlakuan itu tentu saja terkejut, hari ini Ardan benar benar terasa berbeda membuat Allea lantas mundur beberapa langkah karena terkejut ketika mendapat perlakuan itu dari Ardan barusan.
Ardan yang melihat ekspresi terkejut Allea hanya berdecak kesal, niat awalnya ia datang ke sini untuk menenangkan diri malah di buat semakin kacau dan sumpek ketika bertemu dengannya.
"Sebaiknya aku pergi saja dari sini, benar benar menyebalkan." ucap Ardan dalam hati dengan kesal kemudian melenggang pergi meninggalkan Allea di sana.
Sedangkan Allea sedari tadi hanya diam dan kebingungan setelah mendapat reaksi tersebut dari Ardan barusan. Allea menatap ke arah kanan dan kiri sambil memukul kepalanya pelan seakan mencoba untuk menyadarkan dirinya yang dalam posisi terkejut. Hanya saja sebuah tangan mendadak memegang tangan Allea berusaha menahannya agar tidak kembali memukul kepalanya.
"Jangan seperti itu, kamu bisa melukai dirimu sendiri." ucap Ardan sambil memegang tangan Allea dengan erat.
Entah bagaimana Ardan malah kembali ke arah Allea padahal jelas jelas tadi ia ingin pergi dari sana karena kesal akan Allea yang terus terusan membahas tentang kupu kupu tanpa henti, membuat pikiran Ardan semakin kacau. Hanya saja mendadak ada yang aneh ketika Ardan tadi hendak meninggalkan Allea, seakan akan seperti ada perasaan tidak tega yang hinggap memenuhi hatinya dan pada akhirnya membuat Ardan kembali melangkah ke arah Allea.
"Ka...u kembali?" tanya Allea kemudian dengan nada yang bingung.
"Iya, aku minta maaf kalau tadi sedikit kasar padamu." ucap Ardan kemudian dengan tulus.
"Tidak...." ucap Allea dengan singkat sambil menggeleng dengan keras beberapa kali membuat Ardan lantas tersenyum ketika melihat tingkahnya itu.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana jika kamu sekarang menunjukkan di mana letak kupu kupu tadi." ajak Ardan kemudian.
"Benarkah.... kamu ingin melihatnya?" tanya Allea dengan manik mata yang berbinar menatap ke arah Ardan.
Melihat hal itu Ardan lantas tersenyum kemudian dengan spontan mengelus rambut Allea beberapa kali sambil mengangguk, membuat Allea lantas kegirangan dan langsung menarik tangan Ardan agar mengikuti langkah kakinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments