Dua hari sudah berlalu, dan kondisi Ruby sudah semakin membaik. Wanita itu sudah mulai bisa beraktivitas, walaupun tidak berat-berat. Selama dua hari ini, entah malaikat apa yang datang menghampiri Arka, tidak ada yang tahu, bahkan orang yang bersangkutan pun tidak tahu. Arka selama dua hari ini, tidak pergi bekerja dan memilih untuk tidak pergi kemana-mana. Ketika ditanya, dia hanya menjawab kalau dirinya sedang kurang enak badan. Dan selama dua hari ini juga dia seperti memantau kondisi Ruby, walaupun tidak terlalu kelihatan. Yang jelas dia selalu mengeluarkan kata-kata pedas di saat Ruby menolak untuk makan.
"Kamu itu jangan sampai mati di rumah ini gara-gara tidak mau makan. Jangan buat nama baik keluarga ini buruk," seperti itulah kata-kata yang selalu diucapkan oleh Arka.
Arka terlihat menuruni anak tangga dan langsung masuk ke dalam ruang makan untuk bergabung dengan keluarganya.
"Kamu sudah rapi, apa itu berarti kalau hari ini kamu akan pergi ke kantor?" Adijaya buka suara.
"Ya, seperti yang papa lihat? Aku berpakaian seperti ini, tidak mungkin kan mau pergi piknik," sahut Arka, dengan nada malas. Semenjak perkataan papanya dua hari yang lalu, hubungan keduanya menjadi sedikit renggang. Arka hanya berbicara kalau diajak berbicara, dan itupun dengan nada yang sangat dingin.
Hueks!
Ruby menutup mulutnya karena wanita itu tiba-tiba merasa perutnya seperti diaduk-aduk.
"Ruby, kamu kenapa?" tanya Adijaya dengan ekspresi khawatir. Sementara Adelia, dengan sigap langsung memberikan air minum untuk kakak iparnya itu. Bagaimana dengan reaksi Arka? pria itu tetap saja bersikap santai seperti tidak terjadi sesuatu.
"Aku tidak apa-apa, Pa! mungkin aku masuk angin," jawab Ruby, asal.
"Masuk angin? bagaimana mungkin kamu masuk angin? kamu sudah dua hari tidak kemana-mana kan?" Rosa buka suara dengan mata yang memicing, curiga.
"A-aku tadi malam __"
"Biar aku tebak! kamu tadi malam, memakai pakaian kurang bahan, untuk menggoda Arka kan? bagaimana? apa Arka tergoda?" ucap Rosa, dengan raut wajah yang sukar untuk dibaca. Antara bercanda atau merendahkan, hanya dia yang tahu.
Ruby terdiam,memilih untuk tidak menjawab. Karena memang dia tidak menemukan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan mama mertuanya itu.
"Huft,biarlah dia mempunyai pikiran seperti itu. Yang penting dia berhenti curiga," bisik Ruby pada dirinya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Wah, kamu sudah masuk rupanya! Dua hari ini aku selalu datang ke kantormu, tapi kamu tidak ada. Katamu kamu sedang tidak enak badan, apa itu betul atau hanya sebuah alasan agar kamu bisa memantau istrimu?". goda Pandu yang menyelipkan sebuah ledekan di dalam ucapannya.
"Aku benar-benar kurang enak badan, kamu jangan berpikir yang aneh-aneh!" jawab, Arka, ketus.
"Oh, seperti itu?" Pandu mengangguk-anggukan kepalanya, tapi masih tetap dengan senyum yang misterius.
"Tapi, kenapa ketika aku mengatakan ingin datang untuk menjengukmu, kamu menolak mentah-mentah? seakan-akan kamu tidak ingin aku tahu kalau kamu berpura-pura," Pandu masih tetap mencoba menggoda Arka.
"Kamu jangan asal bicara! aku hanya ingin tenang saja. Kalau kamu datang, justru aku tidak bisa istirahat kan?" Arka masih berusaha untuk menyangkal tuduhan Pandu.
"Iya, deh aku percaya!" pungkas Pandu akhirnya. Dia memilih untuk tidak melanjutkan godaannya, sebelum sahabatnya itu benar-benar murka.
"Oh ya, bagaimana kabar istrimu?" Pandu mengalihkan pembicaraan. Namun, pertanyaan Pandu, justru membuat Arka memasang wajah tidak suka.
"Kenapa kamu menanyakan dia? sejak kapan kamu tertarik untuk tahu kabarnya?" Arka menatap Pandu dengan tatapan menyelidik.
"Sejak aku bicara panjang dengan istrimu malam itu. Ternyata dia sangat enak diajak bicara,"terang Pandu, berbohong. Pria itu ingin melihat bagaimana reaksi Arka jika dia mengatakan hal itu.
Wajah Arka terlihat mulai sedikit memerah, demikian juga jakunnya yang mulai turun naik.
"Sepertinya dia mulai terpancing," batin Pandu, menahan tawa.
"Berarti kamu tidak langsung pulang, tapi, justru menemani dia sepanjang malam?" nada suara Arka mulai terdengar sangat dingin.
"Emmm, awalnya sih aku ingin seperti itu, tapi istrimu malam memintaku untuk pulang. Aku sudah bersikeras untuk tetap ada di tempat itu, tapi istrimu tidak kalah kerasnya memintaku untuk pulang. Jadi, aku mengatakan, 'aku akan pulang kalau dia sudah tidur'. Ternyata, kalau dilihat dari jarak yang sangat dekat, istrimu cantik juga ya?"
Tanpa sadar, Arka mulai mengepalkan kedua tangannya yang dia taruh di atas meja.
"Buat apa cantik, kalau memiliki hati yang jahat?" ucap Arka masih berusaha untuk meredam emosinya.
"Wah, kamu lagi membicarakan diri sendiri ya?" sindir Pandu, yang sama sekali tidak merasa takut mendapat murka Arka.
"Sialan kamu! kamu sudah bosan hidup ya!" Arka melemparkan pena yang ada di tangannya ke arah pandu, tapi dengan sigap Pandu berhasil menangkapnya.
"Oh, sebenarnya sih aku sempat sedikit bosan untuk hidup, karena lamanya menjomblo,tapi sekarang aku sepertinya sudah memiliki semangat hidup lagi, karena ada yang aku tunggu," jawab Pandu, ambigu.
"Apa yang kamu tunggu?" Arka mengrenyitkan keningnya.
"Menunggu janda, istrimu!" jawab Pandu, lugas.
Brakkk
Arka menggebrak meja, dengan keras
"Apa maksudmu mengatakan seperti itu?" kali ini Arka sudah mulai tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Hei, kenapa kamu jadi emosi begini? bukannya kamu memang akan menceraikan dia cepat atau lambat?" Pandu sama sekali tidak terpengaruh dengan emosional Arka.
Arka terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Pandu. "Iya, ya, kenapa aku harus semarah tadi?" bisik pria itu pada dirinya sendiri.
"Tapi, kamu tahu sendiri kalau dia bekasku, apa kamu mau memperistri, bekasku?"
"Dia itu manusia bukan barang Jadi tidak ada namanya bekas. Lagian, tidak masalah bagiku , kalaupun dia itu mantan istrimu. Yang penting aku suka dia," ucap Pandu dengan santai, menikmati raut wajah Arka yang semakin memerah.
"Cih, sepertinya dia sudah mulai berhasil mempengaruhimu. Dia sudah berhasil menjeratmu dengan wajah dan sikapnya yang manipulatif. Sadar, Pandu, sadar!"
"Aku sangat sadar sekarang dan tidak sedang dipengaruhi siapapun. Istrimu sama sekali tidak pernah berusaha untuk menjeratku, justru aku yang terjerat olehnya. Menurutku, setelah aku berbicara panjang dengannya, aku bisa menarik kesimpulan, kalau dia tidak seburuk yang kamu ceritakan selama ini," tutur Pandu, semakin merasa senang melihat wajah Arka.
"Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiranmu. Sekarang, sebaiknya kamu keluar dari sini, dan pikiran baik-baik niat kamu itu!" pungkas Arka, mengusir Pandu.
Pandu tersenyum smirk. Ia pun berdiri dari tempat duduknya. "Baiklah, aku akan pergi dari sini. Tapi, satu permintaanku, segera berkabar, kalau Ruby sudah kamu jandakan, karena aku siap mengubah statusnya kembali menjadi seorang istri dan yang pastinya seorang istri yang bahagia. Aku tunggu ya kabar baiknya, bye!" Pandu, berbalik dan berlalu keluar dari ruangan Arka.
Arka terlihat kembali mengepalkan tangannya, dan menggeram. Dia baru saja hendak menghamburkan benda-benda yang ada di atas mejanya, tapi dia urungkan karena tiba-tiba pintu ruangannya kembali terbuka.
"Ada apa lagi kamu ke sini?" tanya Arka, dengan ketus melihat kemunculan Pandu.
"Oh, aku cuma mau mengatakan, jangan hamburkan barang-barang yang ada di mejamu itu. Karena nanti, kasihan sekretarismu, lelah untuk menyortir kembali dokumen-dokumen yang tercampur. Jangan mempersulit karyawanmu! itu saja, aku pergi lagi ya!" Pandu, kembali menutup pintu.
"Sialan! sepertinya wanita murahan itu sudah berhasil menggoda Pandu. Sepertinya dia, sudah mulai mencuri start, sebelum aku bercerai dengannya. Aku harus beri dia pelajaran!" umpat Arka, dengan napas yang memburu.
Tiba-tiba Arka kembali dikagetkan dengan pintu yang terbuka dan memunculkan sosok yang sama, yang tidak lain adalah Pandu.
"Ada apa lagi sih? jangan uji kesabaranku, Pandu!" suara Arka meninggi. Rahang pria itu sudah mulai kencang.
"Aku cuma mengatakan padamu. Jangan pernah berpikir kalau istrimu mencoba menggodaku! aku tekankan sekali lagi, kalau dia tidak pernah menggodaku. Bukan hanya aku yang menyukai istrimu, tapi ada dokter muda juga yang sepertinya menyukai istrimu. Tapi, istrimu sama sekali tidak memberikan respon. Ingat, istrimu bukan penggoda! kalau dia memang penggoda, dari dulu pasti sudah banyak pria yang berhasil dia goda. Tidak capek bertahan denganmu yang selalu memberikan penderitaan. Camkan itu!" Pandu kembali menutup pintu, tanpa menunggu tanggapan dari Arka.
Sementara itu, Arka bergeming dia terpaku seperti sebuah patung. "Bagaimana dia tahu, apa yang aku pikirkan?" batin Arka, tiba-tiba merasa jadi bodoh.
"Arghh ... kepalaku benar-benar pusing. Sebaiknya aku keluar saja dari sini. Aku harus pulang!" Arka meraih jas yang dia gantungkan di sandaran kursi, lalu dia mengenakannya sembari melangkah keluar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Arka menyusuri jalanan, yang tidak terlalu ramai, karena kebetulan masih jam kerja. Hati pria itu benar-benar panas dan demikian juga dengan isi kepalanya. Kalau bisa terlihat, mungkin dari kepalanya akan keluar asap saking panasnya.
Karena kurang fokus, tanpa sadar mobil Arka tiba-tiba menabrak sebuah mobil yang berada di depannya.
"Haish, masalah apa lagi ini?" Arka menggerutu sembari keluar dari dalam mobil.
Si pemilik mobil di depannya itu, juga terlihat keluar dan langsung berlari menuju belakang mobil.
"Bagaimana sih kamu bawa mobilnya?" pemilik mobil itu, terlihat marah dan langsung menatap ke arah Arka.
Mata Arka membesar demikian juga dengan si pemilik mobil yang ditabrak oleh Arka.
"Jelita!"
"Arka!"
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
vina maria
keren pandu. mending pandu sama ruby saja
2024-08-07
0
Eity setyowati
pandu ambil aja itu Ruby ,kasihan selalu disakiti fisik dan hatinya oleh suami kejam
2024-03-26
0
Aishyandra Junia
pandu pandu. 🤣
2024-03-20
0