Sementara itu, Arka yang sudah tiba di kediamannya, keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah dengan sedikit berlari.
Kondisi rumah sudah sangat sunyi, karena penghuni rumah sudah berselancar di dunia mimpi.
Arka membuka pintu kamar, dan langsung menyalakan lampu. Pria itu menoleh ke arah sofa, tempat di mana Ruby biasa tertidur. Pria itu mengrenyitkan keningnya, begitu melihat sofa itu kosong.
"Hei, wanita sialan, di mana kamu?" panggil Arka sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Dia kemudian melangkah ke arah kamar mandi dan mengetuk pintunya. Karena tidak ada respon dari dalam, Arka mencoba membuka pintu secara perlahan. Untuk pertama kalinya di dalam empat tahun ini,Arka kembali melihat isi kamar mandi itu, setelah selama ini dia anti untuk masuk ke dalam.
"Kosong? di mana dia?apa dia belum juga kembali?" batinnya, mulai merasa cemas.
"Arghh, bodoh sekali kamu, Arka! buat apa kamu mencemaskannya? bukannya, kesedihannya adalah kebahagiaan buatmu? harusnya sekarang kamu bahagia, membayangkan penderitaannya," Arka mengajak hatinya sendiri untuk berbicara. Sudut bibir pria itu, terlihat tertarik sedikit ke atas membentuk senyum sinis.
Arka menutup kembali pintu kamar mandi dan memilih untuk keluar untuk membersihkan diri di kamar mandi tempat dia biasa mandi.
Tidak perlu menunggu lama, pria itu pun kembali masuk ke dalam kamar dan sudah mengenakan piyama tidur.
Mulutnya bisa saja mengatakan kalau dia tidak peduli dan bodo amat. Namun, di dalam hati pria itu benar-benar merasa tidak nyaman, ketika mengetahui kalau Ruby belum juga kembali.
"Sudahlah, Arka! kamu sebaiknya tidur. Dia sedang marah, dan sekarang dia pasti berharap kamu mencarinya. Kalau kamu mencarinya, dia pasti akan besar kepala. Jadi, tidak usah pedulikan dia," lagi-lagi Arka berbicara pada dirinya sendiri.
Namun, walaupun hatinya berkata seperti itu, pria itu tetap meraih ponselnya untuk melihat apakah ada panggilan dari Ruby atau tidak.
"Sial! handphoneku ternyata mati,"umpat Arka sembari mencolokkan kabel pengisi daya.
"Sebaiknya, aku tidur saja! mungkin dia tidak akan pulang ke sini, tapi pulang ke rumah orang tuanya," batin Arka sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi kembali datang menyapa. Arka kini terlihat sudah berpakaian rapi dan turun untuk sarapan.
Pria itu mendaratkan tubuhnya duduk di tempat dia biasa duduk. Sementara itu, Rosa melihat ke arah belakang Arka, Untuk mencari Ruby.
"Sepertinya, belakangan ini, wanita murahan itu semakin melunjak. Dia semakin sering, bangun kesiangan. Dia sepertinya sudah mulai menganggap kalau dirinya ratu," Rosa menggerutu tidak jelas.
"Siapa yang kamu bilang wanita murahan? dia menantu kita dan dia ada nama. Nama dia Ruby, kalau kamu lupa," seperti biasa, Adijaya selalu pasang badan membela Ruby.
"Aku tahu,kalau itu namanya, tapi mulutku sepertinya jijik untuk menyebut nama itu," sahut Rosa,sinis.
Adijaya, memiliki untuk tidak menanggapi ucapan istrinya itu lagi, karena menurutnya akan semakin panjang urusannya nanti. Pria itu hanya menghela napasnya, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya ke arah Arka.
"Arka, jam berapa tadi malam kalian berdua pulang? apa terlalu malam, makanya Ruby belum bangun?" tanya Adijaya dengan nada suara yang lembut.
"Aku pulang sendiri, Pa,"jawab Arka dengan santai, tanpa beban.
Adijaya sontak mengurungkan niatnya untuk memasukan makanan ke dalam mulutnya. Pria itu meletakkan kembali sendoknya ke atas piring. Demikian juga dengan Adelia.
"Pulang sendiri? maksudmu apa?"tatapan Adijaya sangat tajam, menuntut penjelasan.
"Tadi malam, dia pulang ke rumah orang tuanya dan menginap di sana. Mungkin sebentar lagi akan pulang ke sini," sahut Arka dengan santai. Dia benar-benar sangat yakin kalau Ruby benar-benar pulang ke rumah papanya.
"Oh, seperti itu? kamu sendiri ya yang mengantarkan dia pulang ke sana?" tanya. Adijaya lagi, sembari siap untuk memasukkan kembali makanan ke dalam mulutnya.
"Tidak! dia pergi sendiri, menggunakan taksi!"
"Kenapa bukan kamu yang mengantarnya?"
"Sudahlah, Pa, jangan banyak tanya! wanita itu sudah besar, bisa pergi sendiri. Buat apa Arka harus mengantarkannya?" bukan Arka yang menjawab melainkan Rosa yang buka suara.
Arka baru saja hendak buka mulut, untuk menimpali ucapan mamanya, tapi segera dia urungkan, begitu mendengar ponselnya berbunyi.
Pria itu merogoh sakunya dan melihat nama mertuanya, sedang menghubunginya.
"Mau apa, si benalu ini menghubungiku? apa dia mau memintaku menjemput putrinya?" batin Arka, menatap layar handphone dengan tatapan tidak suka.
"Kenapa tidak kamu jawab? emangnya siapa yang menghubungimu?" Adijaya mengrenyitkan keningnya.
"Ini papanya Ruby, Pa."
"Kalau begitu, angkatlah! mungkin mertuamu itu mau memintamu untuk menjemput Ruby,"
Arka berdecak kesal. Kalau bukan karena permintaan papanya, dia sebenarnya tidak sudi untuk menjawab panggilan mertuanya itu.
"Halo, Pa!" ucap Arka dengan nada malas.
"Halo, Nak Arka. Apa Ruby ada di sampingmu? soalnya aku dari tadi menghubungi nomornya, tapi tidak terhubung?" Mata Arka seketika membesar, begitu mendengar mertuanya mencari Ruby.
"Kalau Ruby tidak ada di rumah orang tuanya, jadi kemana dia pergi tadi malam?" seketika wajah Arka berubah pucat dan tentu saja hal ini menarik perhatian Adijaya.
"Halo, Nak Arka! apa kamu masih ada di sana?" kembali terdengar suara Rajasa dari ujung telepon.
"I-iya, Pa, aku masih di sini. Ru-Ruby lagi mandi, mungkin baterai handphonenya, habis makanya tidak aktif," sahut Arka, gugup.
"Oh, kalau begitu tolong kasih tahu dia kalau aku meneleponnya ya! salam sama papa dan mamamu," panggilan akhirnya terputus setelah Arka menjawab 'iya'.
"Apa maksudnya ini, Arka? bukannya kamu bilang kalau Ruby, ada di rumah Papanya? tapi, kenapa dia mencari Ruby? apa ada yang kamu sembunyikan?" Adijaya menatap Arka dengan tatapan menyelidik.
"Emm, tadi malam aku menurunkannya di jalan, karena dia berani membantahku. Ketika di perjalanan, aku balik lagi untuk menjemputnya, tapi dia sudah tidak ada di tempat itu lagi. Makanya aku kira dia pulang ke rumah orang tuanya," jawab Arka, jujur.
Tringgg
Adijaya menghempaskan sendok ke atas piring dengan keras.
"Apa kamu bilang? kamu meninggalkannya di jalanan? dan kamu begitu yakin mengatakan kalau dia pulang ke rumah orang tuanya, tanpa mencari tahu dulu? apa kamu masih punya hati nurani, hah? apa kamu masih pantas disebut manusia?" suara Adijaya menggelegar penuh amarah.
"Kenapa,Papa harus semarah itu? dia itu pantas menerima itu. Arka juga melakukannya karena dia berani membantah, kan?" Rosa ikut berteriak, membela Arka.
"Kalian berdua benar-benar, tidak pantas disebut manusia lagi. Apa karena hanya membantah, harus ditinggalkan di Jalanan begitu saja? dan kamu coba bayangkan, situasi saat itu sudah larut malam, Ma! apa kamu masih punya perasaan?" kali ini Adijaya benar-benar terlihat murka.
Sementara itu,Arka terlihat hanya diam saja tidak berani membantah. Jujur, perasaannya sekarang benar-benar campur aduk, tapi yang pasti tidak ada rasa bahagia sama sekali yang dia rasakan.
"Arka, kenapa kamu hanya diam saja? kenapa kamu bisa berubah kejam seperti ini, Arka? kapan kamu bisa membuka mata hatimu dan membuang kebencianmu pad Ruby?"
Mendengar pertanyaan papanya, Arka mengepalkan tangannya dengan kencang. Amarah pria itu seketika terpancing.
"Papa masih menanyakan itu? aku yakin papa pasti tahu jawabannya. Aku benar-benar membencinya. Sangat, sangat membencinya! Dia itu wanita licik yang __"
"Yang apa? yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau? begitu maksudmu?"Adijaya dengan cepat memotong ucapan Arka. "coba kamu lihat,apa yang sudah dia dapat dari pernikahan kalian berdua? apa pernah kamu lihat,dia memanfaatkan kekayaanmu? apa pernah kamu lihat dia berfoya-foya menghabiskan uangmu? Handphone dia saja tidak berganti dari semenjak kalian menikah. Apa itu yang kamu maksud,menghalalkan segala cara, demi kekayaanmu, begitu? kali ini emosi Adijaya benar-benar tidak terkontrol lagi.
"Buka matamu, Arka! dia tidak seburuk penilaianmu selama ini. Hanya karena kamu merasa, kalau kamu berpisah dengan Jelita disebabkan olehnya,mata hati kamu jadi benar-benar tertutup. Kadang, apa yang terlihat buruk di mata dan pikiranmu, belum tentu itu sesuai dengan kebenarannya. Kalau dia seperti yang kamu katakan,buat apa dia bertahan selama empat tahun, padahal dia sama sekali tidak pernah bahagia? buat apa coba? dia itu cantik, sangat mudah baginya untuk membuat pria-pria kaya untuk jatuh cinta padanya,dan yang sanggup memberikan apa yang dia mau. Tapi, apa kamu lihat dia pernah memanfaatkan kecantikannya? tidak kan? Harusnya logikamu harus sampai ke sana. Tapi, karena kebencianmu, kamu sudah tidak memiliki logika lagi.Kamu berubah jadi bodoh!"
Kata-kata Adijaya, Papanya benar-benar menampar Arka. Pria itu sama sekali tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena perkataan papanya itu memang benar adanya.
"Dan kamu ... kamu sebagai seorang wanita,tapi bagaimana bisa kamu berkata kejam pada seorang wanita lainnya? selama ini,kamu juga baik,Ma tapi kenapa kamu juga jadi berubah jahat seperti ini?" Adijaya mengalihkan tatapannya pada Rosa.
"Kalau dia mau, dengan perlakuan kalian selama ini,dia bisa saja berbicara di depan umum, membicarakan keburukan kalian dan perlakuan kalian padanya, tapi dia dengan sabar tetap menyimpannya. Dia tetap menjaga kehormatan keluarga ini. Apa itu, sama sekali tidak berarti buat kalian? padahal,kalian memperlakukan dia dengan tidak adil selama empat tahun, ingat ...selama emy tahun!" Adijaya dengan sengaja menekan kata empat tahun.
"Papa benar, Ma, Kak! kak Ruby tidak seburuk yang kalian pikirkan. Hari itu, ketika aku pulang malam hampir bersamaan dengan Kak Ruby, itu Kak Ruby baru menyelamatkanku dari jeratan pacarku sendiri yang ingin menghancurkan kehormatanku.Tapi, Kak Ruby memintaku agar merahasiakannya dari kalian. Demi apa? demi agar Kakak tidak murka dan mendatangi pria itu, lalu menghajarnya habis-habisan. Dia tidak mau,Kakak dilaporkan ke polisi yang pastinya akan berakibat fatal pada nama baik Kakak," Adelia akhirnya buka suara.
Semua yang berada di tempat itu, seketika terkesiap kaget mendengar penjelasan Adelia.
"Sebenarnya, kenapa Papa memaksamu untuk menikah dengan Ruby, itu karena Papa kurang suka kamu menikah dengan Jelita. Jadi,Papa memanfaatkan momen itu untuk membuatmu pisah dengan Jelita," kali ini kekagetan Arka, lebih hebat dari kekagetan ketika mendengar cerita Adelia.
Arka baru saja hendak membuka mulutnya, tapi dia urungkan ketika mendengar sebuah suara yang lirih.
"Aku pulang," Ruby muncul, masih dengan gaun yang dia pakai tadi malam, dan wajah yang masih sangat pucat.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
q kira yg jebak jelita biar jelita bisa kerja to apa d luar negri trs klo dh sukses bkln balik lg gtu 😆 trnyt slh
2023-12-03
0
Ester_V.
d abaikan ajah dah nyakitin d tambah lg sama kata2 sialan dr laki nya sndr.. rasanya mulut arka pengen gue tampar ajah dah.. dia pikir ruby robot apa , yg gak pnya perasaan😡😡😡
+ruby juga dodol bgt, dh d sakitin masih ajah demen bgt sma laki2 bgitu😡
mon maap thor gue kesel am arka+ruby 🤣🤣🤣🤣
2022-10-27
3
Ester_V.
sumpah yaa.. gue benci bgt sm mulut laki2 yg rombeng😡 udeh kabur ajah bawa anak2 lu.. biar dia nyesel seumur hidup.. jgn ada kata maaf lg.. jgn mau balik sm laki2 mulut sialan kek gtu
2022-10-27
0