Hari pertunangan Berliana dan Zion tiba, saat ini kedua belah keluarga besar sedang mempersiapkan berbagai hal yang sekiranya dibutuhkan saat acara pertunangan nanti malam.
Di kediaman keluarga besar Pohan, saat ini mereka tengah mempersiapkan barang-barang sebagai buah tangan untuk berkunjung dikediaman Brown.
"Apa barang-barang yang aku pesan sudah ada semuanya?" tanya tuan besar Pohan sambil meneliti barang bawaan mereka.
"Sudah lengkap pa, tinggal berangkat saja" jawab nyonya Mira.
"Bagus jangan sampai ada yang ketinggalan!" ingat tuan besar Pohan.
"Baik pa" ucap mommy Azura dan nyonya Mira serentak.
Saat ini satu persatu keluarga Pohan sudah mulai berkumpul di ruang keluarga dan bersiap menuju kediaman mansion Brown.
Sedangkan di kediaman Brown, tuan besar Brown terus menanyakan kepada ketua pelayannya, apa semuanya sudah siap? apa tidak ada terlupakan? Berbagai pertanyaan yang ia tanyakan kepada ketua pelayan disana.
Bahkan asistennya Sami, tidak luput mendapatkan berbagai pertanyaan dari tuannya.
"Sudah tuan besar, persiapannya sudah 90 persen. Tinggal menunggu kedatangan tamunya saja" jawab asisten Sami yang cukup jengah terus mendapat pertanyaan tentang persiapan pertunangan cucu tertuanya.
"Bagus! Aku harap semuanya berjalan dengan lancar!" harapan tuan besar Brown.
"Semoga saja tuan" ucap asisten Sami.
"Tuan bolehkah saya bertanya?" tanya aisten Sami dengan hati-hati.
"Tanyakan saja" ucap acuh tuan besar Brown.
"Apa tuan yakin dengan perjodohan ini?" tanya asisten Sami dengan hati-hati.
Karena dia sangat paham bagaimana semangatnya tuannya dalam perjodohan ini.
"Sangat yakin!" jawab tuan besar Brown.
"Bagaimana dengan tuan muda Zion?" tanya asisten Sami kembali.
"Yang saya lihat sejauh ini, tuan muda kurang menyukai perjodohan ini apalagi sampai pertunangan" jelasnya lagi.
"Sami!, kau pastinya tau bagaiman aku bukan?. Tidak mungkin aku mengambil keputusan sepihak dan aku sudah membicarakan berbagai kemungkinan dengan Berliana" ucap tuan besar Brown sambil menatap dalam kepada sang asistennya.
"Pertunangan ini hanyalah bentuk sebagai pendekatan keduanya, dan jika cucuku Zion tidak juga menerimanya. Maka pernikahan ini tidak akan terjadi!" ucap tuan besar pohan dengan tatapan sendu. Bahkan dia beberapa kali menarik nafas dan sedikit menekan area dadanya yang mulai terasa sesak.
"Maksudnya?" tanya Asisten Sami yang cukup penasaran akan kelanjutan cerita tuannya.
Setelah terdiam beberapa saat, tuan besar Brown kembali melanjutkan ucapannya.
"Awalnya aku memang bernian menjodohkan salah satu cucuku, tapi ternyata Berliana memilih Zion. Jika suatu saat Berliana tidak kunjung dapat meluluhkan hati Zion maka itu akan menjadi keputusan akhirnya. Walaupun aku bersikeras menahannya" jelas tuan besar Brown dengan panjang lebar.
"Ternyata Berliana sudah lebih dulu menyukai Zion, dan aku berharap kedua dapat hidup berdampingan" sambung tuan besar Brown.
"Saya berharap tuan muda Zion menerima perjodohan ini!" ucap asisten Sami.
"Semoga saja!" ucap tuan besar Brown sambil menarik nafas kasar dengan pandangan tidak terbaca.
.......................
Didalam salah satu kamar di kediaman utama mansion Brown, nyonya Debora masih mengomel kepada sang suami yang tidak terima jika putra tertuanya bertunangan dengan wanita yang tidak sebanding menurutnya.
"Ma, sudahlah lagi pula keputusan papa tidak bisa di ganggu gugat lagi" ucap tuan Matteo yang mulai pusing melihat istrinya terus mengoceh dan marah-marah.
"Mama benar-benar tidak menyetujuinya! Memangnya apa yang bisa diandalkan dari wanita itu? dia saja masih sekolah" ucap kesal nyonya Debora.
"Kenapa harus wanita kasta rendah itu" ucap kesal nyonya Debora yang semakin menjadi.
"Asal kau saja, aku bahkan sudah punya kandidat untuk calon menantuku, dia baik sopan, dan yang pastinya dari keluarga terpandang" ucap nyonya Debora dengan membanggakan calin menantu idamannya.
Sedangkan tuan Matteo hanya menggelang kecil melihat sang istri yang sejak tadi berbicara tiada hentinya.
...................
Saat ini tiga buah mobil mewah sedang melaju menuju mansion keluarga Brown dengan beriring-iringan.
Sampai didepan gerbang yang menjulang tinggi dengan otomatis gerbang itu akan terbuka dengan sendirinya menggunakan sensor.
Setelah gerbang terbuka, ketiga mobil itu melaju kembali menuju mansion.
Mansion keluarga besar Brown sangat besar mewah dan berbagai tanaman mewah dan langkah juga menghiasi di sepanjang jalan menuju rumah utama.
Rumah-rumah kecil berada tidak jauh dari mansion yang mana rumah itu sebagai tempat tinggal para pekerja disana.
Ketiga mobil itu berhenti dengan sempurna didepan pintu utama mension. Setelah mobil di ambil alih oleh para penjaga disana. Kini mereka tengah menaiki teras rumah mewah itu.
Pintu besar dan tinggi itu terbuka dari dalam, ternyata beberapa pelayan yang diperintahkan menyambut kedatangan mereka.
"Selamat datang tuan-tuan dan nyonya-nyonya" sapa hormat salah satu pelayan disana. Sedangkan yang lain hanya menundukkan kepala sebagai menghormati tamu yang datang.
"Mari silakan!, tuan besar sudah menunggu di ruang keluarga" ucap sopan ketua pelayan itu menuntun keluarga Pohan menuju ruang keluarga.
Orang-orang yang sudah berada di ruang keluarga mewah itu mulai menatap kearah suara langkah kaki.
"Akhirnya kalian sudah datang!" seru senang tuan besar Brown.
"Seperti yang kau lihat" ucap bangga tuan besar Pohan.
"Cucuku Berliana" panggil tuan besar Brown yang melihat penampilan Berliana sangat anggun menurutnya.
"Sini sayang, kakek akan perkenalkan dengan calon keluarga baru mu" ucap tuan besar Brown sambil menarik tangan Berliana agar maju mendekat kepada anggota keluarga yang sedang duduk dengan tatapan menilai.
Saat ini kedua belah pihak keluarga saling menatap satu sama lain.
"Nah perkenalkan ini Berliana" ucap tuan besar yang duduk disamping Berliana.
"Berliana ini calon mama mertua kamu namanya Debora dan ini suaminya Matteo" tunjuk tuan besar Brown kepada sepasang paruh baya yang duduk didepan Berliana.
"Ini cucu kedua ku, Lazarus dan di sampingnya itu istrinya Luna" ucap tuan besar Brown yang memperkenalkan keluarga besarnya.
Saat ini Zion belum sampai di kediaman utama Brown, karena sedari tadi dirinya sibuk memeriksa beberapa berkas pekerjaannya bersama dengan sang asisten sekaligus sahabatnya.
"Sambil menunggu kedatangan Zion, mari kita berbincang agar ikatan keluarga kita terjalin semakin kuat" ucap tuan besar Brown dengan tersenyim manis menatap Berliana yang berada disampingnya.
......................
Sedangkan disisi lain atau lebih tepatnya ditempat yang berbeda. Seorang lelaki tegas dan tegap sedang meneliti dengan serius setiap berkas didepannya.
"Zion, apa kamu akan tetap bekerja?" tanya Samuel yang berusaha mengingatkan Zion jika malam ini acara pertunangan dirinya.
"Kenapa?" tanya Zion yang lupa jika malam ini acara pertunangannya.
"Jangan bilang kamu lupa?" tanya Samuel dengan penuh tatapan menelisik.
Mendengar ucapan sang sahabat membuat Zion menatap serius kearah Samuel.
Terdiam beberapa detik, akhirnya Zion ingat jika dirinya telah dijodohkan bahkan malam ini dia akan melaksanakan pertunangan.
"Sial!" umpat kesal Zion yang sudah ingat dan langsung beranjak untuk bersiap menuju kerumah utama.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Zion dan Samuel sudah sampai di kediaman utama.
"Maaf! saya terlambat" ucap Zion dengan suara datar.
"Nah, ini dia yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga" ucap tuan besar Brown dengan penuh semangat.
Tuan besar Brown langsung menarik sang cucu agar duduk di dekat Berliana.
"Zion ini Berliana dan Berliana ini cucu tertua ku Zion" ucap tuan besar Brown yang memperkenalkan keduanya.
Keduanya langsung bersalaman, bukan keduanya akan tetapi hanya Berliana saja. Dan Zion hanya memberikan tangan malas kepada Berliana.
Sedangkan Arabela yang sedari tadi menatap kagum akan keindahan mansion milik keluarga Brown. Kini tatapannya beralih menatap lelaki tampan yang berada didekat Berliana dengan tatapan memuja.
Laki-laki dengan tubuh kekar, berotot, maskulin, sungguh seseorang yang sangat sempurna menurut Arabela.
Beralih kini tatapannya menatap tidak suka kepada Berliana duduk tepat di samping lelaki tampan itu.
"Seharusnya aku yang disana bukan wanita parasit itu!" ucap Arabela dalam hati sambil menatap tajam kearah Berliana.
Sekarang acara pertukaran cincin yang dilakukan oleh kedua belah pihak telah selesai.
Walaupun pertunangan ini, tidak diinginkan oleh Zion tapi dia tetap mengikuti perintah sang kakek.
Karena sang kakeklah yang selama ini merawat serta mendidiknya sampai dirinya menjadi seperti sekarang ini.
"Jangan kau pikir aku menerima pertunangan ini!" desis Zion tepat didekat telingan Berliana.
Mendengar ucapan Zion membuat Berliana memejamkan matanya sebentar lalu menatap kedua bola mata Zion dengan tersenyum manis.
Melihat senyum Berliana, Zion hanya menatap datar tanpa sadar dirinya menatap cukup lama kedalam mata Berliana.
Arabela yang melihat pemandangan itu hanya mengepalkan kedua tangannya sambil terus mengumpat Berliana dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments