Ruby kini sudah tampak berpakaian lengkap, dan duduk bersandar di sandaran ranjang. Mata wanita itu menerawang, mengingat semua nasib malangnya.
"Kenapa aku bisa semalang ini ya, Tuhan? apa salah dan dosaku? Mulai dari aku kecil aku selalu berusaha untuk berbuat baik, tapi kenapa Engkau menghukumku seperti ini?" rintih Ruby di dalam hati. Lagi-lagi cairan bening kembali keluar dari matanya, tanpa bisa dihindari.
Wanita itu kembali mengingat, penderitaannya yang dimulai dari mamanya yang meninggal ketika hendak menyelamatkannya dari sebuah motor yang melaju ke arahnya. Mulai dari insiden itu, membuat papa dan kakak perempuannya, sangat membencinya.
Ruby sudah mulai merasakan kebahagiaan, ketika dia bertemu dengan seorang pria yang memberikan dia kebahagiaan, tapi, lagi-lagi dipatahkan oleh kenyataan ketika pria yang dicintainya itu, malah memilih untuk menikah dengan kakaknya.
Flash back on
Ruby keluar dari dalam kamarnya, berniat untuk mengambil air minum ke dapur. Tiba-tiba dia mengrenyitkan keningnya, karena melihat David, pria yang sudah menjalin hubungan dengannya dua tahun ini sedang ada di bawah
"Lho, Kak David kenapa ada di sini? kita kan nggak ada janji untuk jalan malam ini," ucap Ruby dengan alis yang bertaut.
"Dia tidak mau ajak kamu jalan tapi lagi bicara sama papa, kalau dia akan datang ke sini bersama orang tuanya untuk melamar minggu depan," bukan David yang menjawab melainkan Rajasa, papanya Ruby.
"Melamar? kenapa kamu nggak bilang ke aku dulu sih, Kak? kamu mau berikan surprise ya?"wajah Ruby terlihat berbinar dan langsung mendaratkan tubuhnya duduk di sofa. Rasa haus yang dia rasakan sebelumnya, menghilang entah kemana.
"Dia tidak akan melamar kamu, tapi Risa kakakmu," lagi-lagi Rajasa buka suara, dengan santai sembari menyilangkan kedua kakinya.
Mata Ruby membesar dengan sempurna, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya.
"Pa, tolong jangan bercanda! yang menjalin hubungan itu kan aku dan Kak David, tapi kenapa papa mengatakan kalau Kak David akan melamar Kak Risa? ini benar-benar tidak masuk akal,"
"Papa sama sekali tidak bercanda. Kalau kamu tidak percaya,kamu silakan tanya sendiri pada dia," lagi-lagi Rajasa berucap, dengan nada sangat santai, seakan hal yang baru terjadi bukan sebuah masalah baginya.
"Kak,apa yang dikatakan Papa itu benar?" Ruby menatap David dengan tatapan menuntut.
"Iya,Om Rajasa benar. Aku dan orang tuaku akan ke sini minggu depan untuk melamar Risa," jawab David, tidak kalah santai dengan Rajasa.
"Kak, kamu jangan bercanda! kamu hanya sedang mengujiku kan?"
"Tidak! David sama sekali tidak bercanda. Dia memang berniat mempersuntingku bukan kamu. Dia sebenarnya tidak pernah mencintaimu. Dia pura-pura menjalih hubungan denganmu, hanya ingin bisa lebih sering datang ke rumah ini, demi bisa melihatku. Sayangnya, saat itu aku masih punya pacar, dan ketika sudah putus,David mendekatiku. Ya ... seperti yang kamu lihat, sekarang, kami sudah saling mencintai. Dia bahkan tidak mau kehilanganku lagi, makanya dia berniat untuk secepatnya menjadikan aku istrinya," bukan David yang menjawab melainkan Risa kakak perempuan Ruby. Risa menjelaskan dengan sikap angkuh dan senyum puas. Wanita itu, bahkan tidak merasa bersalah sama sekali, karena berhasil merebut kekasih adiknya sendiri.
"Tidak, kalian pasti bohong! apa kalian kira aku gampang dibodohin? aku yakin kalau kalian semua pasti hanya ingin iseng," Ruby mencoba untuk tertawa, walaupun terdengar jelas kalau tawanya itu sangat terpaksa. Ruby mencoba untuk tegar dan masih berpikir kalau tiga orang di depannya itu sedang bercanda.
"Terserah, kamu mau percaya atau tidak! yang jelas kami sudah berkata yang sebenarnya. Mulai sekarang kamu harus merelakan David dengan kakakmu, karena memang mereka saling mencintai," tegas Rajasa, sembari menyeruput kopinya.
"Kak David, kenapa kamu tega? kamu lupa, kalau aku yang sudah menemani Kakak untuk membangun usaha Kakak? apa ini balasan yang kuterima?" Ruby mulai menangis.
"Maaf! tapi, perasaan tidak boleh dipaksakan. Aku memang mendekatimu karena hanya ingin bisa melihat wajah kakakmu, Risa. Aku jatuh cinta padanya. Untuk masalah kamu yang menemaniku membangun usaha, aku tidak pernah memintamu kan? kamu saja yang dengan sukarela mau membantu. Lagian usaha itu atas namaku kan? jadi walaupun kamu ada andil di dalamnya, kamu tetap tidak punya kekuatan hukum untuk menuntutnya," ucap David tanpa rasa bersalah.
"Kakak benar-benar kejam!" pekik Ruby di sela-sela Isak tangisnya. Kemudian gadis itu mengalami tatapannya ke arah papanya dan kakaknya bergantian.
" Pa, Kak, kenapa kalian seakan tidak merasa bersalah dalam hal ini? aku ini putrimu kan, Pa? aku ini adikmu kan Kak? harusnya kalian berdua marah, karena aku diperlakukan tidak adil seperti ini,"
"Buat apa kami marah? kamu aja yang terlalu bodoh dan tidak secantik aku. Makanya, kalau jadi perempuan itu, jangan hanya bermain dengan perasaan, tapi andalkan kecantikanmu. Sekarang, kamu harus terima takdir kamu, yang memang tidak berjodoh dengan David," ucap Risa, lugas sembari menyilangkan kakinya,dan bibir yang menyeringai sinis.
"Pa, kenapa Papa hanya diam seperti ini? putrimu ini diperlakukan tidak adil, Pa!" Ruby, beralih ke arah Rajasa, berharap mendapat pembelaan dari pria setengah baya itu.
"Sudah,diam! justru sekarang Papa sedang menolongmu dari hubungan palsu ini. Sekarang kamu harus relakan David dengan kakakmu, titik. Kalau kamu ingin bahagia, Risa juga ingin bahagia dan kebahagiaannya bersama dengan David. Demikian juga David yang bahagia bersama dengan Risa, bukan denganmu. Jadi, kamu,harus berlapang dada menerima itu semua," ucap Rajasa dengan tegas.
"Tapi, Pa, ini benar-benar tidak adil," suara Ruby sudah mulai terdengar serak.
"Aku bilang, diam ya diam! ingat, kamu sudah menjadi penyebab kesedihan papa, dan kakakmu, dengan meninggalnya mamamu. Jadi, jangan lagi kamu membuat sedih kakakmu dengan masalah sepele seperti ini. Sekarang, kamu masuk ke dalam kamarmu!" lagi-lagi tuduhan itu kembali didengar oleh Ruby.
"Pa, kematian mama, bukan salahku. Itu hanya takdir. Kalau seandainya papa yang ada di tempat itu, apa Papa akan membiarkan aku tertabrak?"
"Yang jelas, yang menimpa mamamu tetap salahmu. Coba kamu tenang, dan tidak berlari ke sana kemari, kejadian itu tidak akan terjadi. Sekarang, kamu jangan banyak bicara lagi, masuk ke kamarmu, Sekarang!" suara Rajasa mulai meninggi.
"Kalian semua memang tidak punya hati," pekik Ruby sembari berlari masuk ke dalam kamarnya.
"Sudah, kalian berdua jangan perdulikan dia! Papa akan pastikan kalau pernikahan kalian nanti tetap akan terlaksana dan aku pastikan juga dia tidak akan bisa mengacaukan acara pernikahan kalian!" lamat-lamat, Ruby masih bisa mendengar papanya berucap, membuat perasaan Ruby semakin sakit.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Ratu Fadira
punya bpk kaya gitu kl bisa di tuker tambah aja
2024-01-25
1
Irma Shinta
ogah punya bapak kaya gitu...gue buang ke rawa2 biar di makan buaya 😡😡😡😡😡
2023-12-18
1
Denzo_sian_alfoenzo
dasar gila bapaknya ruby tu 😒
2023-12-02
0