Cahaya matahari, membias masuk melalui celah gorden putih tipis dari arah pintu kaca yang menuju balkon kamar Arka dan Ruby . Cahaya itu persis mengenai wajah Ruby sehingga membuat wanita itu tersentak bangun.
"Astaga, jam berapa ini?" Ruby melihat ke arah jam yang menempel di dinding. Alangkah kagetnya dia begitu melihat kalau jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah delapan.
"Mati aku! aku telat bangun! aku harus mandi sekarang," Ruby hendak berlari menuju kamar mandi. Namun, dia berhenti sejenak dan melihat ke arah ranjang. Dia melihat ranjang itu sudah kosong, pertanda kalau Arka suaminya sudah bangun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Selamat pagi, semua! maaf aku telat bangun," sapa Ruby begitu tiba di ruang makan dan semua anggota keluarga yang terdiri dari kedua mertuanya, Arka dan adik ipar perempuannya sudah berkumpul dan sedang sarapan pagi.
"Akhirnya tuan putri turun juga dari peraduannya," sindir Rosa mamanya Arka sembari tersenyum sinis.
"Ma, sudahlah! mungkin Ruby kecapean atau tidak enak badan makanya bangun telat," Adijaya, papanya Arka sedikit memberikan pembelaan. Sementara Arka, terlihat diam saja bahkan seperti menganggap Ruby adalah makhluk kasat mata.
"Maaf,Ma! aku memang__"
"Sudah, sudah! tidak perlu kasih penjelasan yang tidak penting. Aku malas mendengarnya. Cuma, jangan pernah anggap dirimu tuan putri di sini," Rosa menyela sebelum Ruby mengungkapkan alasannya.
Ruby, hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kembali ke udara, berusaha untuk tetap sabar. Kemudian wanita itu, mendaratkan tubuhnya duduk di samping Arka yang sikapnya masih seperti biasa, diam seribu bahasa sembari menikmati sarapan paginya.
"Aku bangun telat tadi malam karena Mas Arka mengigau memanggil nama Jelita, Ma. Dia mengigau meminta maaf pada Jelita," ucap Ruby yang tentu saja hanya berani dia ucapkan dalam hati.
"Lagian,kalau aku bangun cepat dan membuat sarapan, apapun yang aku masak tidak disentuh sedikitpun kan sama Mas Arka?" lagi-lagi Ruby berbicara dengan hatinya sendiri.
"Aku sudah kenyang! aku mau langsung berangkat kerja dulu!" untuk pertama kalinya semenjak Ruby hadir di ruangan itu, Arka buka suara.
"Hati-hati, Sayang!" ucap Rosa.
"Tunggu dulu! kamu kenapa terburu-buru? papa mau bicara sebentar," cegah Adijaya sebelum Arka benar-benar pergi.
"Bisa tidak kita bicarakan nanti malam saja,Pa?" Arka mencoba untuk menolak.
"Tidak bisa! mumpung masih pagi dan papa lagi ingat. Jadi, papa mau membicarakannya sekarang,"
"Baiklah! Papa mau bicara apa?" pungkas Arka, mengalah. Dia benar-benar tahu sifat papanya yang sangat anti dibantah.
"Kamu duduk dulu! tidak baik kamu mendengarkan sambil berdiri," Arka menghela napasnya dan duduk kembali seperti yang diminta oleh Papanya.
"Kalian berdua sudah empat tahun menikah, tapi belum memberikan cucu pada Papa dan mama. Oke, kalau satu atau dua tahun, kami tidak terlalu memaksa karena kami tahu kalau kalian masih butuh penyesuaian. Tapi, ini sudah empat tahun, Arka, bukannya kamu sudah seharusnya mempertimbangkan untuk segera memiliki anak?" Ucapan Adijaya barusan sontak membuat Ruby menyemburkan makanan dari mulutnya, hingga mengenai Rosa, karena terlalu kaget.
"Apa-apaan sih kamu? benar-benar tidak punya sopan!" bentak Rosa.
"Ma-maaf, Ma!" ucap Ruby sembari memberikan tissue pada Rosa. Sementara itu, reaksi Arka hanya diam saja dengan raut wajah dingin dan sukar untuk dibaca.
"Maaf, Pa. Sepertinya belum untuk sekarang," ujar Arka, akhirnya.
"Kenapa? saran Papa sebaiknya kalian berdua pagi ini pergi periksa ke dokter, untuk melakukan program kehamilan," Adijaya memberikan saran.
"Bukan itu masalahnya, Pa. Bagaimana aku bisa hamil, kalau setiap akan berhubungan, Arka memintaku untuk mengkonsumsi pil KB? kalau tidak, mungkin cucu papa sudah besar sekarang," ingin sekali Ruby mengeluarkan kata-kata itu, tapi dia tidak mampu, karena tatapan Arka yang mengintimidasinya.
"Aku rasa dia tidak akan pernah bisa hamil, Pa. Karena itu adalah karma yang harus dia terima, karena menikah dengan cara licik, membuat hati wanita lain terluka. Ini adalah hukuman Tuhan untuknya," Rosa menimpali ucapan Adijaya dengan nada sinis, dan tanpa perasaan.
"Mama! tidak boleh seperti itu!" tegur Adijaya dengan tatapan tajam.
"Kenapa tidak boleh? aku benar kan? coba seandainya Jelita yang menikah dengan Arka ... aku yakin kalau kita pasti sudah punya cucu yang sangat lucu. Dan aku pasti akan sangat bahagia, karena punya menantu yang cantik, dan mengerti apa yang mama suka, bukan seperti dia!" Rosa melirik sinis dan penuh kebencian pada Ruby.
"Mama! jangan membawa-bawa nama Jelita lagi di rumah ini. Menantumu sekarang adalah Ruby, jadi bagaimanapun kamu harus bisa menerimanya dengan hati lapang," Ruby menundukkan kepalanya, dengan mata yang berkaca-kaca. Di antara semua penghuni rumah itu, hanya papa mertuanya itulah yang baik padanya. Sedangkan yang lainnya, sekalipun itu pembantu di rumah itu, tetap menatapnya dengan tatapan sinis dan bahkan acap kali membandingkan dirinya dengan wanita bernama Jelita.
"Kenapa sih jadi ribut-ribut begini? selera makanku jadi hilang,"Adelia, adik perempuan Arka satu-satunya itu buka suara dengan nada yang sangat kesal.
"Aku berangkat kerja dulu!"lanjutnya lagi, sembari berdiri. "Dasar pengacau!" umpat gadis berusia 25 tahun itu, ketika melewati kursi Ruby, hingga membuat air mata Ruby akhirnya menetes tidak bisa ditahan lagi.
"Aku juga mau berangkat kerja!" Arka bangkit berdiri.
"Arka, Papa belum selesai bicara!" Adijaya kembali mencegah.
"Maaf, Pa. Aku harus segera berangkat karena banyak yang harus aku kerjakan di kantor. Pekerjaan yang lebih penting dari pembahasan seorang anak. Untuk hal ini,kita bicarakan lain kali saja," pungkas Arka sembari berlalu pergi. Dan seperti biasa tidak mengucapkan sepatah katapun pada Ruby.
"Arka!" Adijaya masih mencoba untuk memanggil Arka, tapi kali ini Arka sama sekali tidak menggubris panggilan papanya.
"Tuh, lihat Pa! karena keinginanmu yang memaksa Arka menikah dengan perempuan ini, membuat anak kita berubah jadi orang yang dingin seperti itu. Dia tidak pernah tertawa lagi. Dan ini semua gara-gara perempuan ini!" ucap Rosa setelah putra dan putrinya benar-benar sudah tidak terlihat lagi.
"Ma, sebenarnya perubahan sikap Arka itu karena dirinya sendiri yang belum ikhlas menerima takdirnya. Coba kalau dia sudah ikhlas, pasti dia akan bisa kembali seperti dulu," tutur Adijaya, mencoba untuk tetap berpikir positif, walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatinya, dia membenarkan ucapan sang istri.
"Bagaimana dia bisa ikhlas? Impiannya untuk menikah dengan Jelita hancur gara-gara perempuan ini. Papa coba bayangkan, sudah empat tahun mereka menikah, tapi Arka sama sekali belum bisa mencintai perempuan ini, itu karena apa? itu karena cintanya sangat besar pada Jelita,"
Adijaya bergeming, diam tidak membantah ucapan sang istri yang memang benar adanya.
"Udah ah!aku malas duduk di sini kalau ada perempuan ini. Auranya jadi panas. Beda, kalau itu Jelita. Auranya pasti adem," pungkas Rosa sembari berlalu pergi.
"Ruby, maafkan mereka ya!" ucap Adijaya, menatap Ruby dengan tatapan kasihan. Entah kenapa,pria setengah baya itu, melihat aura baik yang terpancar dari wajah menantunya itu. Dia merasa, kalau pendapat orang tentang menantunya itu tidak benar.
"Tidak apa-apa, Pah! terima kasih karena sudah membelaku," sahut Ruby di sela-sela isak tangisnya.
"Ingin sekali aku mengatakan semua kebenarannya,Pa, tapi aku benar-benar tidak bisa karena sudah terikat perjanjian," bisik Ruby pada dirinya sendiri.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
schianthus
bener sih. siapa yang ga kesel kalau impiannya untuk menikah dengan orang yang dicintai—tiba-tiba kacau gara-gara musibah?
2024-02-01
0
Denzo_sian_alfoenzo
kuat bgtz ya ruby hdup makan ati smpe 4 thun arka jga gtu bs2nya bodoh slma itu cari tau kek penyebabnya mlh bs2nya bilang benci tp trs aja minta jatah k ruby 🤯
2023-12-03
0
Nor Azlin
kenapa tidak diakhiri pernikahan yang seperti itu ya...Ruby bisa aja meminta cerai atau tinggal aja si Arka habis cerita begitu kan lagi bagus dari kamu dilukai...pedulikan orang lain biarkan aja & tinggal pergi gitu aja ...kamu harus berbahagia & lupakan semua kisah pahit yang kamu tanggung & mulakan kehidupan baru yang bahagia
2023-06-04
0