"Kakak, semangat untuk besok" ucap Remi sambil melambaikan tangan kepada Berliana yang sedang berdiri di luar pintu. Sambil melihay kepergian mereka.
Mereka sudah menghilang dibawa oleh lift, dan Berliana langsung masuk kamarnya. Pada saat dirinya mau menutup pintu kamar dengan sempurna.
......................
Sesorang telah menahan pintu kamarnya, melihat hal itu Berliana kembali membuka pintu kamar dengan lebar.
"Ada perlu apa?" tanya Berliana dengan nada sedikit malas. Saat mengetahui siapa yang sudah menahan dirinya untuk menutup pintu kamar miliknya.
"Dengar!. Jangan kau pikir aku diam saja akan menerima kamu di keluarga ini, jawabannya adalah tidak" ucap Arabela dengan menatap benci kearah Berliana.
"Jika bukan karena papa, tidak sudi aku memberikan catatan ku untuk mu" ucap Arabela sambil melemparkan buku miliknya kelantai.
Melihat hal itu, Berliana hanya menarik nafas sedikit kasar.
"Aku tidak butuh" ucap Berliana dengan penekanan.
"Kau pikir aku mau memberikannya?" ucap Arabela sambil menatap tajam kepada Berliana.
"Maka ambil kembali" ucap Berliana yang tidak ingin terpancing emosi.
Melihat tingkah Berliana, membuat Arabela geram dan semakin tidak menyukai kehadiran Berliana yang berada di tengah keluarga Pohan.
Dengan perasaan kesal, Arabela mengambil kembali buku-buku yang ia sengaja jatuhkan kelantai dan langsung meninggalkan kamar Berliana.
Melihat Arabela sudah berlalu, Berliana sedikit memejamkan matanya sejenak. Dirasa sudah tenang barulah dia membuka matanya secara perlahan dan mulai menutup kembali akan tetapi masih ada saja penghalang dirinya untuk segera beristirahat.
"Apa lagi?" tanya Berliana dengan nada cukup kesal sambil membuka pintu sedikit cepat.
Melihat siapa yang berdiri didepannya membuat Berliana menatap diam. Ternyata orang itu adalah Arkana atau cucu tertua yang ada di keluarga Pohan.
Tanpa mengucapkan sesuatu, Arkana langsung mengambil tangan Berliana dan langsung meletakkan beberapa kertas yang berisikan kisi-kisi soal ujian besok hari.
"Semoga berhasil" ucap Arkana dan langsung berlalu dari hadapan Berliana.
Melihat kertas-kertas yang ada di tangannya, Berliana kembali memandang kedepan ternyata Arkana langsung pergi berlalu begitu saja.
"Terima kasih" ucap pelan Berliana. Dan langsung menutup serta mengunci pintu kamarnya.
Disisi lain atau lebih tepatnya seorang lelaki dewasa yang cukup tampan tengah duduk termenung di balkon kamar miliknya.
Sesaat setelah masuk kembali kekamar, lelaki itu langsung duduk di kursi yang terdapat di balkon kamar miliknya.
"Aku harap kau akan mendapatkan apa yang harusnya menjadi milikmu" ucapnya dengan tatapan datar atau pandangaan dingin.
"Aku akan berdiri tepat dibelakang, jika sewaktu-waktu aku merasakan tekanan besar yang menimpa dirimu" sambungnya lelaki itu lagi dengan tatapan datar.
Kembali kepada Berliana saat ini yang berada di kamarnya yang sedang melakukan panggilan vidio.
Panggilan vidio terhubung,
"Apapun keputusan kamu, kami tentunya akan mendukung penuh" ucap seorang wanita melalui panggilan vidio.
"Betul apa yang diucapkan oleh wanita centil dan cerewet itu" timpal seorang lelaki.
"Hei, wanita centil dan cerewet yang kau sebut ini adalah wanita yang kau sukai" ucap wanita itu dengan kesal.
"Lihat saja aku akan mencari lelaki yang lebih tampan disini" ucap wanita itu kembali.
"Aku akan membunuh laki-laki itu" ucap marah seorang lelaki yang terdengar sangat posesif di telinga kedua wanita itu.
"Sudahlah Kak Davis, Kak Meili kalian ini selalu saja seperti ini. Lebih baik kalian segerah menikah saja agar aku punya keponakan yang lucu-lucu" ucap Berliana kepada keduanya.
"Maunya seperti itu, bukankah kamu tau sendiri? kalau aku sedang menyelesaikan pendidikan ku disini dan Davis juga sedang mengembangkan bisnisnya" ucap Meili dengan nada sedih.
"Setelah selesai kuliah aku akan menikahimu" ucap Davis sungguh-sungguh.
"Iya Honey, ingat jangan melirik wanita lain" pinta Meili kepada kekasih hatinya.
"Tentu" ucap Davis.
"Kalian ini, membuat aku iri saja" ucap Berliana dengan pura-pura kesal.
"Nanti kamu akan menemukan pangeran berkuda putih milikmu sendiri" ucap Meili dengan sedikit tertawa.
"Semoga saja" ucap Berliana.
"Apa kamu butuh bantuan? untuk melakukan ujian di IS besok?" tanya Meili
"Hei apa kau pikir dia bodoh, tentu saja itu tidak perlu. Karena adik kecil kita sangat pintar tentunya" ucap Davis dengan sedikit nada tinggi.
"Aku hanya menawarkan saja, siapa tau dia mau" ucap Meili acuh.
"Terima kasih atas tawaran kalian. Yakinlah bahwa aku bisa mengatasi hal ini" ucap Berliana.
"Tentu saja kami yakin" seru keduanya kompak.
"Semangat untuk besok dan hempaskan saja hama-hama yang menempel" ujar Meili dengan candaan khasnya.
Mereka bertiga melakukan perbincangan cukup lama, terkadang mereka membahas sesuatu hal yang sangat pribadi. Setelah merasa cukup lama melakukan panggilan vidio dengan kode luar negeri, akhirnya mereka memutuskan panggilan.
Panggilan vidio selesai.
..........................
Keesokan harinya Berliana tengah bersiap untuk melakukan ujian masuk IS. Dengan pakaian cukup rapi dan sopan menurutnya, Berliana berlalu meninggalkan kamarnya menuju lantai dasar.
Dilantai dasar atau ruang keluarga tuan Bondan dan juga nyonya Mira tengah menunggu kedatangan Berliana.
"Sudah siap?" tanya nyonya Mira kepad Berliana yang sudah berjalan mendekat ke arah mereka.
"Ayo berangkat" ucap tuan Bondan sambil beranjak berdiri.
Ketiganya langsung menuju mobil yang sudah siap jalan yang berada tepat di depan teras rumah.
Mobil hitam mewah itu sudah melaju dan perlahan mulai meninggalkan pekarangan rumah mewah itu.
Perjalanan selama sepuluh menit, akhirnya mereka sampai didepan gerbang sekolahan elit tersebut. Tanpa banyak basa-basi mobil mewah tersebut langsung dipersilahkan oleh penjaga gerbang disana.
Ketiganya langsung keluar dari dalam mobil dan menuju ruang kepala sekolah untuk memperkenal Berliana.
Saat sampai didepan ruang kepala sekolah dan sudah dipersilahkan masuk. Ketiga langsung masuk dan diikuti oleh seorang guru yang sudah menyambut kedatangan mereka.
"Apa ini orang yang kalian maksud?" tanya kepala sekolah itu dengan tatapan menyelidik kearah Berliana.
"Benar" ucap tuan Bondan dan juga nyonya Mira.
"Baik, dan tentu kalian tau saya orangnya seperti apa bukan?" tanya Kepala sekolah itu dengan tatapan tajam kepada pasangan paruh bayah itu.
"Aku ucapkan untuk sekian kalinya, untuk masuk IS tidak ada namanya memandang status sosial. Baik dari golongan kaya ataupun prestasi mereka akan melakukan tes terlebih dahulu" jelas kepala sekolah iti dengan bijaksana.
"Apa kau sudah siap?" tanya kepala sekolah itu kepada Berliana.
"Tentu" jawab yakin Berliana.
"Bagus, mari kita keruang ujian dan di sana akan di sebutkan prosedur ujiannya" ucap kepala sekolah itu dan mulai beranjak dan mereka mulai mengikutinya.
Mereka sampai disebuah ruangan besar yang berisikan puluhan komputer di sana.
"Aku akan menjelaskan peraturannya dan kau akan melakukan ujian dengan menggunakan komputer yang ada di sini" ucap kepala sekolah sambil mempersilahkan Berliana duduk di kursi bagian tengah dan langsung dilakukan oleh Berliana.
"Yang pertama adalah pada saat login kamu akan dihadapkan dengan tiga jenis tes yaitu, Tes Kemampuan Dasar (TKD), Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Potensi Skolastik (TPS). Masing-masing tes akan diberi waktu satu jam, karena ada tiga tes maka kamu akan diberi waktu mengerjakan selama tiga jam tidak kurang dan tidak lebih".
"Selain itu, nilai akan langsung keluar pada saat anda menekan tanda selesai pada kalimat akhir lembar online ujian. Skor yang didapatkan, akan menentukan lulus atau tidaknya dan juga akan menjadi penentuan kelas yang layak kamu masuki" jelas kepala sekolah itu dengan sungguh-sungguh.
"Apa kau sudah siap? dan kalian?" tanya kepala sekolah itu kepada Berliana dan kedua pengawas yang mengawasinya dari kiri dan kanannya.
"Siap" ucap mereka serentak.
"Berliana. Buktikan jika kamu memang layak berada di IS dan waktu kamu terhitung mundur 10 detik di mulai dari sekarang. 10, 9, 8, 7, 5, 4, 3, 2, 1. Mulai" ucap kepala sekolah dengan tegas.
Tanpa membuang waktu, Berliana mulai mengerjakan dengan teliti dengan wajah tenang tentunya.
Sudah 1 jam berlalu, Berliana sudah mulai mengerjakan soal akademik dengan tenang bahkan terlihat seperti ujian biasa dimata Berliana.
Di soal terakhir Berliana dengan malas mengerjakan jenis soal ketiga. Hal itu di karena selain soal-soal yang di uji membosankan bagi Berliana selain itu, dia juga melihat skor nilainya sudah dapat memenuhi kreteria.
"Waktu habis" ucap Kepala sekolah. Secara otomatis komputer akan log out dengan sendirinya jika batas waktu yang di tentukan sudah habis.
"Cukup mengesankan dengan skor yang kau dapat walaupun kau hanya bisa menduduki kelas 3C, yaitu kelas terakhir"
"Selamat Berliana dan mulai minggu depan kamu akan secara aktif berada di IS" ucap kepala sekolah itu dengan bangga.
"Selamat sayang" ucap nyonya Mira kepada Berliana.
"Ternyata kamu cukup pintar" ucap tuan Bondan yang cukup bangga akan pencapaian Berliana.
Mereka semua keluar dari ruangan yang berisikan puluhan komputer canggih disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments