Hari ini adalah hari senin, dimana Berliana sebagai siswi di IS. Berliana sudah bersiap-siap memakai seragam kebanggaan IS lengkap dengan almamater yang berwarna biru muda.
Merasa penampilannya sudah cukup Berliana menarik nafas berulang kali.
"Semua sekolah sama saja" gumam Berliana sambil memandang wajahnya di cermin besar miliknya.
Berliana mulai berjalan keluar kamar dan tidak lupa juga ia mengunci pintu kamar. Bukan tidak percaya hanya saja dirinya hanya ingin menjaga barang-barang miliknya. Lagi pula Berliana tidak begitu menyukai orang yang masuk kedalam kamarnya tanpa seizin dirinya.
Secara bersamaan, Arabela juga baru keluar dari dalam kamarnya. Hanya menatap sebentar kearah Berliana, Arabela langsung berlalu begitu saja tanpa menyapa dirinya.
Sampainya di lantai dasar, tepatnya di meja makan anggota keluarga sudah berkumpul kecuali Arkana yang sudah berangkat kekantor pastinya.
"Sarapan dulu baru itu baru berangkat" ucap nyonya Mira kepada Arabela dan juga Berliana yang sedang berjalan mendekat ke arah meja makan.
Mereka mulai memakan sarapannya dalam diam. Berliana yang melihat sarapan yang ada di atas piring, membuat diri kurang menyukainya.
Bukan berarti dia tidak menyukai roti, hanya saja dia tidak terbiasa memakan roti di pagi hari. Karena biasanya dia akan sarapan memakan makanan yang cukup berat seperti nasi goreng, nasi yang lengkap lauk pauk dan terkadang hanya pisang goreng.
"Kalian berangkat bersama saja" ucap tuan Bondang kepada kedua anak perempuannya.
"Tidak!" tolak Arabela.
Mendengar ucapan tegas Arabela membuat orang-orang yang ada dimeja makan itu mulai menatap serius kearahnya.
"Maksud Ara bukan begitu, hanya sajakan nanti orang-orang akan bertanya-tanya siapa kak Berliana. Kalau aku jawab sebagai kakak ku, nanti orang-orang akan berpikiran lain terhadap kak Berliana" jelas Arabela.
Mendengar ucap Arabela, Berliana hanya tersenyum tipis, seakan mengerti dari penolakan Arabela yang tidak ingin berangkat bersama dengannya. Yang pasti sebenarnya bukan itu alasannya.
"Kalau begitu Berliana akan berangkat bersama papa saja" putus tuan Bondan.
"Tidak perlu, aku akan berangkat naik taksi saja" ucap Berliana yang tidak ingin merepotkan orang lain.
"Biarkan dia naik taksi" ucap tuan besar Pohan.
"Supaya dia lebih menjadi pribadi mandiri, aku yakin kedua pasang tua itu memanjakan dirinya" sambung tuan besar Pohan lagi dengan nada sedikit ketus.
"Baiklah, jika kau memiliki keperluan gunakan kartu ini" ucap tuan Bondan sambil menegluarkan kartu platinum yang sama dimiliki oleh Arabela.
Melihat hal itu, Arabela semakin menatap tidak suka kepada Berliana.
Dengan segan Berliana mengambil kartu itu dan memasukkannya kedalam ransel kecil miliknya.
Kini satu persatu orang mulai meninggalkan meja makan tinggallah Berliana seorang diri yang sibuk dengan ponselnya untuk memesan taksi online.
Tidak menunggu waktu lama, taksi yang di pesan oleh Berliana sudah berada didepan teras rumah.
.....................
Sampainya di IS, Berliana turun dari dalam taksi, sebelum berjalan menuju kelas dirinya bertanya terlebih dahulu kepada salah satu guru yang sedang berjalan untuk mengajar.
"Permisi Bu, saya anak baru kelas 3C, ruang kelas 3C dimana ya?" tanya Berliana sopan.
"Oh anak baru!. Silahkan ikuti saya karena saya akan mengajar disana" jawab guru itu.
Kadua berjalan menuju lantai atas dimana lantai atas adalah lantai khusus untuk anak kelas tiga.
Sampai didepan pintu yang bertuliskan kelas 3C yang terdengar cukup ramai dari luar kelas.
Pintu di buka dengan secara kasar oleh guru itu, membuat murid yang ada diruangan itu semulanya ribut menjadi terdiam.
"Seperti biasa kalian ini selalu ribut" ucap guru itu dengan keras.
"Ibu Winda!. Apa ibu baru bangkit dari kematian?" tanya siswa lelaki yang memili nama Kevin dan dia juga menjabat sebagai ketua kelas.
"Apa maksud kamu ha?" tanya balik ibu Winda dengan kesal kepada anak didiknya.
"Itu Bu, hanya saja bidadarinya sampai mengikuti Ibu" ucap Kevin sambil tersenyum menggoda.
"Kamu ini!. Dia akan menjadi bagian dari kita" ucap ibu Winda yang membuat ruang kelas kembali ribut.
"Perkenalkan diri kamu" ucap wali kelas itu kepada Berliana.
"Halo, perkenalkan nama saya Berliana saya pindahan dari SMA Negeri" ucap Berliana.
"Tidak ada sesi bertanya!" ucap ibu Winda yang sudah hafal akan kelakuan muridnya yang tiada batas.
"Ya ampun ibu, baru juga mau bertanya" keluh Kevin yang kesal melihat kelakuan wali kelasnya.
"Emangnya kamu mau bertanya apa?" tanya Ibu Winda dengan nada sedikit ketus.
Dengan semangat Kevin berdiri dari duduknya dan melangkah maju kedepan dan berdiri didepan Berliana yang sedang menatap bingunh kearah lelaki yang ada didepannya itu.
"Saya suruh kamu bertanya, bukan malah maju" ucap ibu Wanda geram sambil memukul pelan kepala muridnya dengan pelan.
"Jangan seperti ini dong Bu" ucap Kevin sambil merapikan rambutnya.
"Cepat Kevin!" ucap wali kelasnya dengan geram.
"Boleh abang minta nomor ponselnya dek?" tanya Kevin dengan nada menggoda.
"Nilai merah hasil ulangan mau?" tanya cepat ibu Winda yang kesal melihat kelakuan muridnya yang satu ini.
"Dasar iri" cibir Kevin kepada wali kelasnya.
"Iri?. Iri kepala kamu!" ucap wali kelas itu lagi.
"Duduk sana cepat, kamu silakan duduk di kursi kosong disana" tunjuk wali kelas kepada Berliana.
Melihat bangku kosong yang ada di bagian belakang, Berliana langsung duduk disana tanpa menghiraukan tatapan murid lainnya.
"Harap diam semuanya!" ucap wali kelas itu dengan tegas dan mulai mengajarkan materi kepada para muridnya.
Kelas tiga C adalah kelas terakhir. Dimana di IS terdapat tiga lokal kelas yaitu A, B, dan C.
Kelas 3C atau biasanya disebut dengan kelas unik atau ada juga yang mengatakan bahwa kelas 3C adalah kelas khusus pembangkang dan memiliki rangking terendah dari kelas lainnya.
.....................
Pada waktu istirahat, semua murid mulai keluar dari dalam kelas. Ada yang menuju kantin ada juga yang berkumpul berbincang bersama.
Berliana yang merasa lapar membuat dirinya ingin pergi kekantin. Saat akan beranjak ada tiga orang yang mendekati Berliana.
Yang satu Kevin dan duanya mungkin temannya Kevin.
"Mau kekantin jugakan?" tanya Kevin yang seolah akrab dengan Berliana.
"Iya" jawab Berliana.
"Bersama saja kalau begitu" ucap Kevin dengan ternyum manis kearah Berliana.
"Sebelum itu kenalkan, mereka adalah sahabat aku, namanya Tama, dan Gio" ucap Kevin sambil menunjuk satu persatu temannya.
Mereka mulai berjalan menuju kantin, posisi mereka saat ini cukup menarik perhatian murid lainnya. Dimana mereka sangat terkenal dengan sebutan akar masalah. Belum lagi wajah Berliana terlihat asing dimata mereka.
Sampainya di kantin mereka duduk di bagian paling belakang.
"Mau pesan apa?" tanya Tama kepada yang lainnya.
"Seperti biasa" ucap Gio dan juga Kevin bersamaan.
"Kalau kamu?" tanya Tama kepada Berliana.
"Aku ikut kalian saja" ucap Berliana yang belum mengetahui apa saja menu yang ada di sana.
Mendengar jawaban Berliana, Tama langsung pergi ke salah satu meja yang dikhususkan tempat pemesanan makanan serta minuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments