Sambil menunggu makanan yang mereka pesan. Telinga Berliana mendengar suara yang cukup familiar ditelinganya.
"Kakak!" teriak Remi sambil berjalan mendekat kearahnya dengan membawa makanan dikedua tangannya.
Suara keras Remi membuat para sisiwa yang lainnya mulai mengikuti langkah Remi yang mendekat kearahnya.
"Kamu kenal dia Ber?" tanya Gio kepada Berliana Dan langsung mendapat anggukkan kepala.
"Ramkes mana?" tanya Berliana yang melihat Remi datang sendiri.
"Dia lagi di perpustakaan kak" jawab Remi sambil duduk tepat di samping Berliana.
"Kakak tidak pesan makan?" tanya Remi yang melihat tidak ada makanan diatas meja itu.
"Lagi ditunggu" jawab Berliana.
"Kamu siapanya Berliana?" tanya Kevin penasaran.
"Aku ini adik sepupunya kak Berliana" jawab Remi santai.
"Berarti kamu termasuk keluarga Pohan?" tanya Gio yang semakin mengundang penasaran yang lainnya.
"Tentu saja" jawab Remi dengan cepat.
"Akhirnya berteman sama anak keluarga Sultan" ucap Gio senang.
Walaupun mereka termasuk golongan menengah keatas tapi itu semua belum sebanding dengan keluarga Pohan maupun keluarga ternama lainnya.
"Tapi di keluarga kami tidak ada yang namanya Sultan" ucap polos Remi yang mengundang tawa di meja itu.
"Bukan itu maksudnya adik kecil" ucap gemas Tama kepada Remi.
"Lah terus apa kalau bukan itu?" tanya Remi bingung.
"Nanti kau akan tau sendiri" ucap Kevin yang malas membahas itu.
"Baiklah" ucap Remi yang kurang bersemangat.
Satu persatu makanan mulai diletakkan di atas meja mereka. Tanpa berbicara lagi, mereka langsung melahap makanan itu dengan sesekali mereka berbicara.
"Kak. apa kakak sangat lapar?" tanya Remi yang melihat basko Berliana yang sudah terlebih dahulu habis dari yang lainnya.
"Sangat!" ucap Berliana.
Mendengar ucapan Berliana, ketiga orang itu langsung memberikan satu persatu bakso milik mereka.
"Tidak usah, kalian pasti lapar juga bukan?" tanya Berliana yang mendapat tiga tambahan bakso di mangkoknya.
"Tidak apa-apa, kami juga tidak terlalu lapar" jawab Kevin.
"Terima kasih" ucap Berliana kepada ketiga teman barunya.
"Kakak, kalau kakak masih lapar makan saja nasi ayam punya ku kalau kakak mau" tawar Remi kepada Berliana yang kelihatan sekali sangat lapar.
"Apa boleh?" tanya Berliana dengan senang.
"Tentu saja, ini makanlah" ucap Remi sambil menggeser piring miliknya.
Dengan semangat Berliana langsung menghabiskan makanan yang ada didepannya.
"Apa kakak tadi pagi tidak sarapan?" tanya Remi.
"Sarapan, hanya saja cuma makan roti dan aku tidak terbiasa dengan itu" ucap Berliana yang sudah menghabiskan makanannya.
"Kakak kesekolah menggunakan apa?" tanya Remi yang ingin tahu.
"Taksi" jawab Berliana singkat.
"Kenapa tidak berangkat bersama kak Arabela?" tanya Remi kembali.
"Kami tidak seakrab itu" jawab Berliana acuh.
Sedangkan ketiga lelaki yang ada didepannya itu hanya menjadi pendengar setia.
Waktu istirahat ternyata sudah sudah habis, para siswa yang semula ramai di kantin. Kini mulai meninggalkan tempat tersebut.
"Remi duluan kekelas ya kak" ucap Remi pamit kepada Berliana dan ketiga temannya.
"Belajar yang rajin" ucap Berliana.
"Serius!, aku tidak pernah menyangka akan berteman dengan golongan orang kaya" ucap Gio takjub.
"Emang keluarga kamu tidak termasuk kaya?" tanya Kevin kesal.
"Termasuk sih, hanya sajakan mereka berasal dari keluarga sultan sudah turun-temurun" jelas Gio.
"Yang kaya itu mereka bukan aku" ucap Berliana.
"Aku ini hanya anak kemarin sore yang baru masuk ke keluarga itu" sambung Berliana lagi.
Mereka berempat berjalan menuju kekelas mereka dengan Berliana berada ditengah mereka.
Sampai didalam kelas, mereka mulai berpencar menuju tempat duduknya masing-masing.
Berliana berjalan dengan santai menuju tempat duduknya yang berada di bagian belakang. Sudah sampai ditempatnya Berliana duduk tenang.
"Kamu jangan merasa kecantikan!" ucap seorang siswi menatap tidak suka. Dan dia duduk di depan Berliana.
Mendengar ucapan gadis itu, Berliana hanya menatap bingung.
"Ingat Kevin itu pacar aku!" jelasnya lagi.
"Oh, ternyata cewek ini cemburu!" ucap Berliana dalam hati.
"Emangnya saya peduli!" ucap Berliana sambil melipatkan kedua tangannya dan menatap datar kearah wanita itu.
"Ingat!, kamu harus jauh-jauh darinya" ucapnya lagi dengan nada peringatan. Dan Berliana hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh.
"Hari pertama masuk sudah dapat musuh. Nasib-nasib" pikir Berliana, sambil mendengarkan guru yang menjelaskan pelajaran didepan.
....................
Disekolahan yang lama Berliana termasuk orang-orang yang pintar bahkan ada juga yang mengatakan dirinya sangat jenius. Hanya Berliana memiliki sifat yang tidak bisa dimudah untuk diatur.
Dia akan menulis, mengerjakan tugas sekolah atau mencatat pelajaran jika dia dalam keadaan sedang ingin belajar.
Jika tidak, maka hal yang biasa yang ia lakukan adalah tidur didalam kelas atau di UKS dan terkadang akan duduk di kantin sekolah, sambil bermain game atau sibuk dengan aktivitas yang ada di ponsel miliknya.
Ponsel milik Berliana bukanlah dari merek yang terkenal pada umumnya yang dipakai oleh orang kalangan elit. Akan tetapi kualitas ponsel yang ia miliki sungguh jauh berbeda dengan dimiliki oleh orang kebanyakan.
Ponsel itu sudah disetting dengan sedemikian rupa oleh dirinya dan dibantu temannya yang lain. Sehingga memiliki kecanggihan yang cukup tinggi dari pada ponsel pada umumnya.
..................
Kembali kepada Berliana yang masih menyimak dengan baik atas apa yang dijelaskan oleh gurunya.
"Membosankan!"gumam Berliana dengan sedikit nada kesal.
Sudah kesekian kalinya Berliana melihat jam di ponselnya. Cukup terlalu sering melihat jam membuat Berliana kesal sendiri.
"Dasar jam laknat" umpat Berliana dalam hati.
Waktu yang ditunggu oleh Berliana akhirnya tiba, dimana pelajaran yang membosankan itu telah berakhir dan di ganti dengan jam pulang.
Dengan cepat Berliana memasukkan kembali buku dan pena kedalam ransel kecil miliknya dan tanpa basa-basi dirinya langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Kenapa buru-buru?" tanya Tama yang heran melihat Berliana sangat semangat untuk pulang.
"Pengen cepat merebahkan diri" ucap Berliana santai.
"Pulangnya naik apa?" tanya Tama, Kevin dan Gio juga mulai mendekat kearah mereka.
"Naik taksi" ucap Berliana santai.
"Kalau mau pulang sama aku, atau gak sama Gio atau Kevin" tawar Tama kepada Berliana.
"Kalau tidak keberatan boleh juga" ucap Berliana yang sedikit menyetujui ajakan Tama.
Secara tidak sadar ternyata mereka sudah cukup akrab satu sama lainnya.
"Sama aku saja, soalnya kita satu arah" ucap Kevin.
"Naik motor tidak apa-apakan?" tanya Kevin kepada Berliana.
"Tidak apa-apa, hanya saja aku tidak punya helm" ucap Berliana.
"Tidak apa-apa, soalnya jaraknya juga dekat dari sini!" jelas Kevin.
Dengan senang hati Berliana menerima tawaran Kevin untuk pulang, menggunakan motor besar miliknya.
Berliana termasuk orang yang menyukai otomotif bahkan hal-hal yang berhubungan dengan listrik juga ia sukai.
Mereka berempat berjalan bersama menuju parkiran khusus motor, yang tentunya sangat kecil dibandingkan dengan parkiran mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments