Pagi ini Berliana sedikit bangun terlambat dan berjalan tergesah-gesah menggunakan tangga. Karena buru-buru Berliana tidak menyadari bahwa ada lift dirumah besar itu.
Tanpa sarapan, Berliana berjalan cukup cepat sambil memainkan ponsel untuk memesan taksi online.
Dengan sedikit gelisah dan terus menatap jam yang ada di tangannya. Berliana menarik nafas kasar.
Dan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga taksi online pesanannya.
"Kecepatan penuh!" ucap Berliana kepada sopir taksi itu.
"Baik non" ucap sopir itu dan langsung melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Tepat sampai didepan gerbang IS, ternyata gerbang besar itu baru saja ditutup oleh salah satu penjaga disana.
Melihat hal itu, Berliana mengumpat kesal.
"Sial!" umpat Berliana sambil memandang kearah gerbang.
"Ikut aku!" ucap seseorang yang memukul pelan pundak Berliana.
Dengan cepat Berliana melihat kearah sampingnya dan pertama kali ia lihat adalah seorang gadis yang memakai pakaian yang sama seperti dirinya.
Melihat gadis itu berlalu melewati dirinya, membuat alis Berliana mengkerut. Tanpa bertanya Berliana mengikuti gadis itu yang sedang berjalan santai kearah bagian samping gedung IS.
Cukup jauh mereka berjalan akhirnya mereka sampai di depan tembok yang memiliki tinggi sekitar 2 meter.
"Kau bisa melompat?" tanya gadis itu sambil menatap Berliana.
Mendapat pertanyaan dari gadis yang tidak ia kenali itu membuat Berliana menjawab dengan anggukan saja.
"Baguslah!" ucapnya dan langsung memegang bagian atas tembok dan tidak lama, ternyata gadis itu sudah berdiri diatas tembok pembatas.
"Cepatlah!, nanti ada yang lihat!" ucap gadis itu yang melihat Berliana belum juga mengikutinya.
Dengan sigap Berliana mengikuti gadis itu dan kini keduanya sudah berada didalam lingkungan sekolah.
"Ternyata kau hebat juga" ucap gadis itu dengan sedikit tersenyum.
Keduanya langsung berjalan santai menuju kekelas. Tanpa mereka sadari ternyata keduanya masuk dikelas yang sama.
"Kamu masuk dikelas ini juga?" tanya gadis itu dengan heran.
"Iya, baru masuk kemarin" jawab Berliana sambil berjalan menuju bangkunya.
"Oh!" ucap acuh gadis itu dan langsung menuju kebangku miliknya dibagian paling belakang.
Sampai di bangku miliknya dia langsung menenggelamkam kepalanya diatas meja dan menutup kedua matanya.
Merasa ada yang duduk disebelahnya membuat gadis itu membuka matanya dan menatap kesamping dengan tatapan bingung.
"Aku duduk disini mulai dari kemarin" jelas Berliana yang melihat gadis itu menatap datar kearahnya.
"Terserah!" ucap acuh.
Gadis itu adalah tipe gadis yang tidak mau diganggu dan dia juga tidak mengganggu orang lain. Dengan sikap yang dimilikinya itu membuat orang lain segan untuk berteman dengannya. Ditambah lagi dia wanita yang suka pembuat masalah jika dia tidak menyukai sesuatu hal yang mengganggu dirinya.
Dia adalah Sakira Martines yang memiliki sifat yang suka mencari masalah dan terkadang juga terkesan dingin terhadap lingkungan sekitar.
Semenjak sang ibu meninggal membuat kepribadiannya semakin tidak terkendali. Hal itu dikarenakan, Sakira mengetahui jika sang ayah selama ini sudah mempunyai keluarga baru yang jauh lebih kaya dari keluarga ibunya.
Walaupun dirinya terkadang membuat masalah, ada keluarga dari mendiang ibunya yang selalu mendukung dirinya jika terkena masalah.
Keluarga Martines adalah keluarga yang saat ini terkenal dengan keturunan yang terjun dalam bidang firma hukum di kota ini. Itulah yang menjadi salah satu alasan membuat keluarga dan dirinya termasuk kedalam jajaran termasuk disegani di kota besar itu.
Selain keluarga Martines ada juga beberpa nama kelurga yang sangat disegani dan dihormati yang ada di negara itu. Suatu pencapaian yang baik, terkenal dan memiliki harta yang melimpah membuat orang-orang di luar sana selalu memanfaatkan jika ada celah untuk masuk kedalam keluarga yang berpengaruh.
..................
Pelajaran pertama selesai,
Kevin, Tama dan Gio melangkah mendekati meja Berliana dan mengajak kekantin bersama-sama.
"Ayo kekantian" ajak Kevin kepada Berliana.
"Sebentar" ucap Berliana sambil menyimpan buku kedalam tasnya.
"Ayo!" ucap Berliana dengan semangat.
Berliana dengan semangat mulai berdiri dari tempat duduknya dan melihat kearah Sakira yang masih menempelkan kepalanya di atas meja sepanjang jam pelaran dimulai.
"Ayo kekantin" ajak Berliana kepada Sakira.
Mendapat sedikit guncangan dibagian punggungnya, membuat Sakira bangkit dan menatap kesal kearah Berliana.
Kevin, Tama dan Gio serta orang-orang yang tersisa dikelas itu menatap heran kearah Berliana yang tampak akrab. Hal itu sukses membuat mereka gelisah dan bercampur waspada jika Sakira mengamuk saat ini.
Mereka yang ada di kelas ini sungguh mencari aman dan tidak mau mengganggu Sakira yang lagi tertidur di atas meja maupun mengganggu aktivitas yang lainnya
Karena pernah suatu kejadian, saat mereka dikelas 2 yaitu tahun lalu, seorang ketua kelas yang nekad mencari masalah dengan Sakira dan kejadian itu membuat tangan ketua kelas patah dan beberapa memar di bagian wajahnya.
Semanjak kejadian itu tidak ada yang berani mengganggu Sakira, bahkan mereka mulai menghiraukan kehadiran gadis tersebut.
Melihat pandangan mata Sakira menatap tajam kearah dirinya, membuat Berliana ikut menatap tidakkalah tajam dengan tatapan Sakira.
"Mau tidak?" tanya Berliana dengan sedikit penekanan bahkan dia sedikit menyipitkan kedua matanya.
Melihat tatapan Berliana, membuat sekujur tubuh Sakira sedikit membeku dan dia tidak tau alasannya kenapa.
Dengan kaku Sakira menganggukkan kepalanya, dan hal itu membuat mereka sekali lagi terkejut dan menatap heran kearah Berliana yang dapat menjinakkan seekor singa yang siap mengamuk pikir mereka.
"Wah sungguh hebat!" gumam pelan Gio yang melihat Berliana tanpa takut menatap mata Sakira.
"Membuat ku merinding saja" ucap Tama sambil mengusap kedua lengannya.
"Aku bahkan mulai siap siaga" ucap Kevin yang masih memandang keduanya dengan tatapan tidak percaya.
Walaupun mereka berbicara pelan tetapi masih saja terdengar jelas di kedua telinga kedua wanita itu yang masing-masing memiliki pendengaran tajam.
"Ada apa dengan ku?, biasanya aku tidak pernah merasakan perasaan yang seperti ini" pikir Sakira yang bertanya-tanya tentang dia cukup mudah akrab dengan Berliana.
"Tidak-tidak jika kau memiliki kelemahan maka orang akan menindas mu!" tekad Sakira dalam hatinya sambil memandang punggung Berliana yang sedang menuju kantin.
Sampai di kantin mereka duduk dibagian kursi yang paling belakang.
Setiap kali mereka melewati siswa yang lain maka mereka akan melihat menatap kearah mereka. Sebenarnya bukan menatap mereka semua akan tetapi melihat ke Sakira lebih tepatnya yang mengikuti mereka dari belakang.
Melihat orang-orang yang mulai menatap intens kearah dirinya membuat Sakira merasa tidak nyaman. Karena selama ini dia selalu enggan didekati ataupun mendekati.
"Abaikan saja!" ucap Berliana yang melihat raut wajah gelisah Sakira saat duduk di hadapannya.
Ketiga lelaki itu merasa cukup canggung akan kehadiran Sakira. Tapi pada saat melihat sikap Berliana yang biasa saja, mereka mulai berusaha untuk bersikap demikian.
"Mau pesan apa?" tanya Gio yang siap menuliskan pesanan mereka.
"Samakan saja" jawab Kevin dan Tama serentak.
"Aku juga, tapi porsi untuk tiga orang" ucap Berliana yang membuat yang disekitarnya menatap tidak percaya.
"Yakin habis?" tanya Gio heran.
"Sangat lapar!" ucap Berliana sambil menatap mereka satu persatu.
"Sakira, kamu pesan apa?" tanya Gio sedikit gugup.
"Ngikut kalian!" ucap acuh Sakira.
Dan langsung disetujui oleh Gio yang sudah meninggalkan tempat itu untuk memesan makanan serta minuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments