Waktu berlalu dengan begitu cepat. Tidak terasa sudah sebulan berlalu semenjak Ruby sakit. Sikap Arka masih seperti biasa, masih menatap Ruby penuh kebencian dan melontarkan kata-kata hinaan yang sangat menyakitkan buat wanita itu.
Pagi ini, wajah Ruby kembali terlihat pucat seperti tidak dialiri oleh darah sama sekali. Namun, wanita itu masih tetap memaksakan diri untuk bangun. Dia tidak mau lagi mendapat sindiran pedas dari mama mertuanya.
Sebelum Ruby melangkah masuk ke dalam kamar mandi,mata wanita itu lebih dulu menatap ke arah ranjang suaminya. Di sana terlihat jelas kalau Arka masih terlelap. Pagi ini entah kenapa, pemandangan di matanya sangat indah karena biasanya setiap pagi, hanya punggung Arka yang bisa dia lihat, tapi kali ini, dia bisa melihat wajah Arka yang terlelap.
"Ya Tuhan, betapa indah ciptaanmu! tapi kenapa hatinya begitu sulit untuk aku selami?" batin Ruby, seraya memandang pahatan wajah Arka, puas-puas.
"Ah, sadar Ruby, sadar! jangan pernah berharap terlalu jauh! ingat ... dia itu sangat membencimu!" Ruby menepuk-nepuk pipinya sendiri. Kemudian wanita itu pun kembali melanjutkan niatnya yaitu masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara itu, di saat tubuh Ruby, sudah menghilang di balik pintu, Arka pelan-pelan membuka matanya.
Ya, sebelum Ruby bangun tadi, pria itu sebenarnya sudah bangun. Namun, begitu dia melihat tubuh Ruby menggeliat, dia langsung menutup matanya kembali. Tadi, dengan jelas dia bisa mengintip dan mengetahui kalau Ruby, menatap ke arahnya dengan cukup lama.
Arka, sontak terduduk dan meraba sudut bibirnya. "Sial! dia menatapku tadi, apa bekas air liurku ada yang menempel di pipiku?" tiba-tiba Arka merasa tidak percaya diri.
"Eh, tunggu dulu! buat apa aku khawatir kalau dia melihat aku ngences? tidak ada pengaruhnya sama sekali kan? dasar bodoh!" Arka merutuki kebodohannya sendiri.
Tugas pintu kamar mandi terlihat berputar, pertanda kalau Ruby akan keluar dari dalam. Arka dengan sigap langsung berbaring lagi dan menutup matanya.
Benar saja, Ruby keluar dari dalam kamar mandi, sudah mengganti piyamanya dengan pakaian rumahan. Sebenarnya kalau mata Arka tidak tertutup oleh kebencian, akan sangat muda membuat pria jatuh cinta pada Ruby.
Sebelum keluar dari dalam kamar, sekali lagi, Ruby masih menyempatkan diri untuk melihat ke arah Arka. Wanita itu terlihat menghela napasnya dengan cukup berat, kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ruby, keluar dari sebuah ruangan yang di depan pintu ruangan itu tertulis, nama dokter dan gelarnya yang langsung diketahui oelh orang, kalau ruangan itu adalah ruangan dokter kandungan.
Warna wajah Ruby terlihat berubah-ubah. Kadang terlihat cerah, tapi tiba-tiba terlihat gelap. Bagaimana tidak, di ruangan dokter tadi, dokter itu mengatakan kalau dirinya sedang mengandung dan usia kandungan, hampir menginjak satu bulan. Itu pertanda, kalau bayi itu, hadir di rahimnya, ketika dia lupa mengkonsumsi pil KB. Hal yang paling membuat dirinya kaget, ketika sang dokter mengatakan, kalau dia mengalami kehamilan langka, yaitu mengandung 3 bayi sekaligus.
Bukannya Ruby tidak bahagia dengan kehadiran bayi-bayi itu,tapi yang membuat dirinya sedih,dia tidak bisa membayangkan kalau seandainya Arka tahu,dan memintanya untuk menggugurkan bayi-bayi itu, seperti ancamannya selama ini.
