Tepat pada malam hari, Berliana terbangun dari tidurnya. Hal yang pertama ia lihat adalah kegelapan kamar yang ia tempati saat ini.
Ternyata Berliana tertidur terlalu cepat dan itu membuat dirinya terbangun sangat awal.
Langkah Berliana membawa dirinya masuk kedalam kamar mandi, dan ingin mencuci mukanya. Selesai mencuci muka, Berliana mengambil sebuah buku dan mulai membaca buku itu dengan menggunakan lampu yang ada di atas meja belajarnya dan tentunya tanpa menghidupkan lampu utama yang ada di dalam kamarnya.
Sudah hampir setengah buku ia baca dan merasa cukup, Berliana menutup buku tersebut dan menyimpan di tempatnya semula.
Sekilas Berliana melihat di sudut ponselnya ada sedikit lampu kecil yang berkedip, Melihat itu Berliana langsung mengambil ponselnya yang berada di sudut tempat tidur.
Ternyata ada sebuah email yang masuk dan belum terbaca, tanpa membuang waktu ia langsung membukanya.
"Stop bersedih dan bangkitlah!"
"Kuatlah dan kami akan ada untuk mu!"
"Tuhan selalu berada didalam hati kita"
"Berliana, akan selalu menjadi Berlian kami"
Beberapa pesan yang sedikit membuat bibir Berliana menipis seperti membentuk sebuah senyuman di wajahnya.
........................
Di pagi hari Berliana sudah dalam keadaan bersih dan rapi walaupun ia hanya memakai pakaian rumahan biasa.
Di rumah itulah dirinya bahkan sampai saat akhir hidup kakek dan neneknya, selalu memberikan yang terbaik untuk Berliana dan membebaskan cucu mereka untuk melakukan sesuatu hal yang baru.
Berliana mulai tenang dan santai duduk di kursi meja makan tersebut.
Berliana sarapan dengan di meja makan yang hanya bisa menampung 4 orang saja.
Sekilas berliana mendengar suara mobil yang berhenti tepat di depan rumahnya.
Rumah yang sangat sederhana dan hanya berlantai 1 dengan luas tidak seberapa membuat ia sangat mengenali ada sebuah mobil yang berhenti didepan rumah.
Mendengar suara ketukan pintu, membuat Berliana beranjak dari dapur dan mulai membuka pintu dengan lebar.
Tepat didepan Berliana berdiri terdapat dua orang yang sedang menatap ke arah Berliana dengan pandangan terpaku.
"Cari siapa?" tanya Berliana kepada kedua orang yang berdiri kaku di depannya.
"Apa kau Berliana?" tanya seorang wanita dengan suara cukup lembut yang terdengar.
"Iya itu nama saya" jawab Berliana.
"Bisa kami masuk nak, ada hal yang ingin kami bicarakan" pinta seorang lelaki.
"Tentu silahkan" ucap Berliana dan langsung masuk dan diikuti kedua orang tersebut.
Ketiganya duduk saling berhadapan di sofa yang ada di ruang tamu.
Berliana masih menatap keduanya dengan bergantian, bahkan mereka sudah duduk disana selama beberapa menit dan belum ada kata yang terucap.
"Kami ingin kamu ikut bersama kami" ucap lelaki itu dan tentunya Berliana mengenali sifat atau karakter yang tidak ingin basa-basi.
"Pah," tegur pelan wanita di sebelahnya sambil sedikit menepuk pelan paha lelaki itu.
"Berliana, perkenalkan saya Mira Pohan dan ini suami saya Bondan Pohan"
"Tujuan kami disini ingin membawa mu pergi dari sini dan itu sudah mendapatkan restu nenek kamu" ucap Mira dengan perlahan.
"Dan kami ingin memberitahukan jika kami ini adalah orang tua kandung kamu yang selama ini kita hidup terpisah karena sesuatu hal yang belum bisa kami jelaskan" ucapnya lagi dan hal itu membuatnya menarik nafas sedikit berat.
"Ya, dan saya sudah mengetahuinya" ucap Berliana yang terkesan santai.
Mendengar ucapan Berliana kedua orang yang ada di depan Berliana sedikit tidak percaya akan respon Berliana yang terkesan santai.
Jika orang biasa maka mereka akan menangis di dalam pelukan kedua orang tua kandung mereka yang baru kali ini bertemu dan itu tidak berlaku bagi Berliana.
"Kapan kalian akan membawa ku?" tanya Berliana.
"Jika kau bersedia hari ini juga kita akan pindah" ucap Bondan dengan semangat.
"Baiklah, aku akan berkemas" ucap Berliana yang tampak menyetujui ajakan tersebut.
"Tidak perlu nak, semuanya sudah kami siapkan di rumah" ucap Bondan dan hal itu membuat Berliana menatap sedikit tajam kepada Bondan.
"Tidak apa-apa sayang bawalah barang yang ingin kau bawa" ucap Mira dengan bijak.
...........................
Di dalam kamar, Berliana mulai memasukan beberapa barang kedalam tas punggung miliknya. ia hanya membawa beberapa potong baju, laptop, dan foto kesayangannya.
"Semoga ini pilihan yang baik" gumam Berliana sambil mengusap foto nenek dan kakeknya.
Merasa barang yang ingin ia bawa sudah ia masukkan kedalam ransel, membuat Berliana langsung beranjak dari dalam kamarnya.
Sampai di ruang tamu ia terus melihat kedua pasang tersebut dengan tatapan sulit.
"Sudah selesai?" tanya Mira.
"Sudah" jawab Berliana.
"Baiklah mari kita pergi, dan kau tenang saja semuanya sudah di atur" ucap Mira dengan sedikit senyuman.
"Bisakah kalian tunggu di mobil saja, ada sesuatu yang perlu aku lakukan" ucap Berliana.
"Tentu" ucap Bondan dan Mira secara bersamaan.
Melihat kedua punggung pasangan itu membuat Berliana menghela nafas kasar, setelah tidak terlihat lagi punggung keduanya, Berliana langsung berjalan dan masuk kedalam kamar nenek serta kakeknya.
Pintu dibuka secara perlahan, pandangan mata sendu menatap kesegala penjuru kamar.
"Aku sudah mengambil keputusan dan aku harap apa yang kita bicara beberapa hari yang lalu bisa berjalan dengan baik"
"Aku tidak bisa mundur lagi, dan kalianlah alasan ku menjadi kuat dan mengambil langkah ini" ucap Berliana.
Setelah berdiam diri beberapa saat, Berliana sekali lagi menatap kamar itu dengan perasaan sendu.
"Aku pergi!" ucap Berliana dengan tegas dan langsung menutup pintu kamar itu tanpa melihat kebelakang lagi.
Sebuah mobil mewah mulai meninggalkan pekarangan rumah sederhana tersebut. Sepanjang perjalanan menuju rumah besar, Berliana hanya menatap datar ke arah jendela. Disamping kirinya ada Mira sedangkan Bondan duduk di kursi bagian depan bersama sang sopir.
Jarak pusat kota dengan tempat tinggal Berliana hanya memakan waktu selama 4 jam perjalanan, jika menggunakan kecepatan normal.
Melihat tanda yang bertuliskan selamat jalan, membuat Berliana menghela nafas pelan dan mulai mengalihkan pandangannya ke depan dengan tatapan tidak terbaca.
Melihat hal itu Mira menawarkan minuman ataupun cemilan yang sudah mereka siapkan untuk selama di perjalanan.
"Mau minum?" tawar Mira kepada Berliana.
"Tidak terima kasih" tolak Berliana dengan sopan.
"Kalau kamu menginginkannya tinggal ambil saja" ucap Mira setelah meletakkan kembali air mineral yang ia siapkan untuk Berliana.
Bondan yang melihat sang istri berusaha mendekati Berliana membuat dirinya sedikit merasa perasaan sakit di bagian dadanya.
"Kami harap kau bisa bergabung bersama keluarga yang lain dan kedua saudara kamu nantinya" ucap Bondan ambil memandang Berliana melalui kaca tengah mobil.
Mendengar ucapan Bondan, membuat Berliana menatap mata Bondan dengan sedikit menyipitkan matanya.
"Tentu" jawab singkat Berliana setelah memutuskan kontak mata dengan Bonda.
"Dan saya harap kamu mulai saat ini biasakan untuk memanggil kami dengan sebutan papa dan mama, sama seperti saudara kamu yang lainnya"
Ada sedikit perubahan ekspresi di wajah Berliana dan itu tidak ada yang menyadarinya, hal itu di karenakan dirinya cepat mengembalikan ekspresi dirinya seperti biasa saja.
Berliana hanya diam tanpa mengiyakan ataupun menolak permintaan Bondan agar dirinya mau memanggil mereka dengan sebutan papa dan mama.
Sungguh panggilan tersebut agak sedikit asing di telinga Berliana.
"Sepertinya aku akan semakin terjebak dalam permainan yang bertuliskan keluarga" ucap Berliana dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments