Dengan tatapan tajam Sakira mulai mengalihkan pandangannya dari Berliana.
"Apa kamu buta!" bentak Sakira dengan suara keras.
"Kaliannya saja yang tidak tau tempat" ucap orang yang melempar bola basket kepada Berliana dan orang itu ternyata Arabela.
"Kalau mau mengobrol jangan disini!" sambung Arabela lagi.
"Kau!" tunjuk kesal Sakira tepat didepan wajah Arabela.
"Sudahlah, tidak perlu diperbesar lagi" ucap Berliana sambil menatap teduh kearah Sakira.
"Orang yang seperti ini, tidak bisa dibiarkan begitu saja!" ucap Sakira sambil memandang tajam kearah Arabela.
"Memang sangat cocok kalian berdua, satunya anak haram dan satunya lagi seorang parasit" ucap Arabela dengan tertawa mengejek kepada keduanya.
"Aku bukan anak haram!" teriak marah Sakira kepada Arabela.
Selama ini, dirinya selalu disebut anak haram dan anak dari seorang wanita perebut suami orang lain.
Pada kenyataannya, ibunya adalah korban disini atas kelakuan bejat sang ayah yang ternyata sudah terlebih dahulu menikah sirih dengan wanita lainnya.
"Kalau bukan anak haram terus apa? anak di luar nikah" ucap Arabela yang semakin memancing emosi Sakira.
"KAU!!" ucap marah Sakira dan langsung ingin memukul wajah Arabela.
Akan tetapi dengan cepat Berliana menghalangi kepalan tangan Sakira yang sedikit lagi mengenai tepat di bagian hidung Arabela.
"Pergilah" ucap Berliana dengan penuh penekanan kepada Arabela yang terlihat shock dan hampir saja dirinya terkena pukulan itu.
Melihat Arabela yang bergegas melangkah menjauhi mereke, membuat Berliana menatap dalam Sakira.
"Kenapa kau menahan tangan ku!" ucap marah Sakira sambil menarik tangannya dengan kasar.
"Kendalikan emosi mu!" ucap Berliana sambil menatap lekat kedua bola mata Sakira.
"Kau tidak tau bagaimana rasanya difitnah!"
"Kau tidak tau!" teriak Sakira yang kini matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku memang tidak tau apa yang kau rasakan saat orang-orang membicarakan kamu!" ucap Berliana dengan lembut dan mata teduh.
"Tapi yang harus kamu tau!, tidak selamanya kekerasan akan menyelesaikan masalah. Dan juga semakin emosinya kamu, maka akan semakin besar kesalahan yang kamu perbuat!" jelas Berliana dengan bijak.
"Semakin tenangnya dirimu, maka kamu semakin berharga!" ucap Berliana sambil memegang kedua pundak Sakira dengan lembut.
Mendengar ucapan Berliana yang cukup masuk akal membuat, Sakira terdiam dan menundukkan kepalanya.
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya cemas Kevin dan teman-temannya yang ternyata sudah berada didekat mereka.
"Tidak apa-apa" ucap Berliana sambil tersenyum tipis.
"Ini, kami membawa minuman untuk kalian" ucap Tama sambil memberikan minuman kepada Berliana dan juga Sakira.
"Terima kasih" ucap keduanya.
"Lebih baik kalian segerah istirahat, dan sepertinya kalian sudah mengundang tatapan dari orang-orang" ucap Kevin yang melihat di sekilingnya.
Mereka berlima menuju tempat yang ada dibagian belakang sekolah. Disana terdapat beberapa pohon besar dan sangat menyejukkan jika duduk dibawahnya.
Mereka tampak kelihatan akrab, bahkan Sakira yang awalnya terlihat menutup diri kepada orang lain. Sudah mulai menerima kehadiran orang-orang terdekatnya.
.......................
Pada saat malam harinya, Berliana ingin mengelilingi kota, berhubung besok hari libur. Jadi dia ingin menghabiskan waktu untuk berkeliling.
Saat ini Berliana sedang berada didalam taksi dan taksi itu melaju menuju kearah pantai.
Sudah lama rasanya Berliana tidak kepantai, jadi dia memutuskan untuk pergi kesana setelah berkeliling di sekitaran kota.
Saat memasuki kwasan pantai, taksi yang dinaiki oleh Berliana berhenti secara tiba-tiba didekat area jalan yang menikung.
"Apa apa pak?" tanya Berliana heran.
"Itu non, ada perkelahian didepan sana" ucap sang sopir.