"Ya, Tuhan! apa yang harus aku lakukan sekarang? beri aku petunjukmu!" pinta Ruby dalam hati sembari melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa? kamu hamil!" pekik Tiara dengan mata yang membesar.
"Stttt! jangan keras-keras,Ara!" Ruby menempelkan jari telunjuknya di bibir sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan restoran, takut ada orang dekat Arka di restoran itu.
"Maaf, maaf!" ucap Tiara dengan pelan. "Tapi, bagaimana bisa?" lanjut Tiara kembali. Kali ini suaranya terdengar sangat pelan, seperti sedang berbisik.
"Soalnya hari itu __"
"Kita ke ruanganku saja! tidak enak bicara di sini!" Tiara meraih tangan Ruby, mengajak wanita itu masuk ke ruang kerjanya.
"Sekarang, kamu ceritakan, kenapa kamu bisa hamil! bukannya kamu selalu mengkonsumsi pil KB?" tanya Tiara tanpa basa-basi.
"Hari itu, aku lupa mengkonsumsinya, tapi Arka mendesakku untuk melakukannya dengan cepat. Bahkan ketika aku ingin memberitahukannya, dia tidak memberikan aku kesempatan untuk bicara," terang Ruby.
"Astaga! jadi bagaimana kamu bisa punya niat untuk melakukan pemeriksaan?
"Tadi pagi,aku merasa sangat lemas,dan ketika aku memasak untuk sarapan pagi,aku benar-benar tidak kuat mencium bau masakan. Tadinya, aku berpikir kalau aku hanya masuk angin saja. Tapi, makin ke sini rasanya makin tidak enak, ditambah perutku yang suka keram. Akhirnya,aku memutuskan untuk periksa ke dokter, tapi dokter umum malah menyarankan aku untuk ke dokter kandungan. Bagaimana ini, Ara? aku sangat bingung sekarang. Kamu tahu sendiri kalau Arka tidak mau punya anak dariku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Ruby terlihat panik dengan mimik wajah yang hampir menangis.
"Aku juga benar-benar bingung, Ruby. Sekarang aku mau tanya,apa kamu menginginkan bayi-bayi ini?"
"Bagaimana mungkin aku tidak menginginkan mereka? mereka tidak bersalah sama sekali. Kalau Tuhan berkehendak, aku ingin mempertahankan mereka dan melahirkan mereka ke dunia ini. Tapi, masalahnya, apa itu mungkin? kalaupun sekarang aku tidak memberitahukan Arka sekarang, tapi tidak mungkin kan dia tidak akan tahu. Seiring waktu, perutku pasti akan membesar, apalagi bayiku ada tiga," tutur Ruby, panjang lebar tanpa jeda. Wanita itu terlihat sangat frustasi sekarang.
Tiara tidak langsung menjawab. Raut wajah sahabat Ruby itu terlihat kencang, berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan oleh Ruby. Jujur saja, ingin sekali dia mengatakan agar Ruby menyerah dan pergi meninggalkan Arka. Namun, itu sudah berkali-kali disarankannya, tapi selalu mendapat penolakan dari sahabatnya itu.
"Ruby, untuk sementara ini, aku sarankan kamu diam saja. Sampai bayi-bayi itu sulit untuk digugurkan. Yang bisa kamu lakukan sekarang adalah berdoa, minta pada Tuhan agar Arka berubah pikiran, dan berharap agar anak-anak kalian ini, membuat hubungan kalian berdua menjadi dekat. Banyak pria yang berubah, ketika dia mengetahui kalau dirinya akan menjadi seorang ayah, dan mudah-mudahan itu berlaku untuk Arka juga," tutur Tiara, mencoba memberikan saran sekaligus menenangkan Ruby.
Di saat bersamaan, tiba-tiba ponsel Ruby berbunyi dan memperlihatkan nama Arka yang sedang menghubunginya.
"Ara, Arka menghubungiku! kenapa aku jadi takut ya? apa dia sudah tahu?" Ruby kembali panik.
"Kamu jangan panik dulu! kamu jawab dulu teleponnya,"
Ruby menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya keluar untuk menenangkan hatinya. Setelah sedikit merasa tenang, wanita itu pun menekan tombol jawab.
"Ha__"
"Kenapa lama sekali kamu menjawab teleponnya? hah!" belum selesai Ruby menyapa, Arka sudah membentak dari ujung telepon.
"Maaf, tadi aku __"
"Udah, aku nggak perlu penjelasanmu! sekarang kamu, bersiap-siap untuk menghadiri pesta kolegaku!" lagi-lagi Arka tidak memberikan Ruby kesempatan untuk menjelaskan.
"A-apa aku tidak salah dengar, Mas? kamu memintaku untuk menemanimu ke acara pesta kolegamu?" wajah Ruby sontak berbinar, karena ini adalah yang pertama kalinya Arka memintanya untuk menemani ke sebuah acara.
"Kamu jangan besar kepala dulu! kalau bukan karena kolegaku itu memintaku untuk membawa pasangan, aku juga ogah membawamu. Karena apa? karena dengan begitu, aku nanti akan capek membersihkan mobilku dari noda kotor yang berasal darimu," ucap Arka dengan nada sarkastik, membuat wajah Ruby kembali sendu. Air mata langsung keluar dari pipinya, mendengar ucapan kasar dari Arka. Memang, biasanya dia sudah tidak menangis lagi,jika mendengar penghinaan Arka,tapi mungkin karena hormon kehamilannya, membuat wanita itu kembali mudah menangis.
"Halo, kamu masih mendengarku kan? cepat kamu bersiap-siap!"
"Baik,Mas! Ta-tapi, Mas, aku tidak punya gaun yang pantas aku pakai ke pesta besar. Aku takut kalau aku pakai gaunku yang lama, kamu akan malu," ucap Ruby dengan sangat hati-hati.
"APA! bagaimana bisa kamu tidak memiliki gaun? jadi uang yang kamu keluarkan setiap bulan itu, kamu gunakan untuk apa, Hah! kamu kira aku tidak mendapat laporannya?" suara Arka terdengar menggelegar. Sepertinya pria itu benar-benar murka.
Ruby terdiam, benar-tidaknya tidak bisa menjawab.
"Arghhh, benar-benar wanita tidak berguna! sekarang kamu pergi ke butik dan beli gaun untukmu. Aku tidak mau energiku habis karena mengurusmu. Brengsek!" maki Arka sembari memutuskan panggilan secara sepihak.
"Tiara, bagaimana ini! aku benar-benar ...." Ruby menggantung ucapannya, karena sudah tidak sanggup lagi untuk berbicara.
Tiara menghampiri Ruby, dan memeluk sahabatnya itu. Dia benar-benar tidak sanggup membayangkan bagaimana penderitaan Ruby selama ini. Dia tidak yakin kalau dia bisa sekuat sahabatnya itu.
"Sudahlah! kamu jangan menangis lagi! kamu harus ingat,ada tiga bayi yang harus kamu jaga perkembangannya. Ayo, sekarang aku bantu kamu untuk mencari gaun!" ucap Tiara sembari mengelus-elus pundak Ruby.
Sementara itu, di lain tempat, tepatnya di bandara Soekarno-Hatta, sebuah pesawat yang berasal dari benua Eropa tepatnya Prancis, mendarat dengan selamat. Tampak seorang gadis cantik, keluar dari bandara sembari menarik koper.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
vina maria
rubi apa gak bisa lebih tegas lagi yah.. mau maunya harga diri diinjak injak laki laki.. mending tinggalkan sj.. bawa sj itu bayimu... kalo mang jodoh pasti bertemu kembali
2024-08-07
0
putri siboboy
tingglkn sja... lelaki d luar sana bnyak yg lebih baik....kalau betul itu jodohmu takkan kemana...
2023-09-23
0
Nor Azlin
boleh mbak dari titik abrio yang sebesar biji kacang aja belum berbentuk jasadnya 🥰🥰 maaf kalau aku salah yah...kalau kembar tiga kita boleh melihat ada tiga kantung embrio nya begitu lah kalau yang diberitahu oleh doktornya
2023-06-04
0