Berliana
Titik terberat yang di alami oleh seseorang adalah dimana dua orang yang di cintai dan disayangi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Hidup bersama dengan orang-orang yang membuat diri kita nyaman membuat kita akan semakin rapuh untuk kedepannya jika orang yang disayangi mulai meninggalkan kita untuk selamanya.
Disebuah daerah yang berada di pinggiran kota, seorang wanita cantik sedang berdiri menatap kedua pemakaman yang ada di hadapannya dengan perasaan yang teramat sedih.
Gadis cantik yang sudah berusia 16 tahun itu adalah Berliana Santara.
Berliana menatap sendu kedua makan yang ada di depan dirinya, makam tersebut adalah makan nenek dan kakek yang sudah membesarkan dirinya selama ini dengan penuh kasih sayang yang luar biasa.
Air mata yang tanpa diminta itupun jatuh dengan sendirinya tanpa bisa di tahan lagi.
Di area pemakaman yang sudah mulai sepi dan para pengantar jenazah sudah mulai meninggalkan area tersebut dengan secara perlahan.
"Nak Berliana" panggil seorang wanita paruhbaya yang mendekati dirinya yang masih berdiri tepat didepan makan.
"Iya" ucap Berliana dengan suara sedikit serak.
"Kau harus kuat ya, ingat perjalanan kamu masih panjang. Jangan sampai keduanya menangis sedih melihat kondisi mu yang seperti ini." ucapnya dengan bijaksana sambil memeluk tubuh Berliana dengan erat dan lembut.
"Tapi," ucapan Berliana terpotong saat wanita itu membuka suara lagi.
"Ingatlah satu hal nak, mereka akan selalu melihat, mendoakan dan selalu menginginkan yang terbaik untuk mu. Jadi jangan jadikan hal ini membuat dirimu lemah, apalagi menyerah" sambung wanita itu lagi sambil menghapus air mata Berliana yang kembali menetes.
"Terima kasih, aku akan barusaha membuat mereka tersenyum bahagia di sana" ucap Berliana dengan sungguh-sungguh.
"Bagus, jadilah Berliana yang mereka harapkan. Terkadang kehidupan yang kuat akan ada saatnya melewati masa sulit dan pahit tapi itu semua jangan jadikan penghalang ataupun hambatan untuk melangkah kedepannya ya nak Berliana" ucap wanita itu sambil tersenyum.
"Baik ibu" ucap Berliana sambil tersenyum tipis.
"Ibu dan yang lainnya akan kembali dahulu kerumah mu dan akan membersihkan sisa-sisa proses pemakaman tadi" ucap ibu itu dengan lembut.
"Terima kasih banyak ibu" ucap Berliana dengan tulus.
"Sama-sama Berlian kami" ucap ibu itu sambil mengelus kepala Berliana dengan lembut.
Sekarang tinggal dirinya seorang berada di area pemakaman tersebut.
Berliana menghela nafas berat dengan tatapan mata sendu menghadap kuburan didepan dirinya.
"Nenek dan kakek jangan khawatir. Berliana pasti akan menjadi wanita yang lebih baik lagi, lebih dewasa dalam menerima kenyataan ini"
"Kuatkan Berliana ya, dan terima kasih sudah merawat Berliana dengan kasih sayang yang luar biasa sampai hari ini dan Berliana akan tetap menjadi Berlian di hidup kalian"
"Nenek, Kakek terima kasih kalian sudah memenuhi ruang kosong di dalam hidup Berliana selama 16 tahun ini dan maaf jika Berliana belum bisa membahagiakan kalian semasa kalian hidup"
"Nenek, sungguh aku tidak tau apakah nanti aku akan bisa memenuhi apa yang kau ucapkan terakhir kalinya. Ini sunggu berat dan sangat bertentangan untuk hidup dan prinsip ku" ucap Berliana dengan wajah penuh kebimbangan.
"Nenek, jika dengan ini jalan yang terbaik untuk Berliana maka akan Berliana jalani Nek, walaupun ini akan terasa berat untuk Berliana".
Semakin dirinya bercerita dan mengungkapkan kekhawatiran dirinya membuat Berliana semakin tidak bisa menahan kesedihan dalam hidupnya.
Merasa cukup dengan kesedihan yang ia rasakan, Berlina mulai menghapus sisa-sisa air mata yang menempel di wajahnya dengan halus.
Berliana mulai membalikkan tubuhnya dan melangkah secara perlahan meninggalkan kedua makan tersebut dengan perasaan yang tidak bisa di gambarkan.
"Terima kasih untuk semuanya" ucap Berliana dalam hati sambil terus meninggalkan kedua kuburan tersebut.
.......................
Sampai di rumah yang ia tempati bersama kakek dan neneknya membuat Berliana kembali mengingat banyak hal yang telah terjadi kepada dirinya.
Beberapa foto terpajang di dinding rumah, dan akan menjadi kenangan tersendiri untuk dirinya.
Memutuskan pandangan ke segala arah penjuru rumah, Berliana berjalan masuk kedalam kamar dirinya untuk membersihkan dirinya.
Setelah membersihkan diri, Berliana mulai membantu para ibu-ibu untuk membersihkan rumah.
"Nak, Berliana silakan makan dan ibu tau kamu pasti belum makan sedari pagi bukan?" tanya ibu Maya dengan ramah.
Tanpa membantah Berliana langsung duduk di kursi meja makan dan mulai mengambil lauk pauk yang sudah di sediakan di atas meja tersebut.
"Makan yang banyak nak Berliana" ucap ibu Maya sambil meletakkan segelas air putih di depan piring.
Selesai makan Berliana beristirahat di dalam kamarnya. sedangkan para warga yang membantu dirinya mulai kembali kerumah mereka masing-masing.
Berliana menatap langit-langit kamar dengan tatapan datar serta dahinya sedikit berkerut yang menandakan bahwa dirinya sedang berpikir rumit.
Sebuah deringan ponsel memutuskan tatapan datar Berliana setelah mendengar deringan ponsel miliknya.
Mulai beranjak dari atas kasur, Berliana mulai membuka laci meja belajar dan mengambil ponsel miliknya.
Sambungan telepon,
"Ada apa?" ucap Berliana.
" Kami turut beduka cita atas apa yang menimpa dirimu Berliana" ucap seseorang disebrang sana
" Dan kami minta maaf jika tidak bisa datang secara langsung" sambung seseorang lagi.
"Tidak masalah, doa kalian saja sudah cukup untuk mereka" ucap Berliana yang terkesan santai.
"Pastinya kami akan mendoakan mereka dengan baik serta tulus" ucap seseorang di seberang sana.
"Istirahatlah Berliana kau pasti lelah dan semoga kita bertemu kembali" ucap seseorang.
"Terima kasih untuk semuanya" ucap Berliana dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut.
Telepon berakhir.
.........................
Di sebuah rumah mewah, yang berada di pusat kota besar juga mendapat berita duka yang di alami oleh Berliana.
"Apa keputusan kita ini sudah tepat? dan apakah Berliana mau menerimanya?" tanya seorang istri kepada sang suami.
"Aku yakin dia akan menurutinya, dan ku harap kau juga sudah mempersiapkan keperluan saat kita akan pergi kesana dan saat kembali kerumah" perintah sang suami kepada sang istirnya.
Didalam lubuk hatinya, dirinya juga ada perasaan cemas dan khawatir akan keputusan yang sudah ia ucapkan.
Hanya saja ego dapat mengalahkan segalanya dan harus berjalan dengan sesuai kehendak diri mereka masing-masing tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Keduanya sepakat akan berangkat kesana sesuai dengan apa yang sudah di sepakati bersama.
...**************...
**Terima kasih sudah membaca, dan diharapkan pembaca dapat memberikan dukungan kepada sang penulis agar. Author dapat update chapter selanjutnya dengan penulisan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Author juga mempersilakan kepada pembaca yang ingin memberikan saran serta massukan yang dapat membuat novel ini menjadi lebih baik lagu kedepannya.
Selamat membaca,
#Karya hasil pemikiran sendiri.
#No plagiat.
#Dari imajinasi sendiri dan mulai berani menuangkannya dalam bentuk tulisan.
#NunaYu**~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-19
0