"Kamu pasti dapat menilai dengan sendirinya putra kembar mommy ini, yang satu ceria yang satunya dingin dan datar. Mommy harap kalian berteman dengan baik walaupun keduanya lebih muda 1 tahun dari kamu" ucap mommy Azura dengan tulus.
"Nah sekarang giliran kamu untuk memperkenalkan diri" ujar tuan besar Pohan.
........................
"Perkenalkan nama saya Berliana S" ucap Berliana singkat.
"Sepertinya nama kamu harus mempunyai marga keluarga Pohan" sela tuan besar Pohan.
"Iya papa, Bondan setuju dengan apa yang papa ucapkan" ucap tuan Bondan dengan cepat.
"Tidak" ucap Berliana secara tiba-tiba bahkan dengan suara sedikit ada nada kemarahan disana.
"Maksud saya, saya terlalu nyaman dengan nama itu. Lagi pula aku yakin kalian tidak akan mempermasalahkan nama itukan?" tanya Berliana dengan cepat saat menyadari ekspresi mereka yang menatap bingung ke arah dirinya.
"Tidak Bi," ucapan tuan besar Pohan terpotong oleh kata-kata dari seseorang disana dengan tegas bahkan dengan ekspresi dingin.
"Setuju" sela cepat Radika.
"Aku rasa cukup dengan nama itu" ucap Radika kembali.
Mendengar ucapan sang menantu membuat tuan besar Pohan langsung menatap sang menantu dengan tatapan tidak suka.
Walaupun dirinya kurang begitu suka dengan pembelaaan dari menantunya, hal itu membuat dirinya mau tidak mau menyetujui atas ucapan menantu kesayangannya.
Radika Bagaskara adalah seorang putra tunggal dari keluarga Bagaskara dan jika di bandingkan dengan kekayaan keluarga Pohan, keluarga Bagaskara berada di atas satu tingkat dari mereka.
"Baiklah kalau begitu, kamu akan tetap menggunakan identitas kamu dengan nama itu" putus tuan besar Pohan yang mau tidak mau ia setujui.
"Dan kamu akan bersekolah di sekolahan yang sama dengan saudara kamu yang lainnya. Bondan besok kamu urus segala keperluan Berliana di sekolah yang baru" ucap tuan besar Pohan kepada tuan Bondan.
"Kakek, bukannya di sana harus melakukan tes terlebih dahulu? dan aku takut nantinya kak Berliana tidak diterima disana" ucap Arabela yang seolah-olah simpati, padahal dirinya sedang meremehkan Berliana.
"Bukan maksud aku merendahkan kak Berliana, hanya sajakan kakak Berliana berasal dari sekolah negeri yang biasa saja berbeda dengan sekolah IS (International School)" sambung Arabela yang membuat Berliana tampak malas.
"Tentu dia akan melakukan sesuai prosedur yang ada" ucap tuan besar Pohan. International School adalah sekolahan swasta elit dan keluarga Pohan adalah salah satu donatur disana.
"Mulai hari ini kamu harus belajar karena 3 hari lagi aku akan mengatur waktu uji kemampuan kamu" ucap tuan besar Pohan dengan tegas tanpa dapat di bantahkan.
"Papa, lebih baik Berliana beristirahat dulu. bukannya mereka baru melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan?" saran mommy Azura kepada tuan besar Pohan.
"Baiklah, kalian istirahatlah dan kita semua akan melakukan makan malam bersama malam ini" ucap tuan besar Pohan kepada anak serta menantunya.
.....................
Melihat tuan besar Pohan beranjak dari tempat duduknya membuat yang lain ikut berdiri kecuali Berliana tentunya.
"Bondan, mira ikut papa ke ruang kerja" ucap tuan besar Pohan. Dan langsung keduanya mengekori sang tuan besar Pohan.
Untuk Berliana dirinya juga mulai beranjak dan dirinya dipandu oleh kepala pelayan yang sudah mendekat atas izin tuan Bondan tentunya.
Sedangkan mommy Azuran dan sang suami hanya menatap kepergian mereka satu persatu dari tempat yang mereka duduk.
"Dad, kenapa Daddy tidak menyetujui jika Berliana memakai marga Pohan?" tanya mommy Azura kepada sang suami.
"Bukannya akan terlihat aneh jika kita tiba-tiba mengganti ataupun menambah namanya?" tanya balik Radika tanpa menjawab pertanyaan sang istri.
