Sudah terhitung hampir sebulan lamanya Berliana menempuh pendidikan di IS dan hampir sebulan pula dirinya tinggal dikediaman keluarga besar Pohan.
Hari ini Berliana merasa kurang semangat untuk pergi kesekolah!. Masih menggunakan taksi yang mengantar dirinya pulang dan pergi bahkan terkadang teman-temannya dengan suka rela mereka akan menawarkan tumpangan kepada Berliana.
Kenapa Berliana tidak membeli kendaraan pribadi? Jawabannya adalah ia belum membutuhkannya untuk saat ini.
Sampai di lingkungan sekolah, Berliana berjalan seorang diri sambil menatap disekelilingnya.
Berliana berjalan menuju anak tangga, hal itu dikarenakan dia ingin keatas melalui tangga saja.
Satu dua langkah Berliana menaiki anak tangga tersebut.
Saat akan naik tangga penghubung antara kelas dua dan kelas tiga. Seseorang mendorong tubuhnya dengan keras kearah tembok.
"Dasar parasit!" ucap Arabela dengan tatapan permusuhan kepada Berliana.
"Menjauhlah!" ucap Berliana malas.
"Dengar!. Akan aku pastikan kau akan diusir di keluarga Pohan!" ancam Arabela yang mengingat kejadian waktu itu yang mulai merasakan posisi dirinya di dalam keluarga besar Pohan sedikit demi sedikit mulai tergantikan dengan kehadiran Berliana.
"Salahkan mereka kenapa memungut parasit" ucap Berliana yang tidak kalah tajam menatap Arabela.
"Lihat saja nanti, akan aku pastikan kau akan segera pergi dari rumah ku" ucap Arabela sambil melepaskan kerah baju Berliana.
"Aku menunggu hari itu!" tantang Berliana yang tidak merasa takut.
"Lihat saja nanti!" ucap Arabela sambil meninggalkan Berliana.
Melihat kepergian Arabela, dengan kasar ia menarik nafas dan mengusap wajahnya, agar dirinya tidak mudah terpancing emosi.
Berliana adalah wanita mandiri yang sangat baik dalam mengendalikan emosinya. Akan tetapi jika dia merasa bahwa orang itu sudah sangat keterlaluan maka dia akan mengeluarkan taring tajam miliknya yang selama ini ia simpan dan belum pernah ia gunakan.
"Kamu pikir saya mau tinggal disana? Jawabannya adalah TIDAK!." ucap Berliana yang masih memandang kepergian Arabela yang sudah menghilang dari pandangannya.
Kedua tangan yang semula terkepal kuat mulai normal kembali, dan ia langsung melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sampai dikelas ternyata Berliana sudah terlambat, sesuai peraturan siswa yang terlambat akan di hukum oleh guru yang mengajar saat ini.
Malas belajar dan malas juga di hukum Berliana langsung memutar badannya dan melangkah dengan santai dan tujuannya kali ini ingin menenangkan pikirannya di atas atap sekolah.
Sampainya disana ia langsung dihadapkan dengan pemandangan gedung-gedung besar serta menjulang tinggi.
Berliana menatap datar bangunan yang ada didepannya saat ini. Rasanya ingin menangis, marah benci dan itu semua menjadi satu
Tapi itu semua ia tutupi dengan sikap santai yang selama ini ia perlihatkan.
Cukup lama dirinya berada disana sambil menikmati pemandangan kota.
Telinga Berliana mendengar ada beberapa suara langkah kaki mendekat kearah dirinya saat ini. Dengan tatapan waspada Berlina menatap kearah pintu yang masih tertutup dan ternyata Kevin, Tama dan Gio yang berjalan mendekati dirinya.
Melihat siapa yang datang membuat Berliana kembali melihat kearah depan kembali.
"Kenapa tidak jadi masuk?" tanya Kevin yang ikut duduk disebelah Berliana dan diikuti yang lainnya.
"Lagi malas saja" jawab Berliana.
"Apa ada masalah?" tanya Tama yang melihat ada sedikit perbedaan dari raut wajah Berliana.
"Hanya debu-debu yang menempel" ucap Berliana yang penuh teka-teki.
"Kenapa kesini?" tanya Berliana tanpa melihat kearah mereka.
"Mau mengajak kekantin" jawab Kevin.
"Ayo, nanti waktu istirahat habis" ucap Berliana yang langsung Berdiri dan diikuti yang lainnya.
.......................
Mereka berjalan bersama menuju kantin yang berada di gedung terpisah dari tempat mereka belajar.
Sampai disana, tanpa bertanya Kevin dengan sigap langsung menuju tempat pemesanan makanan dan minuman.
Satu persatu makanan dan minuman mulai tersedia di atas meja. Seperti biasa Berliana memiliki nafsu makan lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.
Dengan perasaan senang Berliana mulai memakan makanannya dengan lahap. Ketiga lelaki yang duduk disekitarnya hanya menatap sekilas kearah Berliana. Bisa ditebak jika mereka sejauh ini cukup paham mengenai sifat Berliana yang memiliki nafsu makan yang cukup tinggi.
Sedang asik-asiknya makan nasi goreng yang porsinya untu dua orang, ia melihat genangan air yang berwana kuning mulai memenuhi diatas piringnya.
Dengan perlahan Berliana mulai menatap kesamping, dengan mulut yang masih kondisi punuh makanan!.
Melihat seorang gadis yang berdiri disampingnya dengan tersenyum sinis dan tidak lupa segelas jus yang sudah kosong berada di tangan kanannya.
Dengan sedikit memaksa Berliana menelan habis makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Ups, tidak sengaja!" ucapnya dengan nada pura-pura merasa bersalah.
"Arabela!" ucap pelan ketiga lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa tidak diselesaikan makannya?" tanya Arabela yang melihat Berliana tidak melanjutkan makannya.
"Apa airnya kurang banyak?" tanya Arabela lagi yang tidak kunjung mendapat jawaban dari Berliana.
Dengan santai Arabela menumpahkan minuman keatas kepala Berliana dan hal itu semakin membuat siswa yang lainnya menatap serius kearah mereka.
Melihat tingkah Arabela, Kevin dan kedua temannya langsung berdiri dan berjalan cepat kearah Berliana yang sudah merasa basah di seragam miliknya.
"Ber, kau tidak apa-apakan?" tanya Kevin, Tama dan Gio serentak sambil mengahapus air yang ada di rambut Berliana.
"Tidak apa-apa" jawab Berliana yang masih setia menatap datar kearah sepupunya.
"Hei, lebih baik kalian menjauh dari wanita ini!" tunjuk Arabela yang tepat didepan wajah Berliana.
"Dia ini parasit yang ada dikeluarga ku" ucap Arabela lagi dengan suara cukup keras.
Mendengar ucapan Arabela membuat para siswa itu menatap remeh kearah Berliana dan ada juga yang menatap kasihan kepada dirinya.
Melihat tatapan orang-orang yang ada disekitarnya membuat kedua tangan Berliana mengepal dengan erat.
"Kenapa tidak terima?" tanya Arabela sambil melipat kedua tangannya.
"DENGAR KALIAN SEMUA!! DIA INI ADALAH PARASIT. JADI LEBIH BAIK KALIAN JAUH-JAUH DARINYA" ucap Arabela dengan suara keras bahkan sampai terdengar diluar area kantin.
"Apa?" tanya Arabela yang seakan menantang Berliana.
Sungguh rasanya hari ini, ingin sekali dirinya memukul Arabela bahkan terlintas di pikirannya untuk membunuhnya.
Cukup lama keduanya saling menatap tajam dan akhirnya Berliana mengeluarkan kata-kata tajam miliknya.
"Menjijikkan!" ucap Berliana memandang jijik kearah Arabela.
Mendengat ucapan Berliana membuat Arabela terpancing emosi dan langsung mengangkat tangan dan ingin menampar Berliana.
"Kakak!" teriak keras Remi dan juga Ramkes yang melihat Arabela yang ingin menampar Berliana. Dengan langkah cepat keduanya menuju posisi Berliana dan juga Arabela yang sedang memiliki aura permusuhan.
Secara bersamaan dengan teriakan sikembar, seseorang telah menahan tangan Arabela yang ingin menampar Berliana dan mulai menurunkan secara perlahan.
"Jangan ikut campur!" tunjukkan Arabela kepada Sakira yang sigap melindungi Berliana.
"Dengan sikap kamu yang seperti ini, maka kamu akan terlihat seperti manusia rendah dan menjijikkan" ucapan pedas dari Sakira.
Awalnya Sakira tidak ingin ikut campur, hanya saja secara naluri dirinya bergerak mendekati mereka dan secara cepat dia menahan tangan Arabela yang ingin menampar Berliana.
Mendengar ucapan Sakira yang terkesan sangat tajam membuat Arabela menatap keduanya dengan perasaan sangat benci.
"Lebih baik kamu pergi dari sini, sebelum aku merusak wajah mulus kamu itu" ancam Sakira dengan tatapan tajam andalannya.
Melihat Sakira membela Berliana membuat api kebencian yang ada didalam diri Arabela semakin menjadi.
Dengan tatapan marah, Arabela meninggalkan mereka semua.
"Apa aku harus mengajarimu bagaimana caranya memukul?" tanya kesal Sakira yang melihat Berliana terlalu bermurah hati menurutnya.
"Tidak perlu!" ucap Berliana beberapa saat.
"Bo**h!" umpat kesal Sakira dan langsung meninggalkan area kantin
"Kakak kau tidak apa-apakan?" tanya Remi dengan cemas. Baru kali ini ia melihat Arabela yang bersikap kejam. Biasa gadis itu akan beraikap manja kepada anggota keluarga lainnya.
"Seperti yang kalian lihat" ucap Berliana dengan tersenyum sedikit kepada sepupu kembarnya.
"Baju kakak basah, lebih baik kakak ganti baju saja. Pakai baju olahraga Remi saja atau punya Ramkes" tawar Remi yang melihat seragam sekolah Berliana basah bahkan roknya juga ikut basah dibagian depan.
"Kalian memang sepupu ku yang baik" puji Berliana sambil mengacak rambut Remi dan Ramkes secara Bergantian.
"Siapa dulu, anaknya daddy Radika dan mommy Azura" ucap Remi dengan sombong.
"Lebih baik segerah ganti baju, nanti masuk angin" ucap Kevin yang menyela percakapan mereka.
"Ayo kak" ucap Remi dan mulai menarik tangan Berliana menuju loker miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sri Ngatin
aku suka alur ceritanya....
2022-11-02
0