Semenjak kejadian di kantin sekolah waktu itu, semakin hari semakin menjauh hubungan mereka. Jika diibaratkan oleh sesuatu maka yang tepat adalah antara bumi dan langit.
Seperti yang terlihat pada saat ini, keduanya secara kebetulan dipertemukan didalam lift menuju lantai khusus kelas tiga.
Didalam lift itu bukan hanya mereka berdua, sampai lift berhenti Arabela memberikan tatapan penuh kebencian kepada Berliana.
Melihat tatapan Arabela, membuat Berliana menarik nafas kasar. Bukan berarti dirinya takut, hanya saja dia terlalu malas untuk menanggapi kebencian ataupun kemarahan Arabela yang tidak ada apa-apanya bagi Berliana.
Sampainya dikelas Berliana langsung menuju tempat duduknya dan langsung meletakkan kepalanya di atas meja.
Awalnya Berliana hanya ingin memejamkan matanya sebentar, tetapi lama-kelamaan ternyata Berliana tertidur dengan kepala yang berada diatas meja.
Sakira hanya melihat Berliana sekilas dan langsung sibuk memainkan game diponsel miliknya.
Keduanya sibuk dengan aktivitas masing-masing tanpa mendengar penjelasan dari guru yang mengajar.
Seorang guru yang terkenal galak dan bahkan dia juga tidak segan-segan menghukum muridnya. Walaupun muridnya itu pemilik sekolah sekalipun.
"Apa kalian datang kesekolah hanya untuk tidur dan bermain ponsel?" tanya pak guru dengan nada keras.
Sehingga para siswa yang mendengarnya langsung mencari-cari siapa yang di maksud oleh guru mereka.
Dan akhirnya mereka melihat kebangku bagian belakang dimana kepala Berliana berada diatas meja dan tepat disampingnya Sakira yang sedang bermain ponsel.
Kedua orang itu tidak mendengar apa yang diucapkan oleh pak guru, keduanya sibuk dengan dunia mereka masing-masing.
Melihat kedua siswa itu yang tidak menghiraukan perkatannya membuat pak guru menatap geram dan melangkah dengan tegas mendekati keduanya.
Brak
(Suara pukulan meja yang dilakukan oleh pak guru).
"Apa kalian tuli!" teriak pak guru dengan keras dan hal itu membuat keduanya terkejut.
Sakira secara tidak sengaja menjatuhkan ponselnya dan Berliana secara refleks membalas gebrakan meja dari pak guru yang tidakkalah kerasnya.
"Kamu berani sama saya?" tanya pak guru dengan nada galak.
"Maaf saya tidak sengaja" ucap Berliana yang sadar akan kelakuannya.
"Maaf-maaf. Kalau mau bermain ponsel dan tidur, lebih baik kalian tidak usah kesekolah!" ucap pak guru dengan tegas.
"Kalian hanya membuang-buang waktu dan uang saja!" sambungnya lagi. Dan langsung berjalan menuju kedepan.
"Dengarkan ini baik-baik terkhusus untuk kelas ini, dan terutama kamu kalian berdua!" tunjuk pak guru kepada Berliana dan juga Sakira.
"Mulai hari saya akan sedikit mulai menyimpang dari kurikulum"
"Saya izinkan kalian untuk tidak belajar, tidur di kelas bahkan terserah kalian jika tidak mau masuk di kelas saya!". ucap pak guru dan langsung menatap satu persatu muridnya.
"Tapiii. Jika nanti saat saya bertanya atau pada saat ujian, jika kalian mendapatkan nilai jelek maka jangan salahkan saya!" sambung pak guru dengan lantang dan tatapan mata tajamnya.
Mendengar ucapan pak guru itu membuat para siswa bertepuk tangan senang.
Kelas 3C memang kelas terakhir akan tetapi kepintaran mereka tidak bisa dianggap remeh oleh kelas lainnya bahkan para guru sekalipun.
Sejatinya mereka memang pintar, dan itu terbukti dengan diterimanya mereka di IS. Hanya saja mereka tidak terlalu meyukai pelajaran yang terkesan monoton bahkan membosan menurut mereka.
Bahkan jika mereka mau, dengan mudahnya mereka dapat mengalahkan kelas 3A yang terkenal dengan kelas jenius. Akan tetapi mereka tidak memiliki rasa ambisi yang begitu besar kepada orang lain untuk menunjukkan kepintaran mereka tentunya.
...................
"Kalian berdua!" tunjuk pak guru kepada Berliana dan juga Sakira.
"Silahkan kalian cuci muka dan keliling lapangan basket 10 putaran. Tanpa penawaran!" ucap mutlak pak guru.
"Baik pak" ucap keduanya patuh.
Keduanya memiliki rasa bosan yang cukup tinggi, jadi dari pada mereka belajar lebih baik mereka keluar dari kelas dan melaksanakan hukuman. Hitung-hitung olahraga pikir keduanya.