"Ah, kau benar Dad" ucap mommy Azura sambil tersenyum manis kepada sang suami.
"Sebagai seorang yang sering mengamati kondisi, sunggu cukup terlihat ada ekspresi kemarah bahkan kebencian di hati mu Berliana" ucap Radika dalam hati sambil merapikan rambut sang isteri dengan lembut.
.................
Sedangkan posisi Berliana saat ini, dirinya tengah berada di dalam salah satu kamar yang berada di lantai 3, dimana kamarnya berada paling ujung.
"Apa nona muda menyukai kamar ini? jika tidak saya akan meminta pekerja agar sesuai dengan keinginan nona muda" ucap ketua pelayan yang melihat Berliana meneliti setiap sudut kamar.
"Aku suka" ucap singkat Berliana yang melihat suasana dan warna kamarnya yang sangat elegan menurut dirinya.
"Syukurlah jika nona muda menyukainya" ucap ketua pelayan itu dengan senang.
"Jika nona butuh sesuatu bisa langsung menghubungi saya melalui sambungan telepon yang ada di meja itu" tunjuk kepala pelayan itu.
"Baik, terima kasih dan maaf saya ingin beristirahat" ucap Berliana yang mengusir ketua pelayan itu dengan sopan.
"Sudah tugas saya nona dan saya pamit undur diri" ucapnya dan langsung keluar dari dalam kamar Berliana.
Berliana mulai berjalan mendekati jendela dan memandang yang ada di sekitar luar kamarnya.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu kamarnya membuat Berliana langsung menatap pintu kamar yang tertutup tanpa terkunci.
"Masuk" ucap Berliana cukup keras.
Melihat sepupu kembarnya yang masuk, Berliana langsung menatap keduanya.
"Ada apa?" tanya Berliana saat keduanya duduk di tempat tidur miliknya.
"Apa kami boleh memanggil mu dengan sebutan kakak?" tanya Remi dengan nada sedikit ragu.
"Terserah kalian saja" jawab Berliana singkat.
"Baiklah, mulai dari sekarang kami akan memanggil mu dengan sebutan kakak. Benarkan Ramkes?" tanya Remi kepada kakak kembarnya.
"Iya" ucap malas Ramkes.
"Akhirnya aku bisa memiliki kakak yang lain dan tentunya tidak seperti dirimu Ramkes" ucap Remi dengan bahagia.
"Terserah" ucap Ramkes acuh yang melihat sikap kekanakan adiknya.
"Sebagai tanda perkenalan, aku kan membantu membereskan barang-barang yang kau bawa" ucap Remi yang melihat tas ransel Berliana yang cukup terlihat besar yang berada di atas tempat tidur.
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri" ucap Berliana yang mulai mengeluarkan barang yang ia bawa untuk di simpan kedalam lemari.
"Remi ayo kita keluar kak Berliana mau istirahat" ucap Ramkes dengan menatap tajam sang adik yang cerewet.
"Oh oke-oke. Kakak sampai ketemu makan malam nanti" ucap Remi yang mulai beranjak dari sisi Berliana.
"Ya terima kasih dan sampai ketemu nanti malam juga" ucap Berliana dan langsung merapikan kembali pakaian yang ia bawa.
Keduanya langsung keluar dan tidak berselang lama kamar Berliana terdengar terbuka kembali di telinga Berliana.
"Apa ada sesuatu yang ketinggalan?" tanya Berliana yang melihat Ramkes masuk sambil membawa sesuatu di tangannya.
"Cemilan" ucap Ramkes sambil memberikan cemilan miliknya kepada Berliana.
Terdiam sejenak Berliana menatap cemilan yang ada di tangan Ramkes, dan dia langsung mengambilnya tanpa sungkan.
"Terima kasih banyak Ramkes" ucap Berliana dengan tulus bahkan dirinya memberikan senyum tipis untuk Ramkes.
Melihat reaksi Berliana membuat Ramkes cukup senang.
"Ah apa begini rasanya punya saudara perempuan" pikir Ramkes.
Walaupun di keluarga Pohan ada Arabela entah kenapa Ramkes kurang begitu menyukai Arabela selama ini.
"Aku keluar" ucap Ramkes dan langsung bergegas keluar dari dalam kamar Berliana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments