Ruby mengangkat tangannya untuk menutupi matanya karena merasa silau dengan cahaya yang berasal dari sebuah mobil. Rasa sakit di perut Ruby semakin menjadi-jadi,tapi masih berusaha dia tahan untuk bisa berdiri, agar bisa mencegat mobil itu.
"Tolong berhenti, siapapun anda!" teriak Ruby sembari melambai-lambaikan tangannya.
Mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu, sontak berhenti mendadak begitu melihat keberadaan Ruby.
"Akhirnya, berhenti juga!" Ruby menghela napas lega, sembari duduk kembali. Samar-samar Ruby melihat seorang pria berbadan tegap dan berpakaian rapi, keluar dari dalam mobil. Akan tetapi, Ruby tidak bisa melihat siapa sosok pria itu, karena pandangannya tiba-tiba buram,yang berakhir hilangnya kesadarannya.
Sementara itu, pria yang baru saja keluar dari dalam mobil itu, kaget dan langsung berlari menghampiri Ruby.
"Hei,Nona! apa anda baik-baik saja?" tanya pria itu. Namun, sama sekali tidak ada tanggapan dari Ruby.
"Hei, Nona!" Pria itu mencoba untuk menepuk-nepuk pundak Ruby, tapi tetap saja tidak ada respon. Akhirnya, pria itu membalikkan tubuh Ruby untuk melihat siapa sosok wanita yang tergeletak pingsan itu.
"Hah, ini kan Ruby istrinya Arka? kenapa dia bisa ada di pinggir jalan begini? ini mah pasti ulah Arka. Arka kali ini benar-benar sudah kelewatan," ucap pria itu yang ternyata Pandu, sahabat Arka, yang ternyata baru saja pulang dari pesta yang dihadiri oleh Arka dan Ruby tadi.
"Ruby ... Ruby, bangun!" Pandu mencoba menepuk-nepuk pipi Ruby. Kemudian, dia memeriksa detak nadi Ruby.
"Dia masih hidup. Apa yang harus aku lakukan sekarang? apa aku harus mengantarkan dia pulang atau bagaimana?". Pandu benar-benar bingung sekarang.
Ketika Pandu kembali melihat ke arah Ruby, tanpa sengaja dia melihat ada darah di mata kaki Ruby. Pandu dengan sigap melihat apakah kaki Ruby terluka atau tidak, ternyata dia tidak menemukan luka. Akhirnya dia mencoba mencari dari mana datangnya darah. Mata pria itu membesar dengan sempurna, ketika mengetahui kalau darah itu berasal dari pangkal paha Ruby.
"Sial! sepertinya aku harus membawanya dulu ke rumah sakit, baru aku menghubungi Arka. Arka benar-benar, tidak punya hati kali ini," umpat Pandu, sembari mengangkat tubuh Ruby dan membawa wanita itu masuk ke dalam mobilnya. Kemudian dengan kecepatan tinggi, pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.
Tanpa Pandu tahu, selepas kepergiannya membawa Ruby,mobil Arka kembali datang.
"Sial! dimana wanita itu? bukannya tadi aku meninggalkannya di sana? tapi sepanjang jalan ini aku sudah telusuri, tetap saja dia tak terlihat. Atau jangan-jangan dia sudah naik taksi pulang ke rumah? benar-benar menyusahkan?" umpat Arka sembari kembali masuk ke dalam mobil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mobil yang dikemudikan oleh Pandu, berhenti di depan sebuah rumah sakit. Pria itu kembali mengangkat tubuh Ruby, dan membawa tubuh Ruby masuk ke dalam rumah sakit dengan sedikit berlari.
Perawat yang melihat Pandu berlari, langsung berinisiatif mendorong brankar ke arah Pandu, agar pria itu bisa membaringkan tubuh Ruby ke atasnya.
Setelah perawat mendorong brankar menuju ke ruang UGD, Pandu pun mencoba menghubungi nomor Arka.
"Haish, kenapa nomornya sama sekali tidak aktif? kemana sih si brengsek ini?" umpat Pandu dengan sangat kesal.
"Tidak mungkin kan aku mengurus istrinya? apa aku tinggal aja ya?" hati Pandu benar-benar dilema.
"Aku kurang suka sih sama wanita ini, karena gara-gara dirinya,Arka jadi berubah dingin dan suka marah-marah. Tapi, kalau aku meninggalkannya,apa aku bisa disebut manusia?" bisik Pandu pada dirinya sendiri. "Arghh, bodoh amat lah. Sebagai manusia, sebaiknya aku mengesampingkan dulu rasa tidak sukaku," batin Pandu, akhirnya memutuskan untuk menunggu sampai Ruby selesai ditangani.
Tidak perlu menunggu waktu yang lama, pintu ruang UGD terbuka dan tampak Dokter keluar dari dalam.
"Keluarga pasien!" panggil dokter itu, dan Pandu langsung datang mendekat.
"Anda suaminya ya, Tuan?"
"Bu__"
"Istri anda sedang hamil, dan usia kandungannya masih sangat muda. Tadi, dia sempat mengalami pendarahan, mungkin karena kecapean atau kena guncangan keras. Tapi, Tuan tenang saja, kandungannya masih bisa diselamatkan kok dan pendarahannya sudah bisa kami hentikan. Sekali lagi, tolong dijaga ya kandungan Istrinya, Tuan. Nanti setelah dia siuman, kami akan memberikan obat penguat kandungan," belum sempat Pandu menjawab bukan, dokter itu sudah menjelaskan panjang lebar, hingga membuat Pandu bingung.
"Kami tinggal dulu ya, Tuan. Tolong jaga istrinya. Jangan biarkan kecapean lagi, karena dia mengandung 3 anak sekaligus,"
"What? tiga?" Pandu benar-benar kaget.
"Iya! tiga, Tuan. Anda belum tahu ya?" dokter itu mengrenyitkan keningnya.
"Bagaimana aku bisa tahu, itu bukan aku yang buat," ucap Pandu, tapi hanya dia ucapkan dalam hati saja.
"Oh, sepertinya anda belum tahu. Kalau begitu selamat ya! tolong jaga baik-baik anak-anaknya, dan ibunya juga. Kami pergi dulu!" pungkas dokter itu sembari berlalu pergi, bersama dengan perawat yang membantunya.
"Hamil? itu anak siapa? apa mungkin itu anaknya Arka? tapi, Arka kan sangat membenci istrinya itu? bagaimana mungkin dia berhubungan dengan wanita yang dibenci, sampai hamil begitu? atau jangan-jangan, itu bukan anak Arka?" Pandu sibuk menduga-duga dalam hati.
"Ahhh,bodo amatlah! kalaupun itu anak Arka,kan wanita itu istrinya. Gak ada yang salah kan?" lagi-lagi Pandu bermonolog.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pandu kini sudah berada di dalam kamar Ruby, menunggu wanita itu siuman. Pandu menatap wajah Ruby dalam-dalam.
"Kalau dilihat secara kasat mata, selain cantik, wanita ini terlihat seperti wanita baik-baik. Tidak akan ada yang percaya kalau wanita ini, sangat licik yang mau melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya," gumam Pandu, tanpa melepaskan pandangannya dari wajah pucat Ruby.
Pandu terjengkit kaget, ketika tiba-tiba terdengar suara Ruby yang melenguh.
"Anakku!" pekik Ruby sembari memegang perutnya.
"Anak kamu baik-baik saja!" ucap Pandu dengan, raut wajah dingin.
"Ka-kamu! bukannya kamu sahabatnya mas Arka?" wajah Ruby semakin terlihat pucat.
"Iya! tadi aku melihatmu pingsan di jalanan dan kamu mengalami pendarahan, makanya aku bawa kamu ke sini. Tapi, aku kaget, ternyata kamu sedang hamil," Pandu menatap wajah dan beralih ke perut Ruby dengan tatapan sinis.
"Te-terima kasih!tapi kamu tidak memberitahukan pada mas Arka kan? please jangan kasih tahu dia!" pekik Ruby, memohon dengan panik.
"Kenapa aku tidak boleh memberitahukan dia? apa kamu takut ketahuan, karena mengandung anak laki-laki lain?"
"Ini bukan anak laki-laki lain, jangan menuduh sembarangan!" bantah Ruby, walaupun dia tahu kalau sahabatnya Arka itu akan sulit untuk percaya.
"Oh ya? setahuku dia sangat membencimu. Jadi, mustahil kan kalau kamu bisa mengandung anaknya. Lagian, setahu aku ku itu ... ya kamu tahulah apa maksudku. Siapa bisa percaya kalau anak yang kami kandung itu adalah anaknya Arka?" tukas Pandu,masih menyelipkan tuduhan.
"Aku berani bersumpah kalau ini adalah anak Mas Arka. Terserah, kamu mau percaya atau tidak. Yang jelas dia melakukannya padaku, walaupun setiap melakukannya denganku, dia menganggap sedang melakukan dengan seorang pela*cur. Aku selalu dipaksa untuk mengkonsumsi pil KB, tapi, dia pernah melakukannya, padahal aku belum mengkonsumsi pil KB. Aku sudah ingin mengatakannya, tapi dia tidak memberikan aku kesempatan," jelas Ruby panjang lebar tanpa jeda. Tanpa sadar,dia sudah menuturkan apa yang terjadi.Dia benar-benar lupa, kalau hal itu adalah rahasia pribadi antara dirinya dan Arka.
Pandu bergeming,diam seribu bahasa. Dia tahu, kalau Arka memang sangat membenci Ruby, tapi menurutnya apa yang dilakukan oleh Arka sudah sangat kelewatan.
"Jadi,kenapa kamu tidak ingi Arka tahu, kalau kamu mengandung anaknya?" alis Pandu bertaut, curiga.
"Karena dia tidak mau punya anak dari rahimku. Aku takut kalau dia akan memintaku untuk menggugurkannya. Jadi, tolong jangan kasih tahu dia, aku mohon!" Ruby menangkupkan kedua tangannya di depan wajah Pandu.
"Buat apa? apa kamu mau menggunakan anak ini nantinya untuk tetap mengikat Arka? kamu mau anak yang ada dalam kandunganmu itu, mendapat warisan dari Arka?" Pandu tetap menatap Ruby dengan tatapan curiga.
"Tidak sama sekali! aku berani bersumpah! aku mohon, tolong jangan kasih tahu Arka. Aku tahu kalau kamu akan sulit untuk percaya, karena cap buruk yang sudah menempel pada diriku, tapi sumpah demi apapun, aku ingin tetap mempertahankan anak ini, bukan karena ingin mendapatkan warisan, tapi aku merasa kalau mereka berhak hidup, karena mereka tidak berdosa. Seandainya, dia mengusirku nantinya dan kembali pada Jelita, aku tidak akan memanfaatkan anak ini untuk mendapatkan warisan darinya. Kamu pegang kata-kataku ini!" ucap Ruby, panjang lebar dan tegas.
Pandu terdiam, menatap lekat-lekat mata Ruby untuk mencari kebohongan di mata itu, tapi yang dia lihat adalah ketulusan. Entah kenapa, pria itu tiba-tiba merasa ragu tentang sosok Ruby yang diceritakan oleh Arka.
"Baiklah! aku tidak akan memberitahukan hal ini pada dia! anggap saja kamu beruntung, karena handphone Arka tidak aktif tadi ketika aku menghubunginya,". pungkas Pandu akhirnya.
Tbc
Jangan lupa buat ninggalin jejak ya guys, like, vote dan komen
Kasih hadiah juga boleh 😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
vina maria
pergilah rubi.. ngapain masih mau bertahan dgn pria yg tdk cinta sama skali dgn mu.
2024-08-07
0
Achmad Fauzan
yang terbaik buat Ruby adalah pergi dan bawa anak2 ya..
2022-10-31
3
iyel
sediihh kasihn bngt sih ruby😭😭😭
2022-10-15
0