Dengan santai keduanya keluar kelas untuk menunaikan hukuman.
Sampai di dekat lapangan ternyata ada kelas lain yang sedang dalam mata pelajaran olahraga dan itu kelas 3A yang terkenal dengan kelas terpintar di IS.
"Apa kau mampu berlari sebanyak 10 putaran?" tanya Sakira sambil melakukan sedikit pemanasan.
"Tentu" ucap santai Berliana yang sedang meregangkan otot-otot kakinya.
"Mau bertaruh dengan ku?" ucap Sakira sambil menatap Berliana.
"Apa?" tanya balik Berliana yang mulai menghentikan gerakannya.
"Jika kau menang, aku akan mematuhi mu dan menerima hukuman dari mu apapun itu!" jelas Sakira sambil melipat kedua tangannya.
"Jika kalah?" tanya Berliana dengan nada bicara yang sangat serius.
"Kau akan menjadi anak buah ku!" jawab Sakira dengan penuh percaya diri.
Selama ini Sakira selalu belajar beladiri untuk melindungi dirinya. Selain itu juga, dia tidak mau dikatakan sebagai wanita lemah yang hanya mendalkan nama keluarga Martines.
Di keluarga Martines, semua anggota keluarga wajib belajar ilmu bela diri. Karena diluar sana bisa saja ada orang yang akan mengincar nyawa mereka.
"Baik" ucap Berliana dengan tersenyum.
Keduanya kini tengah bersiap-siap akan mulai melakukan perlombaan lari.
"Aku harap kau tidak akan menyesali apa kau ucapkan beberapa menit yang lalu" ucap Berliana sambil menurunkan tubuhkan sebagai ancang-ancang siap berlari.
"Tidak akan!" ucap Sakira dengan aura khas dari keluarga Martines.
Melihat tingkat kepercayaan diri Sakira membuat Berliana tersenyum tipis.
"Sungguh menarikl"gumam Berliana dalam hati.
..................
Kini keduanya sudah mulai berlari, dan keduanya memiliki langkah lari yang seimbang dan fokus pada langkah masing-masing.
Tidak terasa tujuh putaran sudah terlewati dan keduanya masih dalam kondisi yang terlihat biasa saja. Akan tetapi jarak antar Berliana dan Sakira hanya berkisar satu meter saja.
Melihat Berliana yang berada di belakangnya, membuat Sakira tersenyum tipis dan mulai menambahkan kecepatan larinya.
Melihat hal itu, Berliana juga ikut menambahkan kecepatan. Bahkan kini dirinya secara perlahan berada di samping Sakira.
Melihat Berliana yang sudah berada di sampingnya membuat Sakira merasa sedikit kesal. Dengan kecepatan penuh dirinya mulai mempercepat langkah kakinya.
Tepat pada saat putaran ke sembilan, Berliana kembali berada di samping Sakira. Akan tetapi, Berliana hanya melewati Sakira dengan mudah.
Saat akan mencapai putaran terakhir atau putaran kesepuluh, Berliana dengan sengaja memutar tubuhnya dan langsung menghadap kearah Sakira dengan jarak hanya beberapa meter saja.
Masih dalam keadaan Berlari, Berliana memberikan sekilas senyum remeh kepada Sakira yang sudah di pastikan akan kalah.
Melihat senyum remeh dari Berliana membuat Sakira menatap kesal
"Sial!" umpat kesal Sakira yang ia tujukan kepada Berliana.
"Kau kalah!" ucap Berliana tanpa bersuara saat dirinya sudah mencapai garis pembatas.
Rasa kesal yang ada didalam Sakira semakin bertambah akan kekalahan yang ia terima untuk pertama kalinya bagi Sakira.
"Aku harap kau menepati apa yang kau ucapkan sendiri" ucap Berliana saat Sakira sudah berdir didekatnya dengan nafas sedikit memburu.
"Aku tau!" ucap Sakira dengan nada bicara yang sangat kesal.
Keduanya langsung meninggalkan area lapangan basket.
Tepat pada saat akan meninggalkan lapangan basket. Ternyata sebuah bola basket melayang tepat pada bagian belakang kepala Berliana.
Akibat dari terkena bola basket yang cukup keras, membuat tubuh Berliana hampir saja menyentuh lantai. Jika saja Sakira tidak dengan cepat menahan tubuh Berliana agar tidak jatuh kelantai.
"Kau baik-baik saja?" tanya Sakira yang merasa sedikit khawatir.
"Sepertinya begitu, hanya saja bagian belakang kepala ku rasanya sakit" jawab jujur Berliana sambil mengusap bagian belakang kepalanya.
Mendengar hal itu, membuat Sakira merasa tidak terima kepada orang yang telah melempar bola basket kearah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments