Bai Lian berjalan mendekati Yve, satu-satunya orang yang nampak biasa saja dengan kemarahannya.
"Apa yang kau lakukan?" Bai Lian menatap Yve dengan tajam. Warna bola matanya yang berasal dari darah campuran, nampak sangat dingin.
Yve mengangkat bahu dan berkata dengan enteng, "aku sedang makan."
Devian melihat akan ada seseorang yang marah, membuat sifat tukang lerainya muncul seketika. "Begini tuan, kami hanya sedang merayakan sesuatu," ujarnya cepat.
"Sesuatu apa yang membuat hampir seluruh bodyguard berkerumun disini?" tatap dingin Bai Lian seolah membekukan lidah Devian, dia tidak ingin menjelaskan apapun lagi.
"Coba bayangkan, kalau ada penyusup, siapa yang akan melawannya? kalian dengan bodoh malah berada disini" lanjut Bai Lian memarahi bodyguard intinya.
"Tentu saja kami yang lawan, lalu siapa lagi? kau?" Yve dengan nyawa sembilannya berusaha memprovokasi Bai Lian.
"Kau-"
"Hahaha" ucapan Bai Lian terhenti saat sang ayah tiba-tiba muncul dan tertawa. Padahal tidak ada hal lucu yang terjadi.
"Kalian melakukan sesuatu yang seru tapi tidak mengajakku untuk menonton" ayah Bai Lian itu menepuk bahu Beng yang masih tidak bergerak karena kekenyangan.
"Seharusnya kakek tadi melihatku mengalahkan Beng" Yve berkata dengan bangga, dan membuat si kakek kembali tertawa.
"Wah hebat sekali."
"Ayah!" Bai Lian benar-benar tidak tahu jalan pikiran ayahnya. Orang-orang berbuat kerusuhan malah senangnya bukan main. Sebenarnya kemana ayahnya yang terkenal ganas dan menyeramkan di dunia gelap ini?
"Jangan terlalu serius anakku. Mereka juga tidak merepotkanmu kan?" ucap Bai Jun santai sambil memainkan rokok ditangannya.
"Benar, kau terlalu serius" Yve yang seperti mendapat dukungan, mulai berani terhadap Bai Lian.
"Bocah!"
"Sudahlah, bukankah ada hal yang lebih penting daripada memarahi mereka?" Bai Jun mengingatkan anaknya, kemudian berjalan pergi.
Beng yang masih susah bergerak karena kekenyangan, merasa perkataan Bai Jun tadi merupakan hal yang penting. Ia segera bangkit dari posisi setengah tidurnya, lalu menatap tuannya dengan serius.
"Tuan, apakah anda akan bertemu kolega?" tanya Beng.
"Ya benar."
Yve langsung merasa atmosfer disekitarnya berubah. Mereka berekspresi serius sekarang. Seolah bersiap untuk suatu pertempuran. Yve yang tidak paham mencoba bertanya.
"Bertemu kolega?" Yve menatap Beng dengan bingung.
Bai Lian menarik sebelah bibirnya, memperlihatkan senyuman sinis andalannya. Dia tidak tahu apa-apa.
"Beng, ajari dia bagaimana cara kita bertemu kolega" setelah mengatakan titahnya, Bai Lian pergi.
Yve langsung duduk disamping Beng. Devian, South, dan North juga ikut mengerumuni Beng, mereka siap untuk menjelaskan apapun pada Yve jika diperlukan.
"Jadi apa yang akan terjadi jika dia bertemu kolega?" Yve kembali bertanya.
"Tuan jika keluar dari rumah ini berarti siap untuk kemungkinan diculik" Beng mulai menjelaskan.
"Diculik?"
"Saingan bisnis tuan sangatlah banyak, apalagi di dunia hitam ini. Ditambah dengan pergantian kepemimpinan dari tuan besar Bai Jun menjadi tuan Bai Lian, membuat beberapa musuh yang tidak terlihat juga bermunculan. Mereka mengincar jabatan boss mafia. Lalu memanfaatkan fisik tuan Bai Lian yang lemah untuk menculik bahkan membunuhnya." Devian terlihat serius dengan penjelasannya.
Yve mengangguk paham. Ia mengusap dagunya sambil berpikir, dan kembali mengajukan pertanyaan. "Musuh memangnya bisa merebut jabatan boss mafia? bukannya hanya bisa diturunkan pada anaknya?" setidaknya itu yang Yve tahu seperti di film.
"Musuh kita berasal dari keluarga ini" Beng menatap rumah mewah milik keluarga Bai di hadapannya.
"Maksudnya?"
"Anak kedua, tuan besar Bai Jun" South tiba-tiba menjawab.
"Oh aku mengerti" Yve mengangguk dengan mantap. "Jadi anak kedua ingin jabatan boss mafia itu ya."
"Ya, tapi tidak sesederhana itu" Beng kembali bersuara, lalu menatap arlojinya. "Ini sudah sore pulanglah adikku, besok kita akan mengawal tuan menemui kolega." Beng menangkap mimik wajah Yve yang tidak senang, pasti adiknya itu masih penasaran.
"Besok kau sudah mulai libur semester bukan? aku ingin kau datang ke sini pagi buta. Kita akan menyusun strategi terlebih dahulu" tambah Beng.
"Pakai strategi segala ya"
"Tentu saja, kalau tidak keselamatan tuan Bai Lian bisa terancam" tidak disangka North ikut berbicara.
"Baik aku pulang dulu" Yve yang masih penasaran hanya bisa menyimpan pertanyaan itu untuk dirinya sendiri.
❀
Yve masuk ke dalam cafe saat semua penghuninya tengah melakukan bersih-bersih.
"Yve!!!" Tina langsung memeluk Yve dengan penuh haru. Entah apa yang terjadi, tapi kakaknya itu terlihat sangat melankolis.
"Aku pulang" meskipun terlambat, Yve tetap memberi salam seperti biasa.
"Orion bilang kau berada di ranking 7, benarkah?!" wajah Tina nampak berseri-seri.
Sekarang Yve tahu kenapa kakaknya begitu heboh sekarang. Orion benar-benar tidak sabaran, sudah memberitahu Tina lebih dulu sebelum Yve pulang.
"Ya begitulah" jawab Yve ringan.
"Dan kata Orion, orang yang mengajarimu belajar adalah teman kerjamu ya" kata Tina penasaran.
Orion ternyata sudah bercerita sejauh itu. Niat Yve yang ingin menyembunyikan fakta itu telah gagal. "Ya benar."
"Baik sekali, aku ingin berterimakasih padanya."
Jelas Yve tidak ingin Tina bertemu dengan Beng. Kepribadian mereka yang bertolak belakang pasti ingin berkomunikasi saja susah.
"Dia tidak suka terlalu formal begitu. Lagipula kita belajar sambil kerja, jadi tidak masalah" Yve berusaha mengakhiri pembicaraan ini. Tapi siapa sangka Tina kembali membuka suara.
"Kalau begitu bawakan cemilan untuknya besok."
Yve terdiam sejenak dan berpikir. Ia baru ingat kalau besok harus berangkat pagi. Tidak sempat kalau membuat cemilan.
"Besok aku akan berangkat pagi, kerja lembur" Yve mencoba membuat alasan serasional mungkin.
"Begitu ya," wajah kecewa Tina terlihat menyedihkan. "Baiklah kapan-kapan bawakan dia cemilan.
Yve mengangguk setelah itu pergi menuju tangga lantai dua. Siapa sangka ia malah bertemu Orion yang sedang menenteng ember berisi air.
"Kau sudah pulang" Orion tersenyum kearah Yve, tapi gadis yang dituju tidak terlihat menunjukkan ekspresi senang dengan senyuman itu.
"Tumben masih disini."
"Tempat les ku libur untuk sementara waktu" Orion masih tersenyum, berharap Yve akan senang dengan itu.
"Oh."
Jawaban yang terlalu singkat itu membuat Orion melotot. Yve dengan santai naik menuju lantai dua tanpa berkata apapun lagi.
Dia sangat dingin padaku.
Setelah sampai di kamarnya, Yve langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Tas sekolahnya ia lempar ke sembarang tempat.
Besok adalah misi pertamaku untuk menjaga Bai Lian.
Yve menatap langit-langit kamarnya. Ia sangat penasaran, kira-kira bagaimana seorang bodyguard menjaga boss mafia? hal itu tidak pernah terpikir olehnya.
Apa yang terjadi kalau aku gagal melindunginya?
Yve menatap foto diatas meja kecilnya. Itu adalah foto dirinya bersama Tina.
Pasti kakaknya yang akan menjadi sasaran.
Aku akan berjuang untuk besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Dewi Fajar
beng beng.. kekenyangan /Grin/
2024-03-06
3
💕febhy ajah💕
dasar bapak ngak ada akhlak
anak lgi serius eh datang2 langsung tertawa 😁😁😁😁😁
secara ngak sadar yve dah mulai menyanyangi keluarga barunya
2023-04-11
1
runi nisa
laahhh itu masalah hadiah yve awal nolongin gimana itu? lupa?
2022-11-18
3