Mentari pagi kini mulai mengintip dari ufuk timur, dan terkesan malu-malu. Arka menggeliat dan mulai membuka matanya perlahan-lahan.
"Kenapa aku bisa tidur di sini?" batin Arka sembari duduk dan berusaha mengingat kejadian tadi malam.
Pria itu terlihat memijat-mijat punggungnya. Kemudian, dia mencoba melakukan sedikit peregangan tubuh karena dia merasa tubuhnya terasa pegal.
"Ternyata, begini rasanya tidur di sofa. Badanku jadi sakit-sakit semua. Tapi, kenapa wanita itu seperti tidak merasakan sakit sama sekali ya?" batin Arka sembari berdiri. Namun, tiba-tiba dia merasa kepalanya sangat sakit, dan pandangannya juga sedikit buram, hingga dia memutuskan untuk duduk kembali.
"Kenapa, kepalaku tiba-tiba sakit?" batinnya sembari memijat-mijat kepalanya. Tiba-tiba, pria itu merasakan sesuatu sensasi aneh terjadi di perutnya. Dia merasa perutnya seperti diaduk-aduk, dan ingin muntah. Arka pun tanpa berpikir panjang langsung berlari ke arah kamar mandi, untuk menumpahkan apa yang mendesak ingin keluar dari mulut itu. Akan tetapi, tidak ada sama sekali yang keluar dari mulut pria itu, hanya saja keinginan untuk muntah itu, semakin menjadi-jadi.
"Ya,ampun,ini sepertinya aku masuk angin, karena semalaman tidak pakai selimut," bisik pria itu pada dirinya sendiri, sembari mencuci mulutnya.
Arka baru saja sedikit merasa lega, dan hendak keluar dari kamar mandi. Akan tetapi, belum mencapai pintu, perut pria itu kembali merasa mual dan kali ini lebih hebat dibanding dengan yang pertama tadi. Pria itu bahkan sampai tidak kuat dan terduduk di bawah wastafel.
Di lain tempat, tampak Ruby yang sedang menangis sembari mengisi perutnya dengan sebungkus nasi uduk yang baru saja dia beli. Wanita itu benar-benar lapar,tapi ketika menatap nasi itu, dia tiba-tiba ingin dekat dengan Arka. Mungkin ini karena faktor kehamilannya.
"Ya, Tuhan kuatkan aku!" Serunya pada Tuhan sembari menatap ke atas.
Kemudian, wanita itu mengelus-elus perutnya. "Yang baik ya, Sayang di dalam sana. Tolong kalian bertiga mengerti keadaan mama saat ini. Aku tahu, kalau kalian ingin dekat dengan Papa Kalian, tapi maaf sekali, mama tidak bisa mengabulkan permintaan kalian," ucap Ruby, sembari menyeka air matanya.
Kata-kata Ruby, benar-benar mujarab, terbukti dari tenangnya hati wanita itu dan kembali bersemangat untuk menyantap makanannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kenapa wajahmu pucat begitu, Arka? apa kamu sedang sakit?" tanya Rosa sembari menyentuh kening putranya.
"Tidak panas, Kok," gumam wanita setengah baya itu dengan alis bertaut.
"Aku tidak tahu,Ma. Tiba-tiba aja tadi pagi aku merasa perutku, seperti diaduk-aduk dan ingin muntah, tapi anehnya, aku tidak memuntahkan apapun, yang ada hanya rasa asam yang kurasakan," jelas Arka sembari duduk di kursi.
"Oh, mungkin kamu masuk angin. Nanti kamu coba oleskan saja minyak angin ke perutmu," ucap Rosa memberikan saran. Sementara itu, Adijaya dan Adelia terlihat tidak peduli pada apa yang dirasakan oleh Arka. Kedua orang itu, tetap saja fokus menyantap sarapan yang ada di piring masing-masing.
Hueks
Tiba-tiba perut Arka kembali bergejolak, ketika mencium aroma nasi goreng yang ada di depannya itu.
"Arka, kamu kenapa sih, Nak?" Rosa mulai terlihat panik.
"Aku benar-benar tidak tahu, Ma. Aku merasa mual mencium aroma nasi goreng itu," sahut Arka sembari menutup hidungnya.
"Kok bisa? bukannya itu makanan kesukaanmu? bahkan nasi gorengnya sudah dibuat sangat spesial, pakai udang, sosis dan cumi, tapi kenapa kamu mendadak tidak suka?" sudut mata Rosa naik ke atas, menatap Arka dengan tatapan menyelidik.
"Aku benar-benar tidak tahu, Ma. Yang jelas tolong singkirkan makanan itu dari hadapanku," ucap Arka dengan raut wajah yang semakin pucat.
"Sepertinya kamu benar-benar sakit. Sebaiknya kamu tidak usah ke kantor hari ini. Kamu istirahat aja di rumah," ujar Rosa dengan nada yang sangat khawatir.
"Nggak bisa, Ma. Aku harus tetap ke kantor, karena hari ini aku ada pertemuan dengan orang yang sangat penting, pemilik perusahaan besar dari luar negri. Aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini. Bahkan perusahaan Pandu juga ikut mengajukan proposal kerja sama," tolak Arka dengan tegas.
"Aku sudah selesai, aku pergi dulu!" tiba-tiba Adijaya buka suara dan berdiri dari tempat duduknya, hendak pergi, seakan-akan apa yang dibicarakan oleh putranya itu bukan hal yang sangat penting. Padahal, biasanya pria setengah baya itu, sangat antusias untuk membicarakan sebuah bisnis dan kerap memberikan saran.
"Pa, nasi gorengmu masih banyak yang sisa," Rosa mencoba mencegah suaminya itu untuk pergi.
"Aku kehilangan selera untuk makan. Kalian habiskan saja," pungkas Adijaya sembari berlalu pergi.
"Aku juga sudah selesai!" Adelia buka suara dan berdiri dari tempat duduknya.
"Adel, habiskan makananmu!" titah Rosa, dengan tatapan yang sangat tajam.
"Aku juga sama seperti, Papa, Ma. Tidak berselera sama sekali. Mungkin karena bukan masakan Kak Ruby. Lidahku sudah terbiasa dengan masakan kak Ruby. Aku pergi dulu!" pungkas Adelia, sembari berlalu pergi, tidak menggubris sama sekali teriakan Rosa yang memanggilnya.
Sementara itu,Arka hanya bisa menghela napasnya dengan cukup berat, melihat kepergian papa dan adik perempuannya itu. Pria itu cukup paham, kalau kedua orang itu sangat kecewa dengan keputusan yang dia ambil untuk menceraikan Ruby.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
vina maria
arka mending loe mati aja the..
2024-08-07
0
Eric ardy Yahya
selamat Arka , kamu baru saja dapat siksaan terburuk akibat ulah kamu itu . semoga kamu bertahan saja ya, kalau sudah gak sanggup , bunuh diri saja.
2024-03-24
0
나의 햇살
itu hukuman dari anak²mu
2023-01-04
3