Langsung saja, Berliana mengalihkan pandangannya kedepan. Dengan tatapan menajam dia melihat sebuah mobil dan beberapa motor yang berada disekitar mobil tersebut.
Lalu pandangannya, beralih kepada kerumunan perkelahian, terlihat seorang wanita sedang berusaha menahan beberapa pukulan dan serangan dengan cukup lincah menurut Berliana.
"Bukannya itu Sakira?" gumam pelan Berliana dan dapat didengar oleh sopir taksi.
"Nona kenal sama perempuan itu?" tunjuk sopir taksi.
"Sepertinya itu teman saya pak" ucap Berliana yang terus melihat kedepan dengan serius.
"Aduh non, semoga teman nona tidak kenapa-napa. Soalnya di daerah sekitar pantai ini cukup rawan soalnya" jelas sang sopir taksi.
"Tunggu disini pak, saya akan membantu teman saya dulu" ucap Berliana dan langsung membuka pintu mobil.
Dengan langkah pelan namun pasti Berliana mendekati perkelahian antara satu banding enam orang lelaki.
"Wah-wah, tidak ku sangka akan bertemu dengan para banci yang hanya berani mengeroyok seorang wanita" ucap Berliana dengan suara mengejek.
"Siapa yang kau sebut banci ha?" tanya salah satu lelaki.
"Tentu saja kalian" tunjuk Berliana santai kearah keenam lelaki itu.
"Berliana lebih baik kamu cepat pergi dari sini, selagi aku masih bisa mengatasi mereka" ucap Sakira dengan nafas ngos-ngosan.
Mendengar ucapan Sakira membuat, Berliana menatap malas. Sekarang keduanya tampak akrab akibat kejadian siang hari di sekolah.
"Kau terlalu lambat!" ucap Berliana dan langsung melangkah cepat dan menghajar mereka dengan cara brutal.
Tidak sampai satu menit kini keenam lelaki itu sudah berjatuhan keaspal jalan.
"Tidak kusangka kamu pandai dalam beladiri" ucap kagum Sakira.
"Kenapa kamu waktu itu tidak membalas perlakuan Arabela?" tanya Sakira heran.
"Tidak penting" jawab acuh Berliana.
"Kenapa?" tanya Sakira dengan penasaran.
Melihat jiwa penasaran Sakira semakin besar membuat Berliana semakin menyukai.
Dengan tersenyum miring Berliana mendekati Sakira dan hal itu membuat Sakira sedikit merinding.
Tepat pada berada didepan Sakira. Berliana langsung membisikan satu kata yang semakin membuat dirinya bingung.
"Tanyakan kepada keluarga mu!" ucap Berliana sambil berjalan mundur dua langkah.
"Keluarga ku?" tanya bingung Sakira.
"Kau akan tau jawabannya nanti" ucap Berliana dan langsung melangkah menuju taksi yang sedari tadi menunggu dirinya.
Melihat Berliana sudah masuk kedalam taksi, Sakira langsung bergegas menuju mobilnya dan langsung melajukan dengan kecepatan tinggi.
Berliana yang sedari tadi mengamati bahasa tubuh Sakira mulai tersenyum manis.
"Satu persatu dan akan semakin bertambah orang-orang yang akan menjadi sekutu" ucap Berliana dalam hati.
Dalam hal ini, Berliana bukanlah orang yang memiliki pikiran serta sifat yang licik dan egois.
Hanya saja yang ia lakukan akan sama-sama saling menguntungkan untuk kedepannya.
"Di saat ada orang lain membuang mu, maka akan ada tangan orang lain yang dengan suka rela menyambut mu!" salah satu perinsip yang selalu Berliana pegang teguh.
"Lanjut kepantainya non?" tanya sopir taksi yang siap melajukan mobilnya.
"Pulang saja pak" ucap Berliana sambil menyenderkan punggungnya.
"Baik neng" ucap sopir taksi dengan patuh.
Berliana duduk dengan tenang sambil memejamkan matanya, dan mengingat beberapa kejadian akhir-akhir ini merusak ketenangannya. Yang selama ini ia ciptakan dengan baik.
"*Arabela" desis Berliana sambil membayangkan wajah Arabela.
"Sepertinya kau sungguh tidak sabar ya" ucap Berliana sambil tertawa kecil.
"Aksi panggung mu itu terlalu berani dan terlalu cepat" sambung Berliana lagi*.
Aksi pengeroyokan Sakira tadi adalah atas suruhan oleh seseorang. Siapa lagi jika bukan saudara sepupu Berliana yang selalu mencari celah agar menjatuhkan Berliana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments