"Jelita!"
"Arka!" seru Arka dan Jelita berbarengan.
Jelita sontak hendak lari menghindar, namun tangan Arka dengan sigap langsung menarik tangan Jelita.
"Jelita, kamu mau kemana?jangan pergi lagi!" ucap Arka dengan perasaan yang campur aduk.
Jelita yang tadinya enggan untuk melihat ke arah Arka, kini menoleh ke belakang dan menatap tangan Arka yang mencengkram pergelangan tangannya.
"Arka, lepaskan tanganku!" ucap jelita dengan nada yang sangat dingin.
"Tidak akan! aku tidak akan melepaskanmu, sebelum kamu mendengarkan penjelasanku!" Arka semakin mencengkram erat tangan Jelita.
"Arka, tolong lepaskan aku! tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah berlalu," Jelita mencoba mengulangi permintaannya.
"Tidak! semuanya memang sudah berlalu, tapi, aku harus tetap meluruskan kesalahpahaman ini. Aku tidak akan pernah bisa hidup tenang, kalau kamu masih tetap salah paham," Arka tetap kekeuh dengan pendiriannya.
"Arka, please! jangan biarkan aku kembali mengingat masa buruk itu. Karena aku sudah susah-susah melupakannya selama empat tahun ini. Jangan biarkan pengorbananku selama ini sia-sia!" mohon Jelita dengan wajah yang memelas.
"Kamu ikut aku dulu ke dalam mobil! tidak enak bicara di jalan seperti ini. Kita jadi bahan tontonan," Arka menarik tangan Jelita, mengajak wanita itu masuk ke dalam mobilnya. Jelita sudah berusaha untuk berontak, tapi tenaga Arka tentu saja lebih kuat.
"Kenapa kamu memaksaku sih? turunkan aku sekarang!" pinta Jelita sembari menatap Arka dengan sangat tajam.
"Tidak Jelita! aku ingin kamu mendengarkan penjelasanku dulu, dan aku juga ingin tahu, kemana kamu pergi selama ini," Arka mengunci pintu mobilnya, agar Jelita tidak bisa membuka pintu mobil itu lagi.
"Aku mau pergi kemana, bukan urusanmu! yang jelas aku sudah tidak mau berurusan denganmu lagi. Tolong,buka pintu mobil ini dan izinkan aku pergi,"
"Tidak akan! aku tidak mau kehilangan jejakmu lagi!" tolak Arka, tegas.
"Untuk apa? kamu juga sudah menikah dengan wanita itu kan? buat apa kamu, mengatakan tidak mau kehilangan jejakku? kamu mau membuat aku sakit hati lagi? hah! asal kami tahu, kejadian itu sangat sakit, Arka. Benar-benar sakit! "Jelita memukul dadanya sendiri, dengan air mata yang mulai menetes.
Arka yang merasa tidak tega, sontak meraih tubuh Jelita dan memeluk wanita itu dengan erat, karena Jelita masih berusaha untuk berontak melepaskan diri dari pelukannya.
"Maaf! tapi, sumpah demi apapun, aku tidak pernah berniat untuk menghianati cinta kita. Aku benar-benar terjebak saat itu," Arka mulai menjelaskan.
"Bohong!" pekik Jelita sembari mendorong tubuh Arka.
"Aku tidak berbohong! bukannya tadi, kamu sudah mendengar kalau aku bersumpah? apa yang aku katakan itu, benar adanya," Arka tetap berusaha menyakinkan Jelita.
"Asal kamu tahu, bahkan wanita itu masih suci belum terjamah oleh siapapun ketika aku dengan sadar melakukan hubungan suami istri dengannya. Padahal, jelas-jelas pada saat kejadian dia mengaku kalau aku sudah merenggut kehormatannya. Berarti yang terjadi saat itu memang dia sengaja untuk menjebakku,"
Jelita bergeming, menatap Arka dengan tatapan, ah ... entahlah, hanya dia yang tahu makna tatapannya itu. Yang jelas dia merasa terganggu dengan ucapan Arka yang mengatakan kalau dirinya melakukan hubungan suami istri dengan Ruby dengan sadar.
"Oh, kamu melakukannya dengan sadar, bukannya itu berarti kalau kamu sudah bisa menerima wanita itu dengan ikhlas, sebagai seorang istri. Enak sekali dirimu, bisa melakukannya dengan cepat, tidak seperti aku, yang malah justru trauma untuk mengenal yang namanya laki-laki sejak saat itu. Tahu nggak kamu, seberapa menderitanya aku, hah!" Jelita mulai histeris. Beruntungnya, mobil Arka, kedap suara, sehingga tidak akan ada yang mendengar jeritan dan tangisan Jelita.
Arka mulai terlihat panik Pria itu kembali memeluk Jelita untuk menenangkan wanita itu.
"Maafkan aku, maafkan aku! aku melakukannya karena aku kira dia benar-benar sudah tidak suci lagi. Aku juga melakukannya dengan kasar bukan karena adanya cinta. Aku melakukannya untuk balas dendam, dan agar dia tahu, apa pandanganku tentang dia," jelas Arka dengan lugas.
Jelita melerai pelukan Arka dan menatap pria itu, dengan kening yang berkerut.
"Maksudmu apa?" alis Jelita bertaut, menyelidik.
"Setiap melakukannya, aku tidak menganggap kalau aku melakukannya dengan seorang wanita yang memiliki status sebagai seorang istriku, tapi, aku menganggapnya sebagai seorang pela*cur. Dan setiap selesai melakukannya, aku selalu memberikan dia bayaran, agar dirinya benar-benar merasa terhina," tutur Arka.
"What? kamu gila? bagaimana kamu bisa sekejam itu, memperlakukan seorang wanita? apa kamu sudah tidak punya hati lagi?" suara Jelita meninggi, seakan tidak suka dengan apa yang sudah dilakukan oleh Arka.
"Aku tahu, tapi aku sudah terlanjur benci padanya saat itu. Setiap melihatnya, aku membayangkan kesedihan dan kekecewaan di wajahmu, hingga aku menjadi kalap. Aku benar-benar tidak tenang, karena aku tidak tahu bagaimana kondisimu. Aku takut kamu berpikiran pendek, karena kecewa denganku. Karena pemikiran itulah membuatku, menjadi semakin membencinya," tutur Arka, dengan wajah sendu.
"Kamu bilang, kamu membencinya saat itu, bagaimana dengan sekarang, apa kamu masih membencinya, atau justru sebaliknya, kamu malah jatuh cinta padanya?" lagi-lagi tatapan Jelita penuh selidik.
Arka terdiam, seperti berat untuk menjawab.
"Kamu diam, berarti aku anggap kamu sudah jatuh cinta padanya. Selamat ya!" ucapan Jelita terdengar seperti seorang yang sudah ikhlas, akan tetapi terselip ketidak sukaan pada ucapannya saat sedang berbicara.
"Ti-tidak! aku sama sekali tidak jatuh cinta padanya," ucap Arka, lirih, bahkan terkesan seperti tidak ikhlas saat mengucapkan kalimat bantahannya.
"Entah kenapa aku tidak yakin. Selamat ya!" Jelita tersenyum miris.
"Sekarang aku harus kembali belajar mengiklaskanmu. Aku dulu pernah terpuruk dengan kejadian itu. Aku ingin melupakan kejadian itu dengan minum alkohol, sehingga aku mabuk. Asal kamu tahu, aku kira dengan mabuk aku bisa melupakan kesedihanku, tapi aku justru semakin hancur, karena ada pria yang merenggut paksa kehormatanku. Asal kamu tahu juga, aku hancur sehancurnya sampai bertekad tidak ingin mengenal laki-laki lagi. Sudah cukup!" Jelita kembali menangis sesunggukan.
Mata Arka membesar, begitu mendengar cerita Jelita. Dia tidak menyangka, kalau kejadian dirinya dijebak Ruby, berimbas sangat parah pada Jelita, sehingga meninggalkan trauma. Arka seketika benar-benar merasa bersalah.
"Jelita, maafkan aku! aku tidak tahu, kamu sangat menderita akibat kejadian itu. Sekarang, aku berjanji akan mengembalikan lagi kebahagiaanmu, sampai kamu tidak trauma lagi. Aku akan berusaha, mengembalikan kamu yang dulu. Aku tidak p peduli, kamu masih suci atau tidak, karena itu sama sekali bukan kesalahanmu," ucap Arka dengan tegas dan mantap.
Jelita tersenyum smirk dan mendengus.
"Enak sekali kamu berbicara? ingat, kamu itu sudah punya istri. Bagaimana dengan istrimu? apa kamu mau menceraikannya?"
Arka tercenung, hatinya seperti berat untuk mengatakan 'iya' saat mulut Jelita menyebut kata cerai.
"Kamu tidak bisa menjawab kan? aku merasa kalau sebenarnya, istrimu itu sudah memiliki tempat di hatimu,"
Lagi-lagi Arka tidak bisa membantah ataupun mengiyakan ucapan Jelita. Baginya semuanya terasa abu-abu.
Tbc
Bagaimana? apa kalian masih gregetan pengen nimpuk Arka? kalau iya, berarti kita sama.
Tapi, kalau berkenan, sebelum nimpuk Arka dengan batu, sendal atau apapun itu, aku mohon, agar kalian timpuk author nya dulu dengan hadiah. Bunga mawar pun tidak apa-apa, yang penting jangan ikut potnya. Kalau potnya silakan timpuk ke Arka, aku ikhlas! 😁😁😁😁 Oh ya, jangan lupa buat ninggalin jejak jempol dan komentarnya juga ya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Eity setyowati
pingin nimbuk pakai kotoran kebo ,wong bodohnya juga kaya kebo
2024-03-26
0
Sri Wahyuningsih
❤️❤️ suka sm alur crta nya kak
2023-12-18
0
Juragan Jengqol
kayaknya rubi disuruh sama jelita ya. mungkin dia lagi hamil
2023-11-01